Kisah Nyata Film 'Society of the Snow', Perjuangan Korban Selamat Kecelakaan Pesawat di Pegunungan Andes

ALMIRA WIJI RAHAYU | Beautynesia
Jumat, 01 Mar 2024 20:00 WIB
Kisah Nyata Film 'Society of the Snow', Perjuangan Korban Selamat Kecelakaan Pesawat di Pegunungan Andes
Kisah Nyata Film Society of the Snow/Foto: Netflix

Film Society of the Snow banyak mendapatkan pujian dari kritikus dan pencinta film. Film berbahasa Spanyol ini sukses masuk ke dalam nominasi Best International Feature Film dalam ajang Oscar 2024. 

Society of the Snow mengisahkan perjuangan tim rugbi amatir yang terjebak di Pegunungan Andes seusai pesawat yang mereka tumpangi jatuh. Mereka harus bertahan hidup di daerah bersalju dengan beberapa mayat serta makanan dan minuman yang terbatas. 

Ternyata, kisah tersebut bukanlah cerita fiktif belaka. Film Society of the Snow mengangkat kisah nyata kecelakaan pesawat Uruguay di Pegunungan Andes pada tahun 1972. 

Bagaimana kisah lengkapnya? Simak kisahnya di bawah ini, Beauties.

Awal Mula Kecelakaan Pesawat di Pegunungan Andes

Adegan Pesawat Jatuh di Pegunungan Andes /Foto: Netflix

Kisah itu dimulai di tanggal 12 Oktober 1972. Tim rugbi amatir menyewa pesawat Air Force Flight 571 untuk menerbangkan tim, kru, dan sanak keluarga ke Santiago, Chili, untuk pertandingan persahabatan. Total ada 45 orang di dalamnya, 5 di antaranya merupakan awak pesawat. 

Pesawat itu nggak bisa langsung terbang ke Chili. Mereka harus mendarat darurat di Mendoza, Argentina, dan menunggu satu malam akibat dari cuaca buruk. 

Di hari berikutnya, mereka bisa terbang ke tujuan. Namun, pesawat itu harus melewati Pegunungan Andes dan melalui jalur pegunungan yang rendah. 

Mengutip TIMES, sang pilot melakukan kesalahan dan menyebabkan badan pesawat menabrak gunung. Kedua sayap dan ekornya patah dan ujung depan pesawat meluncur dari ketinggian 11.500 kaki.  

Akibat dari kecelakaan tersebut, 12 penumpang langsung tewas, termasuk pilot. Keesokan harinya, lima orang meninggal dunia, disusul dengan satu penumpang yang tewas akibat dari luka di sekujur badannya seminggu kemudian. 

Dari 45 penumpang, 27 orang bertahan hidup. Mereka harus tinggal bersama para mayat di lembah gunung yang suhunya di bawah 0 derajat celsius. 

Adanya Unsur Kanibalisme untuk Bertahan Hidup

Salah Satu Adegan dalam Film

Hidup di daerah terpencil dengan kondisi yang menyeramkan mengeluarkan insting bertahan hidup mereka. Selama satu minggu penuh, mereka mengenyangkan perut dengan makanan dan wine yang mereka temukan di badan pesawat. 

Para korban selamat sempat putus asa karena tak ada makanan tersisa. Pesawat-pesawat yang melewati Pegunungan Andes tidak bisa melihat keberadaan mereka. Dalam sebuah siaran radio, pencarian pesawat hilang dibatalkan dan mereka dinyatakan tewas. 

Berminggu-minggu tanpa makanan, kelaparan hebat pun melanda. Roberto Canessa, salah satu korban selamat, mengambil keputusan yang kontroversial yakni dengan memakan daging manusia yang tewas di kecelakaan itu.  

Dilansir dari TIMES, Canessa tidak menyesali perbuatannya tersebut. Ia termotivasi bertahan hidup untuk bertemu dengan keluarganya dan tidak ada cara lain. 

Hidup sudah penuh kesusahan, masih saja ditimpa bencana. Pada tanggal 29 Oktober, salju longsor terjadi di Andes dan mengakibatkan delapan orang tewas. Di bulan berikutnya, tiga orang tewas dan kini menyisakan 16 orang. 

Keajaiban di Andes

Ilustrasi Ekspedisi dalam Film

Canessa dan dua temannya, Nando Parando dan Antonio Vizintín nggak mau diam di kondisi tersebut. Mereka memulai ekspedisi untuk mencari makanan dan bantuan orang lain. 

Trio itu memulai misi di bulan Desember. Di hari ke-3, Vizintín kembali ke puing pesawat agar memudahkan teman-temannya untuk melakukan misi.

Ada harapan yang muncul di hari ke-10 ekspedisi. Mengutip National Geographic, mereka berjumpa dengan seorang penggembala asal Chili yang membantu mereka. 

Melalui selembar kertas, Canessa menuliskan bahwa masih ada korban yang hidup dan membutuhkan bantuan kepada penggembala tersebut. Keesokan harinya, helikopter datang untuk menolong mereka selama dua hari. 

Setelah 72 hari bertahan hidup di daerah bersalju, 16 orang dapat kembali ke rumah mereka masing-masing. Sedangkan, mayat-mayat dikubur di tempat kejadian. 

Itu dia kisah nyata dari film Society of the Snow. Kisah perjuangan mereka disebut 'Miracle in  the Andes' atau 'Keajaiban di Andes' karena tak ada yang menyangka mereka bisa bertahan dalam kondisi yang menyeramkan itu. 

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE