Komdigi Bakal Panggil Meta dan TikTok Buntut Konten Provokatif Berujung Demo

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Kamis, 28 Aug 2025 11:00 WIB
Komdigi Bakal Panggil Meta dan TikTok Buntut Konten Provokatif Berujung Demo
Foto: Pexels.com/cottonbro studio

Indonesia sedang diramaikan oleh unjuk rasa yang berlangsung di kawasan Senayan, Beauties. Sejak tanggal 25 Agustus lalu, demo oleh masyakarat terhadap Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyita perhatian, termasuk juga di media sosial.

Konten-konten yang berhubungan dengan aksi demo pun jadi sorotan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Pasalnya, mereka menilai konten yang beredar merupakan konten provokatif. Oleh karena itu, Komdigi berencana akan memanggil platform TikTok dan Meta terkait hal ini.

Wamenkomdigi Angga Raka Prabowo mengatakan kepada CNN Indonesia pada hari Selasa (26/8) bahwa, "saya sudah hubungi Head TikTok Asia Pasifik, Helena. Saya minta mereka ke Jakarta, kita akan bercerita tentang fenomena ini. Dan kita juga sudah komunikasi dengan TikTok Indonesia. Dengan Meta Indonesia juga kami sudah komunikasi."

Beredarnya Konten DFK yang Disebut Bisa Rusak Sendi Demokrasi

Ilustrasi Meta Dituding Tidak Netral/Foto: Freepik.com

Ilustrasi/ Foto: Freepik.com

Pemanggilan tersebut lantaran konten yang beredar di platform digital disebut mengandung unsur disinformasi, fitnah, dan kebencian (DFK), sehingga berpotensi merusak sendi-sendi demokrasi. “Misalnya teman-teman yang tadinya mau menyampaikan aspirasi, mau menyampaikan unek-uneknya, akhirnya menjadi bias ketika sebuah gerakan itu di-engineering oleh hal-hal yang, mohon maaf ya, yang DFK tadi," imbuh Angga.

Hal ini termasuk konten buatan artificial intelligence (AI) yang marak beredar di platform media sosial, Beauties. Menurut Angga, platform seharusnya bisa menyaring konten-konten tidak benar atau palsu seperti buatan AI dan melakukan take down.

“Nah ini yang kita dorong kepada platform. Harusnya dengan sistem mereka, mereka juga sudah bisa lihat, oh ini by AI, oh ini nggak benar, oh ini palsu. Harusnya sudah bisa langsung by sistem mereka udah langsung di-take down," ujar Angga, dikutip dari DetikNews.

"Di sini kita tekankan sekali lagi kepada platform untuk juga memiliki sistem untuk menindak ini. Kita nggak mau demokrasi kita dicederai dengan hal-hal yang palsu gitu lho. Dibilangnya tadi misalnya ada bakar di sini, ternyata riilnya tidak ada kan. Itu kadang-kadang mungkin gerakan yang di tahun kapan dibikin terus dinarasikan.”

Langkah yang akan diambil Komdigi tersebut juga disetujui oleh Komisi I DPR RI. Disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi I DPR Dave Laksono, platform harus bisa bertanggung jawab secara sistemik, bukan cuma reaktif. “Mereka memiliki teknologi untuk mendeteksi konten yang tidak autentik, termasuk yang dihasilkan oleh AI, dan seharusnya bisa melakukan penindakan lebih cepat dan transparan," tutur Dave, dikutip dari DetikNews.

"Kami mencatat bahwa pola penyebaran konten fitnah dan kebencian semakin canggih, masif, dan sulit dilacak sumbernya. Ini bukan hanya soal kebebasan berekspresi, tetapi menyangkut keamanan nasional, ketertiban umum, dan kualitas demokrasi kita. Ketika aspirasi masyarakat dibelokkan oleh narasi palsu yang sengaja direkayasa, maka ruang demokrasi justru terancam oleh manipulasi.”

Bagaimana Membedakan Video Buatan AI dan Manusia?

Gambar AI kucing jadi manusia

Contoh gambar AI kucing jadi manusia/ Foto: brightside.me

Beauties, saat ini konten baik berupa video maupun foto memang marak beredar luas di media sosial. Misalnya di platform X, terdapat AI Note Writers yang mendukung Community Notes untuk menghindari kesalahpahaman isi konten oleh pengguna.

Namun jika konten video atau foto yang beredar tidak diberi tanda, kamu tetap bisa membedakan mana yang buatan AI dan manusia kok, Beauties! Dirangkum dari situs PCMag dan Caniphish, ini dia beberapa tanda yang harus kamu perhatikan dalam konten untuk membedakannya:

1. Perhatikan wajah, ekspresi, mata, dan tangan: manusia menunjukan wajah yang sangat ekspresif, sedangkan AI menampilkan keterbatasan pada detail ekspresi wajah, tangan, sampai bibir sehingga tampak tidak natural.

2. Kejanggalan yang tidak sesuai hukum fisika: kamu harus perhatikan detail pergerakan dalam konten format video. Konten buatan AI tidak 100% sempurna, sehingga bisa ditemukan kejanggalan, tidak sesuai dengan teori (gravitasi dan momentum, misalnya) dan menimbulkan aksi yang tidak realistis. Mulai dari pergerakan tidak alami sampai objek yang saling menembus satu sama lain.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE