Masih Banyak yang Butuh Bantuan, Begini Kehidupan di 12 Negara Termiskin Dunia

Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Selasa, 23 Sep 2025 09:30 WIB
Yaman
Yaman/Foto: Detik Travel/Bunga Wulandari

Beauties, saat ini, masih ada beberapa negara yang bergulat dengan masalah kemiskinan ekstrem. Negara-negara ini memiliki ekonomi yang sangat rapuh sehingga warganya harus menghadapi tantangan yang berat setiap hari.

Kondisi seperti pemerintahan yang sering berubah atau tidak stabil, konflik dan peperangan, infrastruktur yang buruk seperti jalan dan bangunan yang rusak, serta minimnya fasilitas penting seperti sekolah dan rumah sakit menjadi masalah yang mereka hadapi secara rutin.

Jika kamu penasaran ada 12 negara yang masuk dalam daftar negara termiskin di dunia. Dilansir dari World Wild Schooling, kita akan menelisik Produk Domestik Bruto (PDB) mereka, memahami akar permasalahan yang menyebabkan kondisi ini, serta melihat bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat di negara-negara miskin ini berjalan.

Burundi

Menurut data dari Bank Dunia, Burundi berhasil mencatat PDB sebesar 2,6 miliar USD (sekitar Rp42 triliun) pada tahun 2023. Angka ini menunjukkan adanya perbaikan yang cukup berarti dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Namun, kemajuan tersebut belum mampu mengangkat Burundi dari statusnya sebagai salah satu negara termiskin di dunia.

Salah satu faktor yang memperberat kondisi ekonomi negara ini adalah kehadiran pengungsi dari Republik Demokratik Kongo (DRC) dan Rwanda yang tinggal di sana sehingga menambah beban pada perekonomian Burundi. Selain itu, stagnansi perkembangan ekonomi juga disebabkan oleh beberapa kendala struktural, seperti luas wilayah negara yang sangat kecil, status sebuah negara yang terkurung daratan (land-locked), serta ketergantungan yang tinggi pada metode pertanian tradisional.

Sudan Selatan

Terminal Drive, Juba, Sudan Selatan/Foto: Unsplash/chetan sharma

Sudan Selatan adalah negara termuda di dunia yang baru meraih kemerdekaan penuh pada tahun 2011. Seperti remaja yang sedang mencari arah, negara ini tengah berjuang mengembangkan ekonomi nasionalnya. Pada tahun 2023, PDB Sudan Selatan tercatat sebesar 11 miliar USD (sekitar Rp179 triliun).

Namun, meskipun usianya masih sangat muda, Sudan Selatan sudah menghadapi banyak tantangan berat. Setelah memisahkan diri dari Sudan, negara ini terjebak dalam ketidakstabilan politik yang serius, pemerintahan yang korup, dan konflik yang tak kunjung usai.

Padahal, Sudan Selatan sebenarnya kaya akan sumber daya alam, terutama minyak. Sayangnya, lebih dari 80 persen penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan yang parah. Harapan besar tertuju pada masa depan, bahwa seiring berjalannya waktu, Sudan Selatan bisa mengajar ketinggalan dalam pembangunan ekonomi dan mampu memberikan kehidupan yang lebih layak bagi rakyatnya.

Malawi

Malawi/Foto: Unsplash/Abrahan Echeverria

Menurut Bank Dunia, pada tahun 2023 Malawi memiliki PDB sebesar 14 miliar USD (sekitar Rp228 triliun). Namun, lebih dari separuh penduduknya masih hidup dalam kemiskinan dan sekitar 20 persen di antaranya berada dalam kondisi kemiskinan ekstrem. Di sisi lain, masyarakat wilayah pedesaan menghadapi kesulitan besar untuk mendapatkan akses air bersih, sanitasi yang memadai, serta layanan kesehatan yang layak.

Selain itu, Malawi juga tengah mengalami lonjakan pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Situasi ini pada akhirnya justru memperberat tekanan pada perekonomian negara yang sebenarnya sudah rapuh.

Sebagian besar warga desa menggantungkan hidupnya pada pertanian yang bergantung pada curah hujan. Sayangnya, metode ini makin tidak efektif karena dampak perubahan iklim yang menganggu pola cuaca dan hasil panen mereka.

Mozambik

Maputo, Mozambik/Foto: Unsplash/Rohan Reddy

Mozambik mencatat PDB sebesar 20 miliar USD (sekitar Rp325 triliun) pada tahun 2023, tetapi kondisi ekonominya tidak mudah. Selama satu dekade terakhir, ekonomi negara ini terus menurun dan kini tengah berjuang untuk bangkit setelah terpuruk akibat pandemi COVID-19.

Bank Dunia mencatat sebelum pandemi, ada sekitar 13,1 juta penduduk Mozambik yang hidup dalam kemiskinan, tetapi angka ini melonjak drastis menjadi 18,9 juta ketika pandemi berakhir. Selain tantangan pandemi, Mozambik juga kerap menghadapi bencana alam seperti siklon, kekeringan, dan banjir yang berulang. Bencana-bencana ini menjadi beban tambahan yang memperlambat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi negara tersebut.

Republik Demokratik Kongo (DRC)

Masina, Kinshasa, Republik Demokratik Kongo (DRC)/Foto: Unsplash/Kaysha

Meskipun memiliki banyak sumber daya mineral, Republik Demokratik Kongo (DRC) secara konsisten termasuk salah satu negara termiskin di dunia. Pada tahun 2023, negara ini memiliki PDB sebesar 66 miliar USD (sekitar Rp1.075 triliun), DRC justru masuk dalam daftar negara termiskin di dunia. Masalah yang dihadapi negara ini terbilang sangat dalam dan rumit, berakar dari masa kolonial hingga konflik yang terus berulang, ditambah dengan tata kelola pemerintah yang lemah serta infrastruktur yang belum memadai.

Sejak kemerdekaannya dari Belgia, DRC telah terjebak dalam berbagai perang saudara dan pemberontakan bersenjata. Puncaknya adalah Perang Kongo Kedua yang berlangsung antara 1998 dan 2003 yang dikenal juga sebagai “Perang Dunia Afrika”.

Konflik yang terjadi di Kongo tersebut tidak hanya melibatkan berbagai negara tetangga, tetapi juga menimbulkan jutaan korban jiwa. Akibatnya, infrastruktur penting hancur, banyak penduduk kehilangan tempat tinggal, dan pertumbuhan ekonomi negara ini terhambat secara signifikan.

Lebih tragis lagi, sekitar tiga perempat penduk DRC hidup dengan pendapatan kurang dari 2 USD (sekitar Rp32 ribu) per hari. Sebagian besar dari mereka bertahan hidup melalui pertanian subsisten dan pekerjaan tidak formal. Di samping itu, negara ini juga berulang kali dihantam oleh berbagai krisis kesehatan, seperti wabah Ebola, kolera, dan campak, yang terus menjadi tantangan besar bagi pemerintah untuk diatasi.

Republik Afrika Tengah (CAR)

Tiringoulou, Republik Afrika Tengah/Foto: CNN World

Republik Afrika Tengah, atau CAR, merupakan contoh nyata sebuah negara yang terperangkap dalam lingkaran konflik yang berkelanjutan, ketidakstabilan yang kronis, serta institusi yang lemah dan pengelolaan sumber daya yang buruk. Kombinasi faktor-faktor tersebut menjadi penyebab utama mengapa kondisi ekonomi negara ini sangat terpuruk.

Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa pada tahun 2023, CAR memiliki PDB sebesar 25 miliar USD (sekitar Rp407 triliun). Sayangnya, sebagian besar penduduknya—sekitar 70 hingga 80 persen—masih hidup dalam kemiskinan ekstrem dengan penghasilan harian kurang dari 1,9 USD (sekitar Rp30 ribu).

Situasi di CAR makin diperparah oleh kekerasan yang terus berlangsung dan keterbatasan akses terhadap layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Akibatnya, jutaan warga CAR terjebak dalam kesulitan yang luar biasa tanpa banyak kesempatan untuk mengubah nasib mereka menjadi lebih baik.

Niger

Agadez, Niger/Foto: Kumakonda

Niger adalah negara di Afrika Barat yang tidak memiliki akses ke laut. Pada tahun 2023, berdasarkan data dari Bank Dunia, negara ini mencatat PDB sebesar 26 miliar USD (sekitar Rp423 triliun). Namun ironisnya, lebih dari 40 persen penduduk Niger harus bertahan hidup dengan penghasilan kurang dari 2 USD (sekitar Rp32 ribu) per hari.

Wilayah Niger didominasi oleh Gurun Sahara yang membentang hingga 80 persen dari total daratan sehingga ruang untuk bertani sangat terbatas. Ironisnya, sektor pertanian masih menjadi tumpuan utama ekonomi negara ini.

Salah satu tantangan besar Niger adalah tingkat fertilitasnya yang termasuk tertinggi di dunia sehingga menyebabkan populasi tumbuh dengan sangat cepat. Sayangnya, laju pertumbuhan ini jauh melebihi kemampuan perkembangan ekonomi dan ketersediaan sumber daya.

Di samping itu, kondisi politik yang tidak stabil dengan seringnya terjadi krisis dan kudeta militer turut menghambat jalannya aktivitas ekonomi serta mengurangi minat investor asing untuk menanamkan modal di sana. Faktor lain yang tak bisa diabaikan adalah dampak warisan kolonial yang masih terasa kuat dan menjadi beban bagi Niger.

Liberia

Liberia/Foto: Eiti

Liberia adalah salah satu negara termiskin di dunia dengan PDB hanya 43 miliar USD (sekitar Rp700 triliun) pada tahun 2023. Terletak di Afrika Barat, Liberia telah berjuang menghadapi sejumlah masalah besar, mulai dari epidemi Ebola hingga perang saudara yang berkepanjangan. Dalam periode 1989 hingga 2003, negara ini mengalami dua perang saudara yang sangat merusak, yang tidak hanya menghancurkan infrastruktur dan ekonomi tetapi juga sistem sosialnya secara keseluruhan.

Dampak dari konflik ini sangat besar, di mana jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, sekolah dan rumah sakit hancur, serta banyak bisnis tutup. Salah satu efek paling parah adalah terjadinya brain drain, di mana para profesional terdidik memilih meninggalkan Liberia demi mencari kehidupan yang lebih baik di tempat lain. Kini, Liberia masih bergelut dengan masalah di sektor-sektor fundamental seperti kesehatan dan pendidikan, yang menjadi kunci utama untuk memulihkan kondisi negara.

Madagaskar

Antananarivo, Madagaskar/Foto: Unsplash/Brent Ninaber

Pada tahun 2023, Madagaskar—pulau terbesar di Samudra Hindia—mencatat PDB sebesar 16 miliar USD (sekitar Rp260 triliun). Namun, fakta pahitnya lebih dari 70 persen penduduk Madagaskar hidup di bawah garis kemiskinan, bahkan banyak yang harus bertahan dengan kurang dari 1,9 USD (sekitar Rp30 ribu) per hari. Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi pembangunan negara tersebut.

Madagaskar juga telah menghadapi krisis politik berulang, termasuk beberapa kudeta yang menyebabkan ketidakstabilan berkepanjangan. Kondisi pemerintahan yang lemah serta pengelolaan ekonomi yang buruk diperparah oleh korupsi yang meluas dan lemahnya institusi pemerintah. Semua faktor ini makin memperburuk kemiskinan yang sudah ada.

Di sisi lain, Madagaskar dikenal dengan keanekaragaman hayatinya yang sangat unik. Banyak spesies yang hanya bisa ditemukan di pulau terpencil ini sehingga menjadikannya warisan alam yang berharga. Sayangnya, sumber daya alam tersebut terancam oleh aktivitas manusia seperti deforestasi, penangkapan ikan berlebihan, dan degradasi lahan.

Dampak dari penebangan hutan secara ilegal dan pertanian tebang bakar telah menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Akibatnya, Madagaskar menjadi makin rentan terhadap bencana alam seperti siklon dan kekeringan. Ditambah lagi, posisi geografis yang terisolasi membuat negara ini kesulitan dalam mengembangkan perdagangan global dan memperluas sektor ekonominya di luar pertanian dan ekstraksi sumber daya alam.

Chad

Formasi Batu Ennedi, Chad/Foto: Kumakonda

Chad adalah sebuah negara di Afrika Tengah yang tidak memiliki akses ke laut dan dikenal sebagai salah satu negara termiskin di dunia. Pada tahun 2023, negara ini mencatat PDB sebesar 13 miliar USD (sekitar Rp211 triliun).

Sama seperti banyak negara lain yang menghadapi tantangan besar, Chad mengalami ketidakstabilan politik yang berkepanjangan, dampak perubahan iklim yang serius, serta ekonomi yang terus berjuang. Semua faktor ini menjadi penyebab utama kemiskinan yang meluas di sana.

Lebih dari 42 persen penduduk Chad hidup di bawah garis kemiskinan, dan ironisnya, angka kemiskinan ini justru meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, Chad juga termasuk dalam daftar negara dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terendah di dunia, yang menggambarkan kondisi hidup warganya yang sangat sulit.

Letak geografis Chad yang terkurung daratan, serta posisinya di wilayah Sahel yang rawan kekeringan, makin memperburuk proses pembangunan negara ini. Selain itu, masalah korupsi yang merajalela dalam institusi pemerintah juga menjadi hambatan besar. Banyak instansi pemerintah yang tidak bekerja secara efisien dan lebih sering mengutamakan kepentingan politik bagi kelompok kecil daripada kesejahteraan rakyat secara luas.

Yaman

Yaman/Foto: Detik Travel/Bunga Wulandari

Yaman adalah negara dengan PDB sekitar 21 miliar USD (sekitar Rp342 triliun), tetapi sayangnya menjadi salah satu negara yang mengalami krisis kemanusiaan paling parah di dunia. Kondisi ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari ketidakstabilan politik, perang saudara, hingga keruntuhan ekonomi yang berlangsung terus-menerus.

Kehilangan pendapatan dari sektor minyak dan gas, yang dulu menjadi tulang punggung perekonomian Yaman, membuat situasi ekonomi makin memburuk. Akibatnya, lebih dari 80 persen penduduk Yaman harus hidup di bawah garis kemiskinan.

Selain itu, Yaman juga tengah menghadapi tantangan besar berupa kelaparan dan ketidakamanan pangan, sistem layanan kesehatan yang hampir runtuh, serta masalah malnutrisi yang melanda banyak anak-anak. Bahkan lebih dari 4,5 juta anak di negara ini tidak dapat mengakses pendidikan sehingga memperparah krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung.

Somalia

Taleex, Mogadishu, Somalia/Foto: Unsplash/Abdalla Emiir

Pada tahun 2023, Somalia mencatat PDB sebesar 11 miliar USD (sekitar Rp179 triliun). Namun, sejak 1991, negara ini dikenal sebagai salah satu negara dengan ekonomi paling rapuh di dunia karena ketidakstabilan politik yang terus berlangsung.

Konflik berkepanjangan dan pengaruh milisi Al-Shabaab telah memperparah situasi sehingga lebih dari 70 persen penduduk hidup dalam kemiskinan. Banyak warga yang terdampak bahkan harus mengungsi dan tinggal di kamp-kamp pengungsian dan bergantung sepenuhnya pada bantuan kemanusiaan.

Selain itu, ketiadaan lembaga pemerintah yang efektif dalam waktu lama membuat penyediaan layanan dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur menjadi sangat terbatas. Ditambah lagi, Somalia juga mengalami kekeringan berkepanjangan yang memperburuk kondisi ketahanan pangan di negara tersebut.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE