Mengenal Doom Spending, Penyebab Dompet Milenial dan Gen Z Makin Tipis
Beauties, pernahkah kamu mendengar istilah doom spending? Istilah ini berkaitan dengan gaya hidup milenial dan gen Z yang serba mudah di era digital, termasuk dalam hal berbelanja.
Salah satu manifestasi dari gaya hidup modern ini adalah fenomena konsumsi yang tidak terkendali, di mana berbelanja sering dianggap sebagai self-care atau self-reward.
Ya, tentu self-reward merupakan bentuk positif dari mencintai diri sendiri untuk mendukung kesehatan mental dan fisik. Umumnya dilakukan melalui relaksasi, liburan, atau pembelian barang yang diinginkan. Namun bagaimana jika pembelian tersebut didasari oleh dorongan emosional tanpa pertimbangan yang mengakibatkan pengeluaran berlebihan?Â
Apa Itu Doom Spending?
Ilustrasi/ Foto: Freepik.com/Freepik
Doom spending adalah salah satu istilah yang kini populer untuk menggambarkan kebiasaan belanja tanpa perhitungan. Istilah ini mengacu pada perilaku konsumsi yang tidak terkendali di tengah ketidakpastian finansial atau bahkan krisis pribadi.
Lebih tepatnya, doom spending adalah perilaku belanja yang tidak rasional, kurang kontrol diri, dan sering kali didorong oleh emosi negatif, seperti kecemasan, stres, atau ketakutan akan masa depan di mana belanja yang impulsif menjadi cara untuk menenangkan perasaan tersebut, meskipun faktanya dapat memperburuk masalah keuangan yang sudah ada.
Ya, berbelanja saat stres dengan alasan self-reward hanya menciptakan ilusi sementara bahwa konsumsi dapat mengatasi kecemasan dan stres, padahal justru memperparah situasi finansial dalam jangka panjang.
Baca Juga : Viral Indonesia Dihantam Deflasi, Apa Itu? |
Â
Ciri-Ciri Doom Spending
Ilustrasi/ Foto: Freepik.com/Freepik
Untuk memahami apakah kamu salah satu yang terlibat dalam perilaku doom spending, ada beberapa ciri-ciri yang dapat diidentifikasi:
1. Belanja impulsif tanpa pertimbangan
Salah satu ciri paling umum dari doom spending adalah keputusan untuk membeli barang secara impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensi, anggaran dan kebutuhan. Pembelian ini biasanya tidak direncanakan dan terjadi secara mendadak, sering kali disebabkan oleh dorongan emosional.
2. Menggunakan kredit atau paylater
Ketika kamu terjebak dalam prilaku doom spending, kamu sering kali menggunakan kartu kredit atau pinjaman untuk mendanai ekspektasimu. Tentu hal ini akan menciptakan lingkaran hutang, jika tanpa diimbangi dengan pendapatan.
3. Berbelanja sebagai respons terhadap stres atau kecemasan
Banyak orang yang terlibat dalam doom spending menggunakan belanja sebagai pelarian dari masalah emosional mereka. Perlu diingat bahwa berbelanja memberikan kepuasan dan pengalihan sementara, tetapi dalam jangka panjang, tidak menyelesaikan akar masalah yang mendasari stres atau kecemasan tersebut.
4. Mengabaikan kondisi keuangan
Jika kamu terjebak dalam prilaku doom spending, kamu sering kali mengabaikan situasi keuanganmu. Meskipun memiliki keterbatasan anggaran, kamu tetap melakukan pembelian yang tidak perlu atau bahkan melebihi kemampuan finansialmu, Beauties.
5. Rasa bersalah setelah Berbelanja
Setelah melakukan pembelian impulsif, kamu akan mengalami rasa bersalah atau menyesal. Ini adalah tanda bahwa pembelian tersebut tidak didasarkan pada kebutuhan, melainkan hanya untuk memuaskan dorongan sementara.
6. Keinginan untuk berbelanja lebih
Kurangnya kontrol diri dan manajemen stres yang buruk dapat meningkatkan risiko semakin besarnya frekuensi belanja impulsif. Di sisi lain, dorongan emosional yang tidak diatasi juga memperbesar motivasi prilaku doom spending.Â
Penyebab Doom Spending
Ilustrasi/ Foto: Freepik.com/Freepik
Ada beberapa faktor yang menyebabkan doom spending, terutama di kalangan milenial dan gen Z di mana tekanan sosial dan media sosial menjadi pemicunya.
Media sosial sering kali menjadi penyebab utama, karena generasi muda sering kali membandingkan diri mereka dengan orang lain yang terlihat sukses dan bahagia di media sosial.
Gaya hidup mewah dan barang-barang mahal yang ditampilkan di platform seperti Instagram atau TikTok menciptakan dorongan untuk mengikuti tren tersebut, meskipun kondisi keuangan pribadi tidak mendukung.
Belum lagi akses terhadap belanja online semakin mudah. Dengan hanya beberapa klik, siapapun bisa membeli apapun dari berbagai platform e-commerce.
Kecepatan dan kemudahan akses ini memperburuk kecenderungan doom spending, karena tidak ada jeda waktu untuk mempertimbangkan dengan bijak apakah suatu pembelian benar-benar diperlukan.
Ditambah lagi banyak milenial dan gen Z yang tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang keuangan. Kurangnya pendidikan finansial membuat mereka cenderung membuat keputusan keuangan yang kurang bijaksana, termasuk perilaku doom spending.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Â