Mengenal Konsep Toxic Femininity dan Dampaknya terhadap Perempuan

Firzaputri Maulida Maharani | Beautynesia
Rabu, 24 Apr 2024 17:00 WIB
Cara Mengatasi Toxic Femininity
Toxic femininity/Foto: Freepik

Beauties, pernahkah kamu sebagai perempuan dihakimi karena tidak cukup feminin? Atau mungkin, Beauties sendiri pernah menghakimi sesama perempuan karena mereka tidak cukup feminin?

Jika Beauties pernah mengalami keduanya, maka Beauties sedang berada di kondisi toxic femininity. Hmmm, lantas apa sebetulnya toxic femininity ini? Simak penjelasan lengkapnya berdasarkan laman Healthline!

Pengertian Toxic Femininity

Toxic femininity/Foto: Freepik/benzoix

Jika Beauties tidak asing dengan konsep toxic masculinity, maka konsepnya kurang lebih sama dengan toxic femininity. Menurut seorang terapis, Meaghan Rice, toxic femininity dipahami sebagai istilah untuk menjelaskan kondisi ketika perempuan dituntut untuk menyesuaikan stereotip tradisional. 

Toxic femininity biasanya terjadi secara tidak sadar sebagai upaya untuk dapat diterima di budaya masyarakat patriarki. Contoh nyatanya adalah ketika Beauties dipaksa untuk memiliki anak karena dianggap sudah kodratnya, atau saat Beauties dikritik karena kurang memenuhi standar kecantikan yang ada (kurang putih, bertubuh gemuk, atau memiliki banyak rambut di bagian tubuh tertentu).

Intinya, femininitas ini akan menjadi toksik jika Beauties terpaksa melakukan hal-hal tersebut demi memenuhi ekspektasi orang lain dan harus memendam keinginan pribadi.

Dampak Toxic Femininity

Toxic femininity/Foto: Freepik

Menurut Monica Vermani, seorang psikolog klinis, toxic femininity menciptakan konsep keperempuanan yang kaku dan serba "membatasi". Toxic femininity tidak hanya merugikan perempuan, namun juga gender lainnya karena konsep ini secara tidak langsung memberikan ekspektasi dan membebani mereka.

Adapun dampak yang ditimbulkan dari toxic femininity, yaitu:

  • Menurut Saba Harouni Lurie, pemilik dari Take Root Therapy, toxic femininity memberikan standar kecantikan yang tidak realistis dan dapat menjadi penyebab dari gangguan body dysmorphia dan eating disorder.
  • Stres berlebih karena perempuan dituntut memenuhi ekspektasi dalam merawat keluarga, pekerjaan rumah, dan pekerjaan kantor jika mereka bekerja
  • Cemas, depresi, dan merasa terisolasi
  • Tidak mampu membuat batasan, menghindari konfrontasi, dan merasa harus menyenangkan orang lain
  • Dapat menyebabkan ketergantungan dalam konteks hubungan romantis

Cara Mengatasi Toxic Femininity

Toxic femininity/Foto: Freepik

Jika hal tersebut terjadi pada diri sendiri:

  • Cari tahu dari mana kepercayaan tersebut muncul. Baik itu dari media sosial, orang tua, atau teman, Beauties dapat mengerti asal mula konsep toxic femininity agar tidak terus menerus terpapar dan mempercayainya.
  • Cari tahu motivasi atas hal yang Beauties lakukan. Apakah selama ini Beauties merasa dituntut untuk berlaku sebagai seorang perempuan? Atau Beauties dengan sukarela mau melakukan hal-hal tersebut? 
  • Belajar memvalidasi diri sendiri. Perempuan kerap kali harus menekan perasaan atau meminimalisir pengalamannya untuk menyenangkan pria. Maka dari itu, Beauties dapat memberi afirmasi positif pada diri sendiri bahwa setiap perasaan dan tindakan Beauties valid.
  • Membuat batasan diri sendiri. Beauties perlu membuat batasan dengan orang yang kerap kali menuntut Beauties untuk memenuhi ekspektasinya. Dengan begitu, Beauties dapat lebih menghargai diri sendiri.

Jika hal tersebut terjadi pada orang lain:

  • Ajak orang tersebut berbicara baik-baik. Daripada menyerang mereka, lebih baik ajak berdiskusi untuk memahami sisi pandang mereka tentang toxic femininity.
  • Tanyakan orang tersebut apakah hal yang dilakukan sesuai dengan minat mereka. Jika Beauties merasa toxic femininity mempengaruhi hidup seseorang, tanyakan apakah mereka benar-benar menyukai apa yang mereka lakukan.
  • Tunjukkan apresiasi terhadap mereka. Tetap hargai segala pilihan dan keputusan mereka, terlebih lagi jika hal tersebut tidak sejalan dengan ekspektasi gender.

Semoga ke depannya Beauties dapat terhindar dari segala bentuk toxic femininity, ya! 

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE