Mengenal Kontrol Koersif dalam Hubungan, Lebih Berbahaya dari Pelecehan Emosional!

Retno Anggraini | Beautynesia
Sabtu, 21 Jan 2023 12:00 WIB
Mengenal Kontrol Koersif dalam Hubungan, Lebih Berbahaya dari Pelecehan Emosional!
Mengenal kontrol koersif dalam sebuah hubungan/Foto: Freepik.com/tirachardz

Bentuk-bentuk kekerasan dalam hubungan yang paling berbahaya sering kali tidak meninggalkan luka fisik sehingga terlambat untuk diketahui. Ini juga menyoroti betapa mengerikannya kekerasan dalam sebuah hubungan, misalnya kontrol koersif.

Kontrol koersif merupakan suatu bentuk kekerasan psikologis. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kontrol koersif dan mengapa kontrol koersif begitu merugikan perempuan, berikut penjelasannya menurut Laura Richards, seorang analisis perilaku kriminal, sebagaimana dilansir dari The List.

Memahami Pelecehan Emosional

Mengenal kontrol koersif dalam sebuah hubungan
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/Drazen Zigic

Meskipun tidak meninggalkan tanda-tanda fisik, berbagai macam pelecehan emosional sangat merusak bagi korbannya. Pelecehan emosional digunakan untuk menghancurkan harga diri korban untuk menciptakan ketergantungan psikologis pada pelaku. Pengondisian ketergantungan ini dilakukan melalui berbagai taktik, termasuk penghinaan, rasa bersalah, gaslighting, dan mengisolasi korban dari teman atau keluarga.

The Office of Women's Health menambahkan bahwa pelaku dapat memulai hubungan dengan banyak cinta dan perhatian, termasuk pujian dan permintaan untuk sering bertemu dengan korban di awal suatu hubungan. Tujuannya adalah untuk membuat korban merasa seperti mereka berdua melawan dunia. Jika korban mencoba mengambil tindakan hukum terhadap pelakunya, sang pelaku akan membuat pembelaan menggunakan pesan teks dan gambar yang menunjukkan korban tampak bahagia.

Definisi Kontrol Koersif

Mengenal kontrol koersif dalam sebuah hubungan
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/Drazen Zigic

Dalam meningkatkan kesadaran tentang betapa berbahayanya kontrol koersif, para ahli telah bekerja untuk mendefinisikan dan menjelaskan dengan lebih baik apa itu bagi politisi, penegak hukum, dan korban. Laura Richards mendefinisikan kontrol koersif sebagai pola perilaku strategis yang dirancang untuk mengeksploitasi, mengontrol, menciptakan ketergantungan, dan mendominasi.

Richards juga menambahkan bahwa hal ini juga dilakukan melalui micro-managing kehidupan korban menggunakan love bombing, gaslighting, kontrol ekonomi, dan isolasi. Wendy L. Patrick, seorang pengacara percobaan karier dan pakar hukum pidana, menjelaskan bahwa pelaku melakukan ini melalui upaya untuk membuat diri mereka ada di mana-mana, terutama melalui pengawasan dan pelanggaran batas.

Dalam hubungan heteroseksual, Patrick menambahkan perilaku ini dapat dilihat dengan memaksa korban untuk berperilaku dalam peran gender yang ditetapkan, dengan perempuan dimanipulasi untuk meninggalkan karier mereka untuk memiliki anak dan mengurus rumah. Namun, penerapan kontrol koersif tidak terjadi dalam semalam. Richards memperingatkan bahwa perubahan itu terjadi secara bertahap dan biasanya dimulai setelah korban secara emosional terlibat dalam hubungan tersebut. 

Inilah Alasan Mengapa Kontrol Koersif Begitu Berbahaya

Mengenal kontrol koersif dalam sebuah hubungan/Foto: Freepik.com/gpointstudio

Efek Kontrol Koersif

Mengenal kontrol koersif dalam sebuah hubungan
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/yanalya

Carmen Gill, seorang profesor di University of New Brunswick, mengatakan bahwa kontrol koersif dapat diringkas menjadi permainan kekuasaan. Perilaku ini dapat membuat korban merasa malu dan bersalah, ini merupakan perasaan yang dapat membuat korban terjebak dalam siklus pelecehan. Sering kali, korban tidak hanya tetap percaya bahwa mereka dapat mengubah pelaku, tapi mereka menginternalisasi gagasan bahwa mereka pantas diperlakukan.

Laura Richards mengatakan bahwa akibat kontrol koersif banyak korban pelecehan emosional mempertanyakan apa yang nyata dan apa yang tidak, serta merasa sulit untuk mempercayai persepsi mereka sendiri tentang realitas. Meski tidak ada luka fisik, PsychCentral menunjukkan bahwa banyak korban pelecehan emosional melaporkan gejala fisik, seperti nyeri tubuh kronis atau jantung berdebar-debar.

Alasan Kontrol Koersif Begitu Berbahaya

Mengenal kontrol koersif dalam sebuah hubungan
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/stefamerpik

Laura Richards menjelaskan bahwa sebagian alasan kontrol koersif begitu berbahaya adalah karena biasanya korban altruistik dan berempati. Richards memperingatkan bahwa orang-orang yang tertutup dan terisolasi sering kali menjadi target utama eksploitasi narsisis dan psikopat. Ketika para pelaku kekerasan ini benar-benar menjangkau calon korban baru, penyiapan akan terjadi pada hari pertama kontak.

Psychology Today menambahkan pelaku sering menyamar sebagai seseorang dengan sindrom 'Ksatria Putih'. Pelaku akan masuk dan menyelesaikan semua masalah korban, mulai dari mendukung mereka secara finansial hingga membantu mereka merasa lebih aman melalui pengawasan di rumah mereka. Tapi, tujuan utama pelaku adalah untuk mengisolasi dan mengontrol korban.

Richards menjelaskan bahwa perempuan cenderung dibesarkan dalam masyarakat yang mempersiapkan mereka sejak usia dini untuk menjadi korban sempurna dari kontrol koersif. Dia juga menambahkan bahwa pria bagaimanapun tampaknya tidak dihakimi dengan cara yang sama.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.