Mengenal Selat Solo, Tampilannya Mirip Steak Tapi Asli dari Indonesia

Natasha Riyandani | Beautynesia
Kamis, 11 Sep 2025 08:00 WIB
Mengenal Selat Solo, Tampilannya Mirip Steak Tapi Asli dari Indonesia
Fakta Selat Solo/ Foto: Instagram.com/gandrung_catering

Pengaruh budaya Eropa terasa begitu kental hampir di setiap daerah di Indonesia, terutama dalam keberagaman makanan melalui akulturasi budaya yang menghasilkan banyak hidangan populer seperti yang kita kenal saat ini.

Di Surakarta, Jawa Tengah, tersimpan salah satu makanan peninggalan bangsa Eropa yang bernama selat Solo. Makanan yang kerap disebut sebagai Bistik Jawa ini adalah sajian daging mirip steak yang dilengkapi dengan aneka sayuran dan saus kental khasnya.

Di balik rasanya yang nikmat, makanan ini menyimpan sejarah unik yang wajib untuk kamu ketahui. Lantas, seperti apa fakta-fakta menarik di balik terciptanya kelezatan makanan yang terinspirasi dari Eropa ini? Berikut informasi lengkapnya.

Sejarah Selat Solo

Selat Solo/ Foto: Instagram.com/byviszaj

Mengutip detikJateng, Selat Solo pertama kali muncul ketika Benteng Vastenburg yang berlokasi di hadapan gapura Keraton Surakarta mulai didirikan. Makanan ini merupakan hasil dari banyaknya pertemuan dan rapat yang dilakukan oleh pihak Keraton dan pihak Belanda.

Pada saat pertemuan tersebut, selalu tersaji makanan yang kurang cocok di lidah dua budaya. Para penjajah selalu ingin disajikan makan lezat, seperti steak dari negara asalnya, sedangkan pihak Keraton merupakan pribumi yang tidak terbiasa mengonsumsi daging sebagai makanan pokok sehari-hari, melainkan sayuran.

Berangkat dari keluhan tersebut, maka dibuatlah perpaduan antara daging dan sayuran seperti keinginan kedua belah pihak. Juru masak pun menciptakan menu baru yang mengombinasikan bahan-bahan seperti wortel (wortelen), selada (sla), kentang (aardappel), buncis (boon), mentimun (komkommer), telur (ei), dan kuah kecap (sojasous), serta daging sapi yang empuk.

Dari situlah lahir makanan yang cocok dengan selera sultan dan para petinggi Belanda.

Asal-usul Nama Selat Solo

Penamaan "Selat Solo" rupanya bukan karena adanya selat di sekitar daerah Solo. Nama ini terbentuk karena pengucapan masyarakat Solo terhadap salad. Kata "selat" berasal dari kata dalam bahasa Belanda "slachtje", yang berarti "potongan daging kecil" atau merujuk pada "salad".

Meskipun namanya berasal dari kata "salad", selat Solo sebenarnya merupakan perpaduan antara bistik, salad, dan sup, dengan bagian utamanya adalah daging sapi. Makanan ini disajikan dengan pengaruh gaya kolonial Belanda.

Perpaduan Budaya Jawa dan Eropa

Selat Solo terinspirasi dari hidangan Eropa seperti bistik (steak) dan salad. Di Eropa, daging untuk steak berukuran besar dan dimasak setengah matang. Sementara, para sultan di Keraton Solo tidak terbiasa menyantap sajian daging yang diolah demikian.

Akhirnya, daging yang seharusnya dimasak setengah matang diubah menjadi daging sapi cincang yang dicampur sosis, tepung roti, dan telur. Bahan-bahan tersebut dicampur, lalu dibentuk memanjang seperti lontong dan dibungkus daun pisang. Kemudian, daging dikukus hingga matang, lalu diiris tebal dan digoreng dengan sedikit margarin.

Penyajian Selat Solo

Penyajian selat Solo/ Foto: Instagram.com/ayudiahrespatih

Selat Solo umumnya disajikan bersama sayuran seperti wortel, buncis, selada, tomat, dan telur rebus, serta kentang rebus atau kentang goreng. Selain itu, ada pula yang menambahkan acar mentimun, acar bawang, atau saus mustard.

Sebenarnya, penyajian selat Solo sangat berbeda dengan sajian steak ala Eropa. Selat Solo disajikan dengan cita rasa rempah yang kuat dan disajikan dalam keadaan dingin karena dianggap menyegarkan.

Sementara itu, steak Eropa biasanya disajikan setelah proses “resting” atau mengistirahatkan daging selama beberapa menit agar cairan di dalamnya terserap kembali, sehingga rasanya lebih juicy dan teksturnya lebih lembut.

Modifikasi Selat Solo di Zaman Sekarang

Tak bisa dimungkiri, perkembangan zaman menuntun terjadinya inovasi baru dalam berbagai menu makanan, termasuk selat Solo.

Kini, Beauties bisa menemui selat Solo dengan beragam isian seperti telur rebus yang dimasak bersama daging, keripik kentang, mashed potato, acar, sosis, bakso, hingga keju leleh di atasnya. Dengan variasi yang semakin beragam, selat Solo mendapat banyak penggemar baru yang tertarik dengan kenikmatan unik tersebut.

Variasi dan Jenis Selat Solo

Makin ke sini, variasi dan jenis selat Solo kian beragam. Meski begitu, selat Solo tetap mempertahankan kuah khasnya yang lezat.

Variasi selat Solo/ Foto: Instagram.com/yulyan_parwati

Meskipun resep dasarnya sama, terdapat beberapa variasi selat Solo yang hanya bisa kamu jumpai di Kota Solo. Berikut di antaranya:

  • Selat Solo Klasik: Menggunakan daging sapi has dalam yang diiris tipis.
  • Selat Galantin: Menggunakan olahan daging giling yang dibentuk seperti sosis panjang.
  • Selat Lidah: Menggunakan lidah sapi sebagai protein utamanya.
  • Selat Ayam: Menggunakan daging ayam sebagai alternatif yang lebih terjangkau.
  • Selat Iga: Menggunakan potongan iga sapi yang empuk.

Setiap variasi selat Solo memiliki cita rasa dan tekstur yang berbeda, namun tetap mempertahankan esensi khasnya dengan siraman kuah rempah yang manis dan sayuran segar sebagai pelengkap.

Meski telah mendapat berbagai modifikasi, banyak pecinta kuliner yang tetap memilih untuk menikmati selat Solo dalam bentuk tradisional. Gimana dengan Beauties, kira-kira lebih suka dengan selat Solo yang kekinian atau tradisionalnya, nih?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.