Mengharukan, Ini Kisah Perjuangan Dokter di Rumah Sakit Darurat COVID-19
Di tengah-tengah pandemi global, para tenaga kesehatan dapat diibaratkan sebagai pasukan perang yang secara langsung menghadapi pasien. Meningkatnya jumlah pasien dalam jumlah signifikan membuat mereka harus melakukan banyak pengorbanan. Melansir dari Wolipop, seorang dokter bernama dr. Debryna Dewi Lumanauw yang bertugas di rumah sakit darurat Wisma Atlet menceritakan kisahnya dalam penangani pasien virus corona.
Foto: Istimewa
Dr. Debryna melalui Instagram story-nya membagikan pengalamannya secara langsung selama bertugas di rumah sakit darurat Wisma Atlet. Dalam postingannya, ia menggambarkan bagaimana sistem di rumah sakit darurat Wisma Atlet yang terbagi menjadi tiga zona yakni zona merah, kuning, dan hijau.
Dalam zona-zona tersebut, para tenaga kesehatan harus lebih waspada dan cermat. Pasalnya, ketika seseorang sudah memasuki zona merah, para tenaga kesehatan ini harus menganggap dirinya adalah ODP dan harus menjalani karantina selama 14 hari sebelum bisa secara bebas pergi ke luar masuk semua area.
Foto: Istimewa
Dari hari pertamanya bertugas di rumah sakit darurat Wisma Atlet, Debryna menceritakan bahwa pengamanan di rumah sakit darurat ini benar-benar sangat ketat. Saat masuk ke dalam, seseorang akan melalui pengecekan suhu tubuh dan melalui bilik disinfektan yang dijaga langsung oleh petugas militer. Tidak hanya para pasien yang datang, para pekerja di rumah sakit darurat COVID-19 yang berada di sana juga rutin diperiksa dan memperoleh jaminan asuransi kesehatan.
Foto: Istimewa
Dr. Debryna mendapatkan tugas untuk berjaga di IGD, mulai dari pukul 5 pagi hingga pukul 3 sore. Selama berjaga, ia dan semua staf kesehatan harus mengenakan alat pelindung diri (APD) yang terdiri dari masker bedah, sarung tangan, baju hazmat, serta diapers. Namun, untuk menghemat ketersediaan APD, ia memaparkan bahwa tim medis dan semua tenaga kesehatan sepakat hanya boleh mengenakan satu set APD dalam setiap jadwal shift. Dengan kata lain, mereka tidak bisa makan, minum atau pergi ke toilet selama shift sedang berlangsung.
Foto: https://www.deutschlandfunk.de/
Ia juga menceritakan bahwa kebutuhan makan dan minum bagi para petugas medis selalu tercukupi dengan baik. Pasalnya, cukup banyak warga yang menyumbangkan kebutuhan logistik. Namun, tidak dipungkiri, keadaan rumah sakit dan IGD yang selalu ramai membuat dirinya dan semua tim medis harus bekerja keras.