Nggak Cuma Lagu 'Bayar, Bayar, Bayar' Sukatani, Ini Daftar Karya Seni yang Pernah Dibredel di Indonesia

Riswinanti Pawestri Permatasari | Beautynesia
Senin, 24 Feb 2025 14:30 WIB
2. Lagu Iwan Fals
Iwan Fals/Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

Pembredelan lagu berjudul Bayar, Bayar, Bayar yang dibawakan oleh grup musik Sukatani baru-baru ini memang jadi perbincangan hangat. Lagu tersebut dilarang beredar lantaran dianggap mengandung unsur provokasi yang berpotensi menjatuhkan pemerintah.

Walaupun grup asal Purbalingga itu sudah menarik lagunya dari peredaran, namun atensi publik masih sangat kuat karena tindakan pemerintah ini dianggap menyalahi prinsip kebebasan berpendapat.

Namun pencekalan terhadap lagu Sukatani ini ternyata bukan pertama kalinya terjadi. Sejak masa Orde Baru, pembatasan terhadap karya seni sudah beberapa kali terjadi terutama yang dianggap mengancam dan mengarah pada perlawanan terhadap pemerintah. Berikut daftar beberapa karya seni yang sempat dibredel di Indonesia.

1. Novel Bumi Manusia Karya Pramudya Ananta Toer

Bumi Manusia/Foto: goodreads.comBumi Manusia/Foto: goodreads.com

Melansir Detikcom, novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer pernah mengalami pembredelan oleh pemerintah Orde Baru pada 1980-an. Pemerintah melarang peredarannya melalui Surat Edaran Nomor 73106/Sekjen PDK/1980 dengan alasan karya tersebut dianggap meresahkan dan membahayakan ideologi Pancasila.

Pram sendiri dicap sebagai penyebar komunisme karena kedekatannya dengan kelompok kiri, meskipun sastrawan seperti Puthut EA menegaskan bahwa pelarangan ini lebih disebabkan oleh ketakutan Orde Baru terhadap pengaruh dan eksistensi Pram. Meskipun mengalami penindasan, Pram tetap berkarya dan menghasilkan novel yang menjadi bagian dari Tetralogi Pulau Buru.

Kini, setelah puluhan tahun, Bumi Manusia justru direkomendasikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai salah satu dari 177 buku dalam program "Sastra Masuk Kurikulum." Pengumuman ini disampaikan pada 20 Mei 2024 sebagai bagian dari upaya meningkatkan literasi siswa.

2. Lagu Iwan Fals

Management Black Brothers akan menggelar konser tertajuk

Iwan Fals/Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

Lagu Surat Buat Wakil Rakyat dari album Wakil Rakyat dirilis pada 1987 dengan aransemen musik oleh Bagoes A.A. Melansir Detikcom, lagu ini menggambarkan kritik tajam terhadap para wakil rakyat yang tidak serius dalam menjalankan tugasnya, termasuk kebiasaan mereka tertidur saat sidang.

Akibat liriknya yang dianggap menghina pejabat negara dan berpotensi mengganggu stabilitas politik, lagu ini sempat dicekal oleh pemerintah Orde Baru. Meski begitu, lagu ini tetap populer dan menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan. Selain Surat Buat Wakil Rakyat, beberapa lagu Iwan Fals lainnya seperti Bento dan Galang Rambu Anarki juga mengalami pelarangan di era tersebut.

3. Semsar Siahaan

Lukisan Semsar Siahaan di Art Jakarta 2019

Semsar Siahaan/Foto: Gajah Galery/Istimewa/detikcom

Semsar Siahaan adalah seorang seniman dan aktivis yang dikenal lantang mengkritik isu sosial serta politik melalui karya-karyanya. Salah satu kasus pembredelan yang menimpanya terjadi pada Juni 1994, ketika ia ikut serta dalam unjuk rasa menentang pembredelan Majalah TEMPO, Editor, dan Detik oleh rezim Orde Baru. Dalam aksi tersebut, sebagaimana diulas Detikcom, Semsar mengalami penganiayaan berat oleh aparat hingga tiga tulang kakinya patah dan menyebabkan cacat permanen.

Selain melalui aksi langsung, kritik Semsar juga hadir dalam karya-karyanya, seperti lukisan Manubilis (1988), yang menggambarkan sosok manusia berjas dengan sifat binatang dan iblis, sebagai simbol kritik terhadap penguasa Orde Baru. Selain Manubilis, karyanya yang lain, seperti instalasi kuburan di Jakarta Biennale dan lukisan Piza, juga menyindir ketidakadilan sosial.

Selama hidupnya, Semsar terus menghadapi tekanan, namun tetap berkarya dan bersuara untuk rakyat. Setelah sempat mengasingkan diri, ia kembali ke Indonesia pada 2004 dan menetap di Bali. Semsar Siahaan meninggal pada 23 Februari 2005 di Rumah Sakit Umum Daerah Tabanan dan dimakamkan di TPU Menteng Pulo, Jakarta, sehari setelahnya.

4. Lagu dari Slank

The 90's Festival 2024 digelar di Gambir Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 10-11 Agustus 2024. Slank juga memeriahkan festival tersebut.

Slank/Foto: Grandyos Zafna/detikcom

Slank yang lekat dengan lagu-lagu berisi kritik sosial juga tak luput dari pencekalan. Salah satu lagu yang sempat dipermasalahkan adalah “Gosip Jalanan”. Lagu yang dirilis pada tahun 2004 ini dianggap berisi kritik tajam terhadap kondisi politik Indonesia saat itu.

Slank menyanyikannya di Gedung KPK sehingga para wakil rakyat di DPR merasa tersinggung. Alhasil, sebagaimana diulas Lintang Indra Lestari dkk. dalam jurnal UIN Radeh Patah, Slank sempat digugat oleh instansi DPR ke jalur hukum.

5. Lukisan Yos Suprapto

Lukisan-lukisan Yos Suprapto di GNI Diturunkan

Yos Suprapto/Foto: Febriyantino/ detikHOT

Pameran lukisan Yos Suprapto yang bertajuk Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan di Galeri Nasional mendadak dibatalkan pada 19 Desember 2024. Bukan sepenuhnya karena dibredel pemerintah, keputusan ini dipicu oleh permintaan kurator Suwarno Wisetrotomo untuk menurunkan lima dari 30 lukisan yang dinilai terlalu vulgar dan tidak sesuai dengan tema pameran. Lukisan-lukisan tersebut menampilkan sosok-sosok yang populer dalam pemerintahan, lengkap dengan isu yang mengelilinginya.

Melansir CNN Indonesia, Yos Suprapto menolak permintaan tersebut, menganggapnya sebagai bentuk pembredelan terhadap kritik sosial yang disampaikan melalui karyanya. Akibatnya, ia memilih menarik seluruh lukisannya dan membatalkan pameran secara keseluruhan dan membawa pulang kembali karya-karyanya ke Yogyakarta.

Kurator Suwarno mengklaim bahwa perbedaan pendapat dengan Yos Suprapto sudah terjadi sejak proses kurasi pada Oktober 2024. Ia akhirnya memutuskan mundur sebagai kurator tiga hari sebelum pameran. Sementara itu, pihak Galeri Nasional menyatakan bahwa pembatalan dilakukan karena kendala teknis dan meminta maaf atas keputusan tersebut.

6. Penggembokan Studio Teater Payung Hitam

Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) di Kampus ISBI Bandung.

Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung/Foto: Anindyadevi Aurellia/detikcom

Pementasan teater Wawancara dengan Mulyono oleh Teater Payung Hitam yang seharusnya digelar di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung pada 15 Februari 2025 batal karena pihak kampus menggembok lokasi acara. Rektor ISBI, Retno Dwimarwati, menjelaskan pada Detikcom bahwa sejak awal kampus telah menolak izin pertunjukan karena mempertimbangkan netralitas institusi dari kepentingan politik dan isu SARA.

Meski sudah ada pertemuan dan peringatan kepada sutradara Rahman Sabur serta timnya, mereka tetap melakukan latihan dan mempublikasikan poster acara di media sosial. Awalnya, poster menampilkan gambar Joko Widodo, tetapi setelah mendapat protes, gambar diubah menjadi wajah aktor teater Tony Broer. Pihak kampus akhirnya mengambil langkah tegas dengan menggembok studio teater sehari sebelum pertunjukan berlangsung.

7. Lagu Bayar Bayar Bayar Oleh Sukatani

Sukatani Band

Sukatani Band/Foto: Instagram.com/sukatani.band

Sukatani adalah grup musik asal Purbalingga yang digawangi oleh Muhammad Syifa Al Ufti (Electroguy) sebagai gitaris dan Novi Chitra Indriyaki (Twister Angels) sebagai vokalis. Selama ini, mereka dikenal dengan penampilan panggungnya yang selalu memakai topeng.

Namun, grup yang dikenal kritis terhadap isu sosial ini harus tersandung masalah ketika merilis lagu Bayar, Bayar, Bayar yang diakui Muhammad Syifa Al Ufti memang diciptakan sebagai bentuk sindiran terhadap oknum kepolisian yang melanggar peraturan. Setelah menarik lagunya dari peredaran, Sukatani juga mengunggah video permintaan maaf kepada pihak yang merasa dirugikan.

"Dengan ini saya mengimbau kepada semua pengguna akun media sosial yang telah memiliki lagu kami dengan judul Bayar Bayar Bayar, lirik lagu bayar polisi agar menghapus dan menarik semua video menggunakan lagu kami dengan judul Bayar Bayar Bayar. Karena apabila ada risiko di kemudian hari sudah bukan tanggung jawab kami dari band Sukatani," kata Muhammad Syifa Al Ufti, melansir Detikcom.

Demikian beberapa karya seni yang sempat dibredel pemerintah Indonesia. Selain kasus di atas, mungkin masih banyak karya-karya anak bangsa yang dilarang dan dibatasi karena berbagai alasan. Bagaimana pendapat kamu, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE