Para Ahli Peringatkan Artificial Intelligence Bisa Sebabkan Kepunahan Manusia, Kok Bisa?
Dunia seolah berada dalam film science-fiction seiring perkembangan teknologi. Kecanggihan yang bisa kita nikmati sekarang tentu punya manfaat, tapi bersama dengan itu, dampak negatif buat umat manusia. Artificial Intelligence (AI) yang marak belakangan ini, misalnya.
Pada Selasa (30/5), ratusan ahli, mulai dari peneliti sampai pimpinan OpenAI dan Google DeepMind, membahas ancaman teknologi AI terhadap peradaban umat manusia beberapa waktu lalu. Kesimpulan yang didapatkan yakni AI dapat menyebabkan kepunahan manusia. Mereka pun berikan peringatan bagi semua orang perihal ini.
"Mitigating the risk of extinction from AI should be a global priority alongside other societal-scale risks such as pandemics and nuclear war," para ahli tersebut menarik kesimpulan, sebagaimana tertulis dalam situs resmi Center for AI Safety. Pernyataan itu ditandatangani ratusan peneliti dan tokoh ternama dunia, termasuk Co-Founder Skype, CEOÂ OpenAI, hingga mantan Presiden Estonia.
Bukan cuma mengancam banyak profesi yang ada akibat substitusi teknologi, dampak kecerdasan buatan ini menjalar ke mana-mana, Beauties.
Skenario Penyalahgunaan AI yang Disebut Ahli
Ilustrasi AI (Artificial Intelligence)/ Foto: Getty Images/iStockphoto/metamorworks |
Melalui situs Center for AI Safety, ahli menjabarkan 8 contoh bahaya AI yang semakin canggih dan disalahgunakan, Beauties. Contoh tersebut di antaranya adalah
- Weaponization: contohnya automasi serangan siber atau alat untuk menciptakan senjata biokimia
- Misinformation: AI dapat menyuguhkan konten persuasif yang dapat menimbulkan respon emosional kuat, merusak pengambilan keputusan kolektif, dan membuat individu radikal.
- Proxy gaming: AI dapat menemukan cara untuk mengejar tujuan dengan mengorbankan nilai yang dimiliki individu atau manusia.
- Enfeeblement: manusia dapat kehilangan kemampuan mengatur diri sendiri jika tugas-tugas berat selalu dilimpahkan ke teknologi, menciptakan ketergantungan, seperti yang ditangkap dalam film Wall-E.
- Value lock-in: sistem dengan kompetensi tinggi dapat memberikan kelompok kecil kekuatan yang besar.
- Emergent goals: model dapat menunjukkan perilaku tak terduga saat mereka lebih canggih. Munculnya kemampuan secara tiba-tiba ini dapat meningkatkan risiko orang kehilangan kendali atas AI.
- Deception: Sistem AI yang kuat dapat menipu sehingga tujuan apa pun dapat tercapai.
- Power-seeking behavior: AI dengan kekuatan besar bisa sangat berbahaya jika tidak selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Regulasi yang Masih Didiskusikan
Foto: Getty Images/iStockphoto/Sitthiphong
Regulasi yang Masih Didiskusikan
Ilustrasi AI/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Sitthiphong |
Para peneliti dan pemimpin perusahaan teknologi seperti Elon Musk menandatangani surat terbuka untuk menghentikan pengembangan teknologi AI, sebagaimana disebutkan dalam laman BBC.
Walaupun begitu, masih terdapat banyak manfaat yang dirasakan manusia oleh keberadaan AI, seperti penemuan antibiotik baru. Pada akhirnya, langkah yang dapat diambil untuk menghindari risiko berbahaya AI adalah dengan membuat regulasi khusus.Â
Perdana Menteri Britania Raya Rishi Sunak sudah bertemu dengan para CEO dari perusahaan AI besar untuk mendiskusikan regulasi yang harus ditetapkan dan dibahas lebih lanjut pada pertemuan G7 pada akhir bulan Mei lalu di Hiroshima, Jepang. Melansir Reuters, pemimpin dunia yang tergabung dalam Group of Seven sepakat atur standar teknis perihal AI ini.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Ilustrasi AI (Artificial Intelligence)/ Foto: Getty Images/iStockphoto/metamorworks
Ilustrasi AI/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Sitthiphong