Seorang pria asal Iran yang tinggal selama 18 tahun di Bandara Charles de Gaulle Paris meninggal dunia pada Sabtu (12/11) waktu setempat. Mehran Karimi Nasseri (76) meninggal usai alami serangan jantung di Terminal 2F di bandara pada siang hari, menurut pihak berwajib, dilansir dari Al Jazeera.
Nasseri sempat mendapatkan pertolongan dari pihak polisi dan tim medis. Namun, nyawanya tidak tertolong.
Kisah Mehran Karimi Nasseri, Pria Iran yang Tinggal 18 Tahun di Bandara Prancis
Nasseri tinggal di Terminal 1 bandara dari tahun 1988 hingga 2006. Dilansir dari Al Jazeera, hal ini bermula dari ketidakpastian hukum karena ia tidak memiliki surat izin tinggal.
Ia tidur di bangku plastik merah yang dikelilingi oleh kotak surat kabar dan majalah. Ia mandi dan membersihkan diri menggunakan fasilitas yang dimiliki oleh staf bandara.
Sehari-hari, pria yang dijuluki Lord Alfred ini menulis di buku harian, membaca majalah, belajar ekonomi, dan mengamati para pelancong yang lewat. Nasseri menjadi karakter ikonik di Bandara Charles de Gaulle Paris.
"Akhirnya, saya akan meninggalkan bandara," katanya kepada The Associated Press pada tahun 1999. "Tapi saya masih menunggu paspor atau visa transit."
Nasseri lahir pada tahun 1945 di Soleiman, bagian dari Iran yang saat itu berada di bawah yurisdiksi Inggris. Ayahnya berasal dari Iran, sementara sang ibu dari Inggris. Nasseri bertolak ke Inggris pada tahun 1974 dengan tujuan mengenyam pendidikan.
Ketika dia kembali, Nasseri mengaku dipenjara karena memprotes shah dan dikeluarkan tanpa paspor.
Ia mengajukan suaka politik di beberapa negara di Eropa, termasuk Inggris, namun ditolak. Akhirnya, badan pengungsi PBB di Belgia memberinya kredensial pengungsi, tetapi dia mengatakan tas kerjanya yang berisi sertifikat pengungsi dicuri di stasiun kereta Paris.
Polisi Prancis kemudian menangkapnya, tetapi tidak dapat mendeportasinya ke mana pun karena dia tidak memiliki dokumen resmi. Dia berakhir di Charles de Gaulle pada Agustus 1988, di mana dia akhirnya memutuskan untuk tinggal dan menetap.