Profil Gisele Pelicot, Penyintas Pemerkosaan yang Kini Jadi Ikon Feminis Dunia

ALMIRA WIJI RAHAYU | Beautynesia
Kamis, 02 Jan 2025 20:00 WIB
Profil Gisele Pelicot, Penyintas Pemerkosaan yang Kini Jadi Ikon Feminis Dunia
Profil Gisele Pelicot, Penyintas Pemerkosaan yang Kini Jadi Ikon Feminis /Foto: Reuters/Manon Cruz

Kasus pemerkosaan yang dialami oleh Gisele Pelicot menghebohkan dunia pada tahun 2024. Ia diperkosa oleh setidaknya 71 pria secara tidak sadar dan direkam oleh suaminya sendiri kala itu, Dominique Pelicot, selama hampir satu dekade. 

Dengan adanya kejadian ini, Gisele tidak patah semangat dan terus mencari keadilan. Bahkan, ia disebut sebagai ikon feminis yang telah memberikan dampak kepada penyintas kekerasan seksual lainnya yang ada di seluruh dunia. 

Bagaimana kisah dan profil Gisele Pelicot? 

Profil Gisele Pelicot

Gisele Pelicot /Foto: REUTERS/Manon Cruz

Mengutip France 24, Gisele adalah seorang perempuan yang terlahir dari keluarga militer. Ia lahir di Jerman pada tanggal 7 Desember 1952. Sejak menginjak umur lima tahun, ia pindah ke Prancis. 

Perempuan berusia 72 tahun itu memiliki cita-cita menjadi seorang penata rambut. Namun, ia berakhir berkarier di bidang layanan logistik di perusahaan listrik yang berada di Prancis. 

Mengenai hubungan percintaan, ia bertemu dengan Dominique pada tahun 1970-an. Saat itu umurnya masih 19 tahun dan mantan suaminya itu merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama terhadapnya.

Selama menjalani rumah tangga dengan Dominique, ia dikaruniai dengan tiga anak dan tujuh cucu. Mereka memiliki beberapa masalah rumah tangga layaknya pasangan lainnya, tetapi bisa mengatasi masalah-masalah tersebut.

Bahkan, keluarga dan teman-temannya menganggap bahwa pasangan itu adalah pasangan ideal. Tidak ada kata curiga yang mereka torehkan kepada Dominique yang kala itu terlihat sebagai sosok family man.  

Malapetaka Itu Terjadi di Mazan

Gisele Pelicot /Foto: REUTERS/Manon Cruz

Mimpi buruk Gisele dimulai sejak ia dan Dominique pindah ke Mazan, sebuah desa dengan enam ribu penduduk di Prancis, setelah mereka pensiun pada tahun 2014. Pada awalnya, Gisele menghabiskan waktu luangnya dengan berjalan-jalan dan bernyanyi di sebuah paduan suara di daerah tersebut. 

Semakin bertambah umur, kesehatan Gisele makin menurun. Berat badannya menurun, rambutnya makin rontok, sering pingsan, hingga mengalami gejala kecemasan yang makin parah. Sejak tahun 2011, ia juga merasa bahwa ia terlalu banyak tidur, sering lupa ingatan, dan tubuhnya mudah capek. 

Pada bulan September 2020, suaminya kala itu ketahuan merekam area intim perempuan dari bawah rok di sebuah supermarket. Dua bulan kemudian, ia dipanggil ke kantor polisi setempat. Gisele mengira bahwa pemanggilan ini terkait dengan ulah pasangannya. 

Saat itu, polisi memperlihatkan sebuah folder khusus yang berisikan 20 ribu foto dan video perempuan yang diperkosa oleh pria-pria secara tidak sadar. Perempuan dalam foto dan video itu adalah dirinya yang direkam dan dibius oleh suaminya sendiri. 

Dominique membuatnya tidak sadar dengan cara menambahkan obat tidur ke dalam makanan dan minumannya. Saat Gisele tertidur pulas, pria berusia 72 tahun itu akan mengarahkan pria-pria yang direkrutnya secara online untuk memperkosa istrinya dan merekam perbuatan bejat itu.

Mengutip BBC, pemerkosaan yang dilakukan oleh setidaknya 71 pria berbeda itu telah terjadi sejak tahun 2014. Namun, Dominique pertama kali mencoba membius dan memperkosa istrinya sendiri sejak tahun 2011 yang diajarkan oleh seorang pria yang mengaku sebagai petugas kesehatan secara online.

Setelah kelakuannya terbongkar, Gisele berpisah dari Dominique hingga bertemu kembali di persidangan pertama pada bulan September 2024. Beberapa hari sebelum persidangan perdana tersebut, mereka telah resmi bercerai.

Dominique Pelicot dihukum dengan hukuman penjara selama 20 tahun oleh pengadilan setempat pada Kamis (19/12). Sedangkan, 50 pria pemerkosa yang berhasil diidentifikasi, dipenjara dengan jumlah tahun kurungan yang berbeda-beda.  

Patahkan Stigma Korban Pemerkosaan

Bentuk Solidaritas Warga Prancis kepada Gisele Pelicot /Foto: REUTERS/Manon Cruz

Dalam sistem hukum Prancis, persidangan kasus pemerkosaan atau kekerasan seksual dapat dilakukan secara tertutup. Namun, Gisele meminta agar persidangan dilakukan secara terbuka. Pengacaranya juga meminta pihak pengadilan untuk memutarkan video-video pemerkosaan yang direkam mantan suami kliennya itu. 

"Saya ingin semua korban pemerkosaan dapat berkata: 'Jika Nyonya Pelicot bisa melawan, kita juga bisa melakukan hal yang sama'.... Karena ketika kamu diperkosa, kamu merasa malu, padahal pelaku lah yang seharusnya merasa malu," ungkap Gisele di pengadilan kasus tersebut, dikutip oleh Sky News. 

"Pemerkosaan adalah pemerkosaan," tambahnya. 

Setelah bercerai, ia kembali menggunakan nama keluarganya. Namun, ia meminta media untuk menuliskan nama belakangnya sama dengan nama belakang mantan suaminya, Pelicot. Alasannya, ia berharap agar cucu-cucunya "bangga" memiliki ikatan keluarga dengannya dan tidak malu dikaitkan dengan Dominique, mengutip BBC. 

Keberanian Gisele berdampak ke perempuan-perempuan lainnya yang menjadi korban kekerasan seksual oleh pasangannya sendiri. 

Layaknya Latika (bukan nama asli), perempuan asal Prancis yang dibius dan diperkosa oleh suaminya sendiri, seperti yang dilaporkan Sky News. Dengan adanya kasus ini, Latika menjadi berani untuk menceritakan kekerasan seksual yang dilakukan oleh suaminya tanpa rasa malu. Ia bersama penyintas lainnya turun ke jalan secara damai sebagai bentuk solidaritas dengan Gisele.

Dukungan terhadap Gisele juga didapatkan dari Australia, menunjukkan ia telah menjadi ikon feminis dunia saat ini. Sebuah organisasi nirlaba asal Australia, Older Women's Network, memberikan sebuah syal sebagai simbol dukungan kepadanya. 

Gisele dianggap telah membantu mengubah persepsi tentang kekerasan seksual di Australia. Kini, dunia tahu bahwa perempuan muda dan tua bisa menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan orang asing maupun pasangannya sendiri.

"Pemerkosaan tidak ada kaitannya dengan masalah muda maupun penampilan menarik, melainkan kekerasan dan kekuasaan. Itu sungguh pesan yang kuat, tidak hanya untuk perempuan tua, tetapi yang muda juga..bahwa semua ini bukan salah mereka," ucap Beverly Baker, ketua organisasi tersebut kepada BBC.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE