Gerakan protes anti pemerintah di Iran terus bergejolak. Hukuman berupa eksekusi mati bagi para pendemo menjadi sorotan, termasuk baru-baru ini yang mengancam pesepak bola Iran, Amir Nasr-Azadani.
Amir Nasr-Azadani, yang pernah bermain untuk tim nasional U-16 Iran, ditangkap pada bulan September lalu. Ia diduga terlibat dalam "kerusuhan bersenjata" di Isfahan yang menewaskan tiga anggota pasukan keamanan, sebagaimana dilansir dari The Telegraph.
Pria berusia 26 tahun itu didakwa atas "pemberontakan, keanggotaan dalam geng ilegal, kolusi untuk merusak keamanan dan karena itu membantu dalam Moharabeh". Moharabeh sendiri berarti "berperang melawan Tuhan" dan bisa dihukum mati di Iran.
Ya, pihak berwenang Iran diketahui melakukan tindakan keras dan brutal terhadap pengunjuk rasa, termasuk eksekusi mati para pendemo. Dalam sepekan, Iran dilaporkan melakukan eksekusi mati terhadap dua orang tahanan yang dihukum karena terlibat dalam protes kematianMahsaAmini.
Tahanan yang diketahui bernama Majidreza Rahnavard (23), dieksekusi mati dengan digantung di depan umum di Kota Mashhad pada Senin (12/12) pagi. Seminggu sebelumnya, Iran mengeksekusi Mohsen Shekari dengan tuduhan serupa. Ia dihukum mati atas 'moharebeh', atau mengobarkan perang melawan Tuhan di bawah hukum syariat Islam yang berlaku di Iran.
FIFPRO, serikat pemain internasional, mengatakan "terkejut dan muak" dengan laporan bahwa Nasr-Azadani dapat menghadapi eksekusi "setelah mengkampanyekan hak-hak perempuan dan kebebasan dasar di negaranya".
Alireza Beiranvand, penjaga gawang Iran, dan mantan kapten tim, Masoud Shojaei, mendukung Nasr-Azadani melalui media sosialnya. Ali Karimi, mantan pemain internasional Iran, yang telah menjadi pendukung vokal gerakan protes juga mendukung pesepakbola tersebut, mengatakan di Twitter, "Jangan eksekusi Amir."
Dua mantan pemain tim nasional Iran yang ditangkap atas tuduhan terkait protes di Iran dibebaskan dari tahanan bulan lalu dengan jaminan. Bek kanan Voria Ghafouri, yang ditangkap karena 'menodai reputasi tim nasional dan menyebarkan propaganda melawan negara", dan mantan penjaga gawang Parviz Boroumand, ditahan karena menghadiri demonstrasi protes di Teheran.
Pembebasan mereka terjadi hanya beberapa jam sebelum pertandingan terakhir Piala Dunia 2022 tim nasional Iran melawan Amerika Serikat di Qatar. Hal ini dianggap sebagai langkah untuk mencoba meredakan ketegangan dan meredakan kemarahan yang semakin meningkat yang disorot oleh protes di turnamen sepak bola global.