"Bhinneka Tunggal Ika" bukan sekadar kalimat, melainkan semboyan pemersatu banyaknya perbedaan. Budaya Indonesia, misalnya. Perbedaan budaya yang hanya akan memperkaya bangsa. Berlimpah warisannya kita miliki, terentang dari kuliner, kesenian, hingga mode. Ya, mode Indonesia yang tidak pernah kalah saing di mata dunia.
Pada Queen of The Month edisi Agustus 2023, Beautynesia dapat kesempatan berbincang bersama seorang perancang busana yang merintis labelnya sendiri dari nol. Nonita Respati merancang busana tak hanya untuk hadirkan kenyamanan bagi pemakainya, tapi juga menerjemahkan kekayaan nusantara ke rupa kontemporer yang bisa membuat pemakainya merasa cantik dan stunning.
Dengan harapan ada lebih banyak desainer Indonesia yang tampil di kancah internasional sembari mengangkat budaya nasional, Nonita jadi salah satu saksi bahwa melangkah ke ranah global bukan hal mustahil.
Label yang didirikannya, Purana, telah presentasi karya di LA Fashion Week, Hong Kong Fashion Week, serta dua kota di Afrika Selatan, Cape Town dan Durban. Simak kisah Nonita yang dikupas tuntas kepada Beautynesia.
Akrab dengan Budaya Indonesia Sejak Kecil
Habiskan masa kecil di Solo, Jawa Tengah, Nonita hidup berdampingan dengan budaya Jawa. Tinggal di rumah tradisional dengan pendopo sampai belajar bermain gamelan dan tari. Budaya Indonesia pun mendarah daging. Namun jika ada wastra yang paling dekat dengannya, batik jadi jawaban karena keluarga sempat memiliki pabrik batik.
Keberhasilan menampilkan karya di panggung bergengsi juga tak lepas dari peran mendiang ibu yang berkat jaringannya, mendekatkan Nonita ke rekan-rekan pengrajin tekstil. Ia merasa beruntung bisa menjalin kerja sama dengan mereka yang mau mengakomodir, membantu merealisasikan ide-idenya.
Berbekal lingkungan masa kecil, Nonita semakin terinspirasi saat UNESCO menetapkan batik sebagai kekayaan budaya Indonesia. "Jadi waktu itu memang batik lagi booming-boomingnya dan aku inget banget waktu itu yang berhasil memodernkan batik sedikit sekali, salah satunya Bang Edo," terang perempuan kelahiran 9 Mei 1978 itu.
"So, I really look up to him juga karena berhasil mengangkat batik yang tadinya sifatnya seremonial menjadi sesuatu yang sifatnya adalah bagian dari fashion dan lifestyle orang Indonesia. Pada akhirnya yang membuat batik tidak sedemikian tuanya sehingga generasi muda mau memakainya".