Ramai Aktivis Iklim di Eropa Lakukan Aksi Lempar Makanan ke Karya Seni, Apa Alasannya?
Para aktivis iklim Eropa telah mengambil langkah baru dalam perjuangan untuk mengekang emisi global, mereka sepakat melakukan aksi vandalisme dengan melempar makanan ke karya seni pelukis ternama. Melansir Times, tren ini dimulai awal bulan Oktober ketika sepasang aktivis iklim Just Stop Oil masuk ke Galeri Nasional London pada Jumat (14/10) dan melempar sup tomat ke lukisan Sunflowers karya Vincent Van Gogh, sebelum akhirnya menempelkan tangan mereka ke dinding di bawah lukisan.
Tak hanya sampai di situ, pada Minggu (23/10), pengunjuk rasa yang berafiliasi dengan kelompok Jerman, Letzte Generation, melemparkan kentang tumbuk ke Grainstacks karya Claude Monet di Museum Barberini, Jerman. Aksi protes ini tentu saja telah menarik perhatian dunia. Namun bagi sebagian orang yang sering melihat aksi protes aktivis iklim, mereka bertanya-tanya mengapa melemparkan makanan ke karya seni?
"Apa yang lebih berharga? Seni atau kehidupan?" Phoebe Plummer, salah satu aktivis berteriak di Galeri Nasional London. "Apakah Anda lebih peduli tentang perlindungan lukisan atau perlindungan planet kita?" lanjutnya.
Awal Mula Aksi Protes
![]() Aksi blokade jalan kelompok Just Stop Oil/Foto: Instagram.com/just.stopoil |
Sebelumnya, para aktivis iklim Inggris, Jerman, dan Italia telah menempelkan diri mereka pada karya seni terkenal, seperti Primavera karya Sandro Botticelli serta Thunderscape With Pyramus dan Thisbe karya Nicolas Poussin, meski tidak melibatkan aksi lempar makanan. Di Inggris, pengunjuk rasa dan kelompok Just Stop Oil telah memblokir jalanan London sebagai bagian dari rentetan perlawanan sipil selama sebulan terakhir. Kelompok tersebut mengklaim telah mengakibatkan 576 penangkapan.
Mereka mengecat fasad department store Harrods yang terkenal dan showroom Aston Martin. Pada Senin (17/10), mereka menskalakan kabel pendukung Jembatan Ratu Elizabeth II di luar kota dan memaksa polisi untuk menutup lalu lintas di atas Sungai Thames. Beberapa waktu lalu, mereka mengoleskan kue cokelat pada patung lilin Raja Charles III di Madame Tussauds dan memercikkan cat ke markas besar kelompok lobi bahan bakar fosil Inggris.
Tujuan dari Aksi Protes
![]() Sepasang aktivis iklim yang lempar sup tomat ke lukisan Sunflowers, Vincent Van Gogh/Foto: Instagram.com/just.stopoil |
Kelompok-kelompok tersebut membingkai aksi mereka sebagai bentuk protes terhadap pemerintah karena sangat tidak memadai dalam pengurangan emisi. Namun, tujuan dari tiap kelompok berbeda-beda. Di Jerman, aksi tersebut merupakan tindakan protes untuk memotong batas kecepatan di jalan raya menjadi 100 kilometer per jam, demi mengurangi emisi global.
Di Inggris, aksi protes ditujukan untuk lonjakan biaya energi akibat perang di Ukraina yang menaikkan harga bahan bakar fosil. "Krisis biaya hidup adalah bagian dari biaya krisis minyak. Harga bahan bakar tidak terjangkau oleh jutaan keluarga yang kedinginan dan kelaparan. Mereka bahkan tidak mampu untuk memanaskan sekaleng sup," kata Plummer.
Alasan Mereka Melakukan Aksi Protes
![]() Aksi seorang aktivis iklim memercikkan cat di Harrods/Foto: Instagram.com/just.stopoil |
Melansir First Post, Just Stop Oil melakukan tindakan seperti ini untuk menuntut pemerintah Inggris menghentikan semua proyek minyak dan gas baru. "Kreativitas dan kecemerlangan manusia dipamerkan di galeri, namun warisan kita dihancurkan oleh kegagalan pemerintah untuk bertindak atas krisis iklim dan biaya hidup," kata kelompok itu.
Aksi protes muncul setelah pemerintah Inggris membuka babak perizinan baru untuk eksplorasi minyak dan gas di Laut Utara. Tindakan ini menimbulkan beberapa kritik dari ahli lingkungan dan ilmuwan yang mengatakan langkah tersebut berpotensi merusak komitmen negara untuk memerangi perubahan iklim.
Gerakan Internasional yang Lebih Luas
![]() Sepasang aktivis iklim memercikkan lem di karya seni/Foto: Instagram.com/just.stopoil |
Just Stop Oil tidak sendirian, bagian dari gerakan internasional yang lebih besar juga menargetkan karya seni terkenal. "Kita harus segera memahami bahwa tidak akan ada seni di planet yang runtuh. Inilah sebabnya kami meminta kepada lembaga budaya untuk memihak kami dan memberikan tekanan kepada pemerintah," ujar salah seorang pengunjuk rasa.
Dengan bentuk protes yang tidak biasa, anggota Letzte Generation mengatakan bahwa mereka berusaha untuk membuat masyarakat dan pemerintah tidak mengabaikan bahwa dunia hanya memiliki waktu singkat untuk mencegah tingkat bencana pemanasan global.
"Bencana iklim adalah ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan proporsi yang luar biasa, ini akan meningkat secara dramatis di tahun-tahun mendatang. Tidak hanya di Jerman, tapi di seluruh dunia," kata Jakob Beyer, salah seorang aktivis iklim.
Pendapat Para Ahli
![]() Aksi vandalisme para aktivis iklim Eropa/Foto: Instagram.com/just.stopoil |
Sosiolog dan pakar aktivisme, Dr. Justin Lloyd, mengatakan insiden ini terjadi di latar belakang undang-undang anti protes yang menargetkan gerakan iklim yang semakin keras dan mencari jalan dengan konsekuensi kurang hukuman. Sedangkan Dewan Kebudayaan Jerman, menuduh para aktivis membahayakan karya seni dengan taktik mereka.
Pelukis surealis Australia, Reg Mombassa, mengatakan bahwa dia tidak akan tertarik kepada mereka yang menghancurkan karya seni, tapi dia mengagumi tindakan para aktivis ketika perubahan iklim berakselerasi secara mengkhawatirkan. "Ini sering kali cukup berisiko dan membuat mereka stres," katanya.
Bagi para aktivis, perhatian yang mereka dapatkan ini sangat penting. "Saya menyadari bahwa itu terlihat seperti tindakan yang sedikit konyol. Tapi, apa yang kami lakukan adalah memulai percakapan sehingga kami dapat mengajukan pertanyaan yang penting," kata Plummer.
Bagaimana menurutmu, Beauties?
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!




