Selain Indonesia, 5 Daftar Negara Ini Alami Penurunan Angka Pernikahan, Simak Penyebabnya!

Natasha Riyandani | Beautynesia
Selasa, 26 Mar 2024 09:30 WIB
1. Jepang
Jepang/ Foto: Unsplash.com/Cory Schadt

Ancaman penurunan populasi telah menjadi masalah serius yang tengah dihadapi sejumlah negara di belahan dunia, terutama di negara-negara Asia dan Eropa. Kondisi ini disebut sebagai ‘resesi seks’ yang mengacu pada rendahnya angka perkawinan dan keengganan pasangan muda untuk berhubungan seksual, menikah dan punya anak.

Bahkan, baru-baru ini, Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 mengungkap bahwa Indonesia tengah menghadapi penurunan angka pernikahan sejak enam tahun terakhir. Puncaknya dalam tiga tahun terakhir, angka pernikahan di Indonesia menyusut sebanyak 2 juta.

Lantas, negara mana saja yang kini mulai mengalami penyusutan populasi atau sedang tren ‘resesi seks’ tersebut? Simak informasi lengkapnya di bawah ini!

1. Jepang

Jepang/ Foto: Unsplash.com/Cory Schadt

Jepang menjadi salah satu negara yang sedang dihantui krisis populasi paling hebat sejak 40 tahun terakhir. Banyaknya pasangan yang menunda pernikahan dan memiliki anak menjadi alasan negara ini mengalami penyusutan populasi.

Kementerian Kesehatan Jepang mencatat jumlah kelahiran bayi di Negeri Sakura mengalami anjlok hingga berada di rekor terendah. Bahkan, di tahun 2022, jumlah angka kelahiran di Jepang hanya mencapai 799.728 saja, merosot jauh dari tahun 2020 yang berjumlah 840.832.

Sementara, jumlah pernikahan terdaftar di Jepang turun hingga 12,3% pada tahun 2020 lalu, sehingga berjumlah 525.490. Tentunya, ini menjadi rekor terendah yang pernah ada di negara tersebut.

Sejumlah faktor pun menjadi alasannya, mulai dari biaya hidup yang tinggi, ruang terbatas, dan kurangnya bantuan pengasuhan anak membuat banyak pasangan enggan memiliki anak, atau memilih hidup melajang.

Menyiasati kondisi ini, Pemerintah Jepang pun mencoba membantu mereka yang ingin menikah dan memiliki anak untuk memenuhi aspirasi mereka. Bahkan juga berencana mendanai sistem perjodohan menggunakan Artificial Intelligence (AI) dan kecerdasan buatan. Dana proyek ini diperkirakan mencapai hingga 2 miliar yen atau sekitar Rp 272 miliar.

2. Korea Selatan

Korea Selatan/ Foto: Unsplash.com/Markus Winkler

Tidak jauh berbeda dengan Jepang, Korea Selatan sedang menghadapi kondisi ‘resesi seks’ yang cukup mengkhawatirkan dan mengalami penurunan populasi penduduk. Jumlah kelahiran di Negeri Ginseng hanya menyentuh angka 0,78 anak, jauh di bawah 2,1 anak yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi saat ini.

Data Badan Statistik Nasional Korea Selatan menunjukkan hanya sekitar 260.600 bayi yang lahir di tahun 2022, sementara puncak kelahiran negara tersebut mencapai 1 juta bayi pada tahun 1971.

Penurunan yang sangat drastis itu disebabkan oleh berbagai faktor, seperti biaya hidup yang tinggi, peningkatan pendidikan, tingkat stres yang tinggi, kurangnya dukungan keluarga, hingga banyaknya perempuan yang lebih memilih karier mereka.

Faktor tersebut menyebabkan banyak pasangan menunda pernikahan dan tidak ingin memiliki anak. Bahkan, angka pernikahan di Korea Selatan diketahui mengalami penurunan hingga 35% dalam waktu 10 tahun terakhir.

3. China

China/ Foto: Unsplash.com/Edward He

Sebelumnya, China menempati posisi teratas sebagai negara dengan populasi terbanyak di dunia. Namun, beberapa tahun belakangan, jumlah masyarakat China terus mengalami penurunan. Jumlah masyarakat China yang sebelumnya berjumlah 1,412 miliar turun menjadi 1,411 miliar.

Salah satu penyebab menyusutnya populasi penduduk China setelah adanya keputusan pemerintah yang memberlakukan kebijakan satu anak. Kebijakan tersebut awalnya dibuat untuk mengendalikan jumlah penduduk yang terlalu banyak, namun justru menyebabkan penurunan angka kelahiran bahkan pernikahan.

Penurunan angka pernikahan juga disebabkan oleh perubahan pandangan soal pernikahan, biaya hidup yang tinggi dan perlambatan ekonomi juga menjadi faktor banyaknya pasangan muda menunda menikah. Sedangkan, pasangan menikah lebih memilih untuk tidak memiliki anak sama sekali.

4. Italia

Italia/ Foto: Unsplash.com/David Kohler

Bukan hanya negara-negara di Asia, ternyata negara di Eropa juga mengalami nasib yang serupa. Italia menjadi salah satu negara yang mengalami penurunan populasi secara signifikan.

Biro Statistik Nasional ISTAT menyatakan bahwa kelahiran bayi di Italia turun ke level terendah dalam sejarah di bawah 400.000 pada tahun 2022. Ini menjadi penurunan ke-14 berturut-turut, dengan populasi keseluruhan menurun 179.000 menjadi 58,85 juta.

Beberapa faktor penyebabnya adalah menurunnya angka pernikahan, rendahnya angka kelahiran, sedikitnya imigrasi, dan minimnya lapangan pekerjaan. Tak heran, pemerintah Italia diminta untuk tegas dan turun tangan menangani kondisi ini agar bisa segera di atasi.

5. Yunani

Yunani/ Foto: Unsplash.com/Heidi Kaden

Negara Yunani ternyata juga mengalami penurunan populasi sejak tahun 2005. Populasi Yunani semakin menurun karena berkurangnya angka pernikahan dan kelahiran di negara tersebut.

Tren penurunan populasi di Yunani diperkirakan akan terus terjadi setiap tahunnya. Apalagi ditambah dengan tidak adanya perbaikan dan usaha pemerintah untuk kembali meningkatkan angka kelahiran di negeri ini.

Rendahnya angka kelahiran di Yunani disebabkan oleh beberapa faktor, seperti ketidakstabilan ekonomi, pendidikan yang mahal, dan kurangnya upaya pemerintah untuk mendorong fertilitas yang membuat perempuan enggan menikah.

6. Indonesia

Indonesia/ Foto: Unsplash.com/Afif Ramdhansuma

Cukup mengejutkan masyarakat, baru-baru ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data terbaru yang mengungkap bukti bahwa semakin banyak generasi muda Indonesia yang malas menikah dan berumah tangga.

Tren penurunan jumlah pernikahan ini cukup signifikan dalam enam tahun terakhir. Bahkan, penurunan paling drastis terjadi dalam tiga tahun terakhir yang menyusut hingga 2 juta.

Berdasarkan data dari BPS, angka pernikahan di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 1.742.049, kemudian semakin menurun pada tahun 2023 menjadi 1.577.255. Angka tersebut dilaporkan akan terus mengalami penurunan di tahun 2024 ini.

Penurunan angka pernikahan di Indonesia disinyalir karena banyak generasi muda yang menunda untuk menikah. Selain itu, diperkuat oleh beberapa faktor lainnya, seperti ketidakstabilan ekonomi, mental yang belum siap, tingginya kasus perceraian dan kekerasan rumah tangga, hingga budaya yang mulai modern dan terbuka.

Sehingga, banyak generasi muda yang mulai mempertimbangkan semuanya dengan matang, mulai dari nasib sang calon anak, biaya hidup yang semakin tinggi, pendidikan terbaik, dan juga kesejahteraan hidup.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE