Karya seni pada umumnya dipajang di sebuah galeri atau museum seni tidak sekadar untuk memamerkan karya, tapi juga membawa nilai yang ingin dibagikan oleh seniman melaluinya. Begitu pula karya seni lukis yang menyuguhkan semburat warna dan bentuk dua dimensi yang tak jarang menggugah emosi mereka yang melihatnya.
Namun, apa jadinya jika sang seniman punya ide radikal dan justru menampilkan karya berupa kanvas kosong belaka? Kejadian tersebut ternyata pernah dialami Kunsten Museum di Aalborg, Denmark. Meski merasa dikelabui, mereka justru membalikkan nasib sial menjadi hal menarik. Seperti apa? Simak ceritanya berikut ini ya!
Makna Kanvas Kosong
Pihak museum tidak meminta karya baru dan orisinal kepada pelukis Jens Haaning. Berdasarkan laporan CNN, mereka meminjamkan uang sebesar 76 ribu USD atau setara Rp 1,1 miliar kepada Haaning di tahun 2021 untuk melukis versi terbaru dua karya seni untuk ekshibisi Future of Labor. Namun siapa sangka yang diterima museum adalah dua kanvas kosong?
Haaning memberi judul "karya seni" kanvas kosong itu "Take the Money and Run". Ia juga menyatakan karya tersebut lebih baik dan lebih cocok untuk ekshibisi Future of Labor dibanding seni sebelumnya. "Saya melihat, dari sudut pandang artistik saya, bahwa saya bisa membuat karya yang jauh lebih baik untuk mereka. (...) Saya tidak merasa saya mencuri uang... Saya telah membuat sebuah karya seni yang mungkin 10 atau 100 kali lebih baik dari apa yang kita rencanakan. Apa masalahnya?" ujar Haaning. Sementara sebuah pesan tersirat dalam karya seni itu. Lukisan kosong tersebut mengajak masyarakat untuk merefleksikan struktur sosial dan institusi seperti agama dan pernikahan yang ada di masyarakat.
Witty, radikal, dan kontroversial, bagaimanapun pihak museum tidak bisa menerimanya begitu saja.