Sering Merasa Gak Nyambung dengan Orang Tua? Begini Caranya Atasi Generation Gap
Kamu tahu kan bedanya generasi X, Y dan Z? Seperti banyak generasi sebelumnya, masing-masing generasi 'dilahirkan' pada periode waktu berbeda. Jarak dari masing-masing generasi ini sekitar tiga puluh tahun. Ketiga generasi ini memiliki gaya pengasuhan, latar belakang psikologi, perilaku, kebiasaan, pola pikir, ekspresi, emosi dan sudut pandang yang berbeda.
Kamu pasti pernah mengalami ketika ibu menyuruhmu memakai pakaian yang kamu anggap kuno dan konvensional. Tapi kamu nggak mau memakainya, dan akhirnya menimbulkan kesalahpahaman antara hubungan ibu dan anak.
Kesenjangan generasi ini yang sering terjadi pada remaja milenial kala berinteraksi dengan orangtua. Namun bukan berarti nggak bisa diatasi, konflik ini dapat diminimalkan jika dua generasi (orangtua dan anak) sama-sama memahami dan setuju untuk mematuhi ‘aturan-aturan’ rasional.
Ciptakan Komunikasi Dua Arah
Jadikan waktu makan malam sebagai ritual wajib kumpul keluarga di rumah, sambil melakukan percakapan antar satu sama lain. Agar orangtua tahu apa yang terjadi dengan anak remajanya, begitu juga sebaliknya. Selama percakapan, buat aturan tentang tata cara kesopanan seperti semua anggota keluarga wajib bicara yang baik, saling menghargai pendapat dan tidak boleh meninggalkan tempat sebelum percakapan selesai. Bahkan ketika topiknya melibatkan ide-ide yang bertentangan.
Ketika percakapan dibuat dengan komunikasi dua arah dan saling menghormati, maka sebagai yang lebih muda, anak akan merasa dihargai dan diterima oleh generasi yang lebih tua. Jalur komunikasi terbuka adalah alat terbaik untuk digunakan dalam keluarga multigenerasi. Ada baiknya, antara orangtua dan anak membiasakan komunikasi secara bebas, tanpa merasa tersinggung. Jadi, tidak ada anggota keluarga yang merasa ‘terisolasi’ dan dijauhkan dari percakapan.
Foto: Istimewa
Membuka Pikiran Lebar-lebar
Keterbukaan pikiran dapat memperluas sudut pandang seluruh anggota keluarga. Ketika pikiran terbuka maka kita dapat melihat ‘sesuatu’ dengan perspektif baru. Hal ini pula yang harus dilakukan saat orangtua dan anak berinteraksi. Agar saling memahami, masing-masing generasi harus melihat dari perspektif baru dan melihat sesuatu melalui ‘mata’ orang lain.
Sikap ini bisa menghasilkan penyelesaian konflik dan memberi wawasan yang berharga satu sama lain. Penting bagi orangtua untuk memahami bahwa, remaja milenial jaman now tidak bisa dipaksakan untuk memiliki preferensi dan minat yang sama dengan orangtuanya yang hidup di jaman dulu.
Foto: IstimewaMathew Abraham, seorang penasihat psikologis di Kolkata, menetapkan aturan moderator dalam keluarga dengan cara, setiap kali ada diskusi, anggota keluarga yang tidak related dengan permasalahan harus bertindak sebagai moderator dan memastikan bahwa setiap anggota keluarga bisa menerima argumentasi masing-masing.
The Power of Acceptance
Bagi para orangtua, sangat perlu memahami dunia milenial saat ini, dan jangan ‘menutup mata’. Dibutuhkan banyak upaya untuk memahami generasi Z. Akuilah bahwa antara orangtua dan anak hidup di dunia yang berbeda. Maka, perlu dibuat ‘jembatan’ untuk bisa saling menghargai, memahami dan menerima perspektif yang berbeda. Berhentilah menentang ‘perubahan’ dari dua generasi. Coba luangkan waktu untuk saling memahami perspektif satu sama lain dan menerima pendapat masing-masing dengan hati yang lapang dan open minded.
Foto: Istimewa
Dengarkan dan Pahami
Kesenjangan generasi biasanya terjadi karena dua pihak berbicara terlalu idealis. Hal ini yang harus dihentikan. Masing-masing harus belajar mendengarkan dan 'mencerna'. Bukan saling berdebat dan berargumen dengan ego. Mendengarkan berarti menerima, fokus, dan memahami.
Jangan pernah menyela ketika yang lain berbicara. Beri ruang untuk masing-masing mengungkapkan pikiran dan pendapatnya. Anak harus mendengarkan dan memahami dari sisi orangtua, begitupun sebaliknya. Tentu saja, keputusan akhir menjadi hasil kesepakatan bersama. Putuskan dengan cara win-win solution.
Foto: Istimewa
5. Terkadang, Diam Adalah Emas
Ya, kadang-kadang diam menjadi solusi akhir dari sebuah permasalahan. Diam bukan berarti kalah atau mengalah, melainkan memberi ruang bagi pikiran untuk mencerna dan berpikir agar bisa memahami lebih dalam. Kesimpulannya, realita kesenjangan generasi hanya terlihat nyata dalam perbedaan usia.
Jika antara anak dan orangtua bisa mengesampingkan ego, dan melihat berbagai hal dari sudut pandang empati yang sama, mungkin tidak akan pernah terjadi generation gap antara keduanya. Ini hanyalah tentang bagaimana dua generasi berbeda bisa saling memahami dan menerima apa yang terjadi dalam ‘dunia’ masing-masing.
Foto: Istimewa
Buat Jadwal Quality Time Bersama
Quality time akan membawa hubungan orangtua dan anak menjadi lebih harmonis dan memahami satu sama lain. Bersenang-senanglah dan buat jadwal jalan-jalan bersama setidaknya sebulan sekali. Ini akan memperkuat ikatan antara kamu dan orangtua.
Biarkan orangtuamu sesekali memilihkan baju untukmu sesuai seleranya. Setelah itu, kamu bisa mengajak orangtuamu nonton film pilihanmu. Jadi adil, kan? Masing-masing juga wajib menyuarakan pandangannya setelah berada di rumah.
Foto: IstimewaKamu bisa menceritakan tentang teman-teman dan memperkenalkan mereka pada orangtuamu. Biarkan mereka mengenali dan memahami ‘dunia’ mu. Quality time sebulan sekali ini akan jadi obat mujarab untuk semua masalah generation gap dalam keluarga.