Stop Bilang 'Just Be Yourself'! Ini Kata Psikoterapis

Kyla Putri Nathania | Beautynesia
Jumat, 15 Aug 2025 07:45 WIB
Stop Bilang 'Just Be Yourself'! Ini Kata Psikoterapis
Foto: freepik.com

Dari ruang kelas saat kita kecil hingga rapat di ruang korporasi, kita sering mendengar nasihat klasik: “Just be yourself” atau “Jadilah dirimu sendiri.” Nasihat ini dipercaya sebagai kunci untuk membangun koneksi, sukses dalam karier, hingga menemukan makna hidup. 

Namun, ada satu masalah besar: nasihat ini ternyata tidak sepenuhnya benar.

Britt Frank, LSCSW, SEP, seorang psikoterapis berlisensi sekaligus penulis buku The Science of Stuck dan Align Your Mind mengatakan, banyak orang justru kebingungan memahami apa artinya menjadi autentik. Tekanan untuk selalu “real” setiap saat malah bisa menimbulkan dampak negatif.

Mengapa “Authenticity” Bisa Jadi Overrated?

Authenticity/ Foto: freepik.com

1. Kamu punya lebih dari satu “diri”

Pernah merasa bingung memilih antara pergi ke gym atau rebahan sambil binge-watching drama? Itu bukan berarti kamu munafik, tapi manusiawi. Dalam diri kita, ada berbagai “bagian” yang sering berkonflik satu sama lain. 

Pikiran yang tarik-ulur seperti ini menunjukkan bahwa “diri” kita bukan entitas tunggal dan tetap, tapi ekosistem pikiran, perasaan, dan keinginan yang dinamis.

2. “Dirimu” bergantung pada banyak faktor

Kondisi fisik dan mental mempengaruhi cara kita berperilaku. Saat cukup tidur, kamu mungkin lebih sabar. 

Tapi saat lelah atau cemas, kamu bisa tiba-tiba ngomel ke teman, padahal itu bukan karakter kamu sehari-hari. Meski begitu, reaksi itu tetap bagian dari “dirimu” di momen itu.

3. ‘Aku cuma jadi diriku sendiri’ sering dijadikan alasan berperilaku buruk

Psikoterapis mengingatkan: semua perasaan itu valid, tapi tidak semua perilaku boleh dibenarkan. Kadang orang bersembunyi di balik kata “autentik” untuk membenarkan sikap kasar atau komentar yang menyakiti. Hasilnya? Kepercayaan rusak, konflik muncul.

Artinya, penting untuk belajar mengatur emosi dan menemukan keseimbangan dengan tetap jujur pada diri sendiri, tapi juga peka dengan dampak tindakan kita terhadap orang lain.

Jadi, Apa yang Sebaiknya Kita Lakukan?

Sebaiknya Dilakukan/ Foto: freepik.com

Britt Frank, menjelaskan ada empat cara untuk melatih self-leadership:

1. Fokus pada keragaman diri, bukan satu identitas tetap

Manusia itu kompleks. Kalau kamu memaksa hanya jadi “satu versi” dari dirimu, itu bisa terasa aman, tapi justru membatasi perkembangan.

2. Cari alignment, bukan sekadar authenticity

Alih-alih terobsesi mencari “diri yang paling asli,” coba hubungkan semua “bagian” dalam dirimu supaya mereka bekerja selaras.

3. Pilih self-awareness daripada sekadar self-expression

Kamu nggak harus selalu ngomong apa yang kamu rasakan saat itu juga. Lebih penting menyadari apa yang ingin kamu ungkapkan, lalu memilih cara terbaik untuk mengekspresikannya.

4. Utamakan tanggung jawab, bukan sekadar kejujuran mentah

Menurut ahli, tanggung jawab berarti memilih kapan dan bagaimana mengungkapkan sisi “nyata” kamu dengan cara yang membangun, bukan merusak.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE