'Suntik Mati' TV Analog Digantikan ke TV Digital, Memang Apa Sih Alasannya? Beauties Perlu Tahu!

Fina Prichilia | Beautynesia
Kamis, 03 Nov 2022 10:00 WIB
Ilustrasi nonton TV/Foto: Getty Images/filadendron

Beauties sudah tahu? Siaran TV analog akan dihentikan. Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate sempat mengungkap beberapa waktu lalu, kalau 2 November 2022 kemarin, TV analog akan dimatikan serentak.

Sebagai gantinya, masyarakat akan menikmati siaran TV digital secara bertahap. Suntik mati atau dikenal istilah Analog Switch Off (ASO) ini pun dinilai cukup urgensi atau sangat penting.

Lantas, apa alasannya?

1. Tuntutan Internasional

Sebelumnya, mengutip detikInet, Direktur Penyiaran Direktorat Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika (Ditjen PPI) Kementerian Kominfo, Geryantika Kurnia, mengatakan bahwa migrasi ke digital merupakan tuntutan internasional.

"Kok semua negara pengin pindah migrasi dari analog ke digital. Pertama adalah tuntutan internasional, ini ada organisasi International Telecommunication Union (ITU) di bawah PBB, yang pada 2007 itu mengadakan World Radio Conference yang menetapkan frekuensi, termasuk pita frekuensi 700 MHz yang dipakai oleh TV analog ini," ujar Gery dalam Sosialisasi ASO secara online, Selasa (30/8/2022).

"Nah, karena frekuensi TV analog ini sangat boros, satu frekuensi bisa satu stasiun televisi, disepakati perlu pindah ke siaran TV digital. Kenapa siaran TV digital ini lebih efisien. Satu frekuensi bisa dipakai 6-13 stasiun televisi," sambungnya.

Ilustrasi TV Digital/ Foto: Kenny Gida

2. Kualitas Gambar Dinilai Lebih Baik

Kualitas gambar pada TV digital diklaim lebih baik, karena jernih juga canggih, Beauties.

"Kualitas gambaran kalau TV analog ada semutnya, kalau cuaca bagus atau gangguan apa kepyur-kepyur. Kalau TV digital cling, betul-betul gambarnya bersih suaranya jernih dan canggih," kata Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Rosarita Niken Widiastuti dalam sebuah webinar beberapa waktu lalu, dikutip dari CNBC Indonesia.

3. Tersedia Lebih Banyak Konten

Selain itu, Niken melanjutkan dengan TV digital, membuat penikmat TV bisa menikmati lebih banyak konten. Sebagai contoh, sebelumnya di Kepulauan Riau hanya ada 6, kini bisa menikmati lebih dari 20 program siaran. Itu karena pada TV analog, satu frekuensi digunakan untuk satu saluran TV, sementara pada TV digital bisa untuk 6-12 saluran.

4. Kepentingan Ekonomi Digital, Industri 4.0 dan 5G

Mengutip laman Kominfo, dengan adanya migrasi siaran TV Analog ke siaran TV Digital ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) melakukan penataan frekuensi. Dengan penataan frekuensi maka tersedia frekuensi untuk broadband akses internet 5G.

ilustrasi 5G/ Foto: shutterstock

5. Menghadirkan Frekuensi Khusus untuk Lalu Lintas Kebencanaan

Masih dikutip dari laman Kominfo, TV digital dinilai bisa bermanfaat dalam kondisi darurat kebencanaan, Beauties. Terlebih bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi, atau tsunami.

Dalam kondisi seperti ini, kehadiran frekuensi yang didedikasikan untuk lalu lintas komunikasi kebencanaan, seperti sistem peringatan dini kebencanaan atau Early Warning System (EWS) yang sangat penting. Menurut Ketua KPID Provinsi Jawa Tengah, Muhammad Aulia Assyahiddin, dikutip dari CNBC Indonesia, peringatan bencana akan langsung disampaikan pada televisi masyarakat.

"Masyarakat menggunakan STB (Set Top Box) ketika ada gempa, ada tsunami di TV dibuat blur hitam segera mengungsi segera beralih kebencanaan. Membuat masyarakat nyaman nanti," katanya.

----

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(fip/fip)
Loading ...
Tonton video di bawah ini ya, Beauties!
3 Fakta Penting Tentang Kesehatan Ginjal