Sebuah survei baru yang dilansir dari New York Post mengungkapkan bahwa Gen Z dan generasi milenial menghadapi lebih banyak kesulitan dibandingkan orangtua mereka dalam pencapaian di dunia kerja.
Dari 1.039 orang dewasa muda yang disurvei dengan rentang usia antara 18 sampai 34 tahun, sekitar 55 persen mengatakan jauh lebih sulit untuk membeli rumah, sekitar 44 persen mengatakan lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan, dan 55 persen mengatakan lebih sulit untuk mendapatkan promosi.
Namun, sekitar 40 persen dari responden mengatakan lebih mudah bagi mereka untuk mencari peluang ekonomi yang tidak bergantung pada pekerjaan tradisional.
“Ini murni gambaran bagaimana generasi muda memandang kehidupan mereka dibandingkan dengan orangtua mereka,” kata Cyrus Beschloss, pendiri Generation Lab, sebuah organisasi yang membangun database responden generasi muda terbesar di Amerika.
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/pressfoto |
Namun, peluang non-tradisional tidak selalu berarti negatif. "Hal ini mungkin tidak memberikan stabilitas, tapi dapat memberikan secercah optimisme meskipun ada pesimisme terhadap bangsa dan dunia,” tambah Cyrus.
Banyak orang yang percaya bahwa generasi muda berpindah-pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Namun, penelitian ini menemukan bahwa hal tersebut tidak terjadi, di mana 43 persen dari mereka tetap bertahan di perusahaan tempat mereka bekerja.
Ilustrasi/Foto: Freepik.com |
“Kami memiliki persepsi bahwa pekerja Gen Z berjalan dengan susah payah dalam bekerja dan mendapatkan gaji sehingga mereka dapat memiliki kualitas hidup yang baik,” kata Cyrus. Sekitar 50 persen Gen Z percaya bahwa inflasi akan memengaruhi keuangan mereka di masa depan, yang mungkin disebabkan oleh iklim perekonomian saat ini.
“Mengalami krisis keuangan pada tahun 2008 saat masih anak-anak mungkin merupakan pengalaman yang sangat formatif,” kata Blair duQuesnay, penasihat utama di Ritholtz Wealth Management di New Orleans. “Saya telah berbicara dengan investor Gen Z yang orangtuanya kehilangan pekerjaan atau kehilangan rumah.”
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/tuiphotoengineer |
Sekitar 68 persen responden percaya bahwa mereka memiliki total utang kurang dari 20 ribu USD atau setara dengan Rp310 juta dan 65 persen mengatakan utang pinjaman mahasiswa tidak menghalangi mereka untuk menikah, memulai sebuah keluarga, atau membeli rumah.
Meskipun generasi-generasi ini tampaknya kesulitan karena dampak pandemi COVID-19, Blair mengatakan bahwa sifat dunia kerja telah berubah sebelum masa tersebut.
“Generasi baby-boom bekerja di sebuah perusahaan dan dalam banyak kasus, tetap pada satu pekerjaan sepanjang karier mereka dan pensiun dengan uang pensiun. Hal itu sudah tidak ada lagi,” kata Blair.
Bagaimana menurutmu, Beauties?
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!