Impostor syndrome atau yang disebut juga sebagai sindrom penipu merupakan suatu kondisi di mana kamu merasa tidak kompeten seperti yang dianggap oleh orang lain. Dengan kata lain, sindrom penipu ini menyebabkan munculnya perasaan seperti orang palsu sehingga setiap saat kamu akan merasa ketahuan sebagai seorang penipu.
Kamu juga akan merasa bahwa adanya faktor keberuntungan belaka. Ternyata, munculnya impostor syndrome atau sindrom penipu ini bisa disebabkan oleh beberapa hal. Dikutip dari Very Well Mind, adalah beberapa penyebab impostor syndrome.
Pendidikan Keluarga
Ilustrasi keluarga bahagia/ Foto: Freepik.com |
Salah satu penyebab dari munculnya impostor syndrome ialah pendidikan keluarga. Hal ini bukan sekadar isapan jempol belaka karena penelitian menunjukkan bahwa pengasuhan dan dinamika keluarga dapat memainkan peran penting.
Gaya pengasuhan yang terlalu protektif dapat berkontribusi pada perkembangan syndrom ini. Studi menunjukkan bahwa orang yang berasal dari keluarga yang dicirikan dengan konflik tinggi dan jumlah dukungan yang rendah lebih mungkin mengalami syndrom penipu.
Pekerjaan Baru atau Sekolah Baru
Ilustrasi mahasiswa baru/ Foto: Freepik.com |
Tentu bukan rahasia lagi bahwa saat seseorang memasuki peran baru, maka dibutuhkan adaptasi. Ternyata, memasuki peran baru ini juga dapat memicu impostor syndrome. Misalnya saja memulai kuliah di universitas ternama membuat kamu merasa seolah-olah tidak pantas dan tidak mampu.
Tidak heran jika syndrom penipu ini umumnya terjadi ketika seseorang mengalami transisi dan mencoba hal-hal baru. Di lain sisi, hal ini biasanya juga muncul bersamaan dengan adanya tekanan untuk mencapai sesuatu hal yang kemudian disandingkan dengan kurangnya pengalaman. Alhasil muncul perasaan tidak mampu dalam peran dan dunia baru yang dijajaki.
Kepribadian
Ilustrasi kepribadian/ Foto: Freepik.com |
Tahukah kamu Beauties bahwa ciri-ciri kepribadian tertentu juga terkait dengan risiko lebih tinggi mengalami sindrom penipu. Beberapa sifat atau karakteristik yang mungkin berperan yaitu perfeksionisme, neurotisisme dan self-efficacy. Adapun kepribadian self-efficacy ini mengacu pada keyakinan terhadap kemampuan untuk berhasil dalam situasi tertentu.
Perfeksionisme memainkan peran penting dalam sindrom penipu di mana kamu akan merasakan kesulitan karena adanya standar tinggi yang ditetapkan oleh diri sendiri. Sementara itu, neurotisme akan terkait dengan tingkat kecemasan, ketidakamanan, ketegangan dan rasa bersalah yang lebih tinggi.
Kecemasan Sosial
Ilustrasi kecemasan sosial/ Foto: Freepik.com |
Sindrom penipu dan kecemasan sosial ini memiliki kemungkinan untuk saling tumpang tindih. Seseorang dengan gangguan kecemasan sosial mungkin akan merasa bahwa mereka seolah-olah tidak termasuk dalam situasi sosial atau kinerja tertentu.
Contoh sederhananya, kamu sedang berbicara dengan seseorang dan merasa bahwa orang tersebut mengetahui ketidakmampuan sosial yang kamu miliki. Sementara itu, gejala kecemasan sosial dapat memicu perasaan sindrom penipu. Meski demikian, ini tidak berarti bahwa setiap orang yang mengalami sindrom ini memiliki kecemasan sosial atau sebaliknya.
Orang tanpa kecemasan sosial juga dapat merasakan kurangnya kepercayaan diri dan kompetensi. Syndrom penipu sering menyebabkan orang yang tadinya tidak mengalami rasa cemas menjadi cemas saat mereka berada dalam situasi di mana mereka merasa tidak mampu.
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!