Top 5 List: 5 Buku Self-Improvement Korea Selatan, Bacaan Liburan Sambil Refleksi Diri
Belakangan ini, buku-buku self-improvement asal Korea Selatan semakin populer di kalangan pembaca muda, Beauties. Bukan tanpa alasan, tema yang diangkat terasa relate dengan kehidupan sehari-hari, mulai dari kesehatan mental, cara memahami diri sendiri, hingga cara menghadapi tekanan hidup modern.
Nah, jika kamu sedang mencari bacaan yang bisa menemanimu memahami diri sendiri sekaligus memberikan semangat baru, buku-buku berikut bisa jadi pilihan yang tepat. Berikut rekomendasi self-improvement asal Negeri Ginseng yang wajib kamu baca selama liburan. Check it out!
Buku ini mengajakmu untuk menjalani hidup lebih ringan melalui penerimaan terhadap ketidaksempurnaan diri, menjaga hubungan dengan sesama, dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui tulisannya yang hangat dan jujur, Kim Su-hyun mengingatkan bahwa kamu bisa hidup “apa adanya” tanpa harus terbebani oleh ekspektasi orang lain, Beauties.
Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah - Geulbaewoo
Buku Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah cocok untuk kamu yang sedang merasa lelah dan butuh waktu sejenak untuk beristirahat sekaligus menemukan kembali hal-hal yang kamu sukai.
Di dalamnya, terdapat banyak kutipan dan kalimat reflektif yang dapat membantumu melihat diri sendiri dengan lebih jernih dan memiliki pandangan yang lebih luas tentang kehidupan, Beauties.
I Want to Die but I Want to Eat Tteokbokki - Baek Se-hee
Telah terjual lebih dari satu juta ekslempar dan diterjemahkan ke dalam 25 bahasa, buku karya Baek Se-hee ini berhasil menarik perhatian banyak pembaca di berbagai negara, Beauties.
I Want to Die but I Want to Eat Tteokbokki menyajikan refleksi jujur sang penulis tentang perjuangannya menghadapi depresi, lengkap dengan cuplikan dialog bersama psikiater yang dikemas dengan gaya ringan dan menyentuh hati.
Buku self-improvement satu ini menjadi inspirasi dari drama Korea Move to Heaven, Beauties. Ditulis langsung oleh seorang pengurus barang-barang peninggalan orang yang telah meninggal, Things Left Behind menghadirkan kisah nyata penuh makna. Melalui pengalaman pribadi sang penulis, buku ini mengajakmu untuk merenungkan arti kehilangan serta menyadari betapa berharganya kehidupan dan kehangatan keluarga.
Pertanyaan seperti “Kapan menikah?” mungkin sudah sering kamu dengar, Beauties. Nah, buku karya Lee Joo-uoon ini membagikan pandangan jujurnya tentang tekanan sosial yang kerap dialami perempuan lajang di usia 30-an.
Melalui kisah dan pengalaman pribadi sang penulis, kamu diajak untuk lebih memahami diri sendiri, menerima setiap pilihan hidup, dan tidak mudah terjebak dalam ekspektasi masyarakat. Tulisan Lee Joo-yoon terasa hangat, realistis, dan menenangkan, cocok untuk siapa pun yang sedang belajar menjalani hidup dengan versinya sendiri.
Bagikan