Usai Adat Siraman, Simak Prosesi Midodareni Putri Tanjung yang Penuh Makna
Putri Tanjung dan Guinandra Jatikusumo akan melangsungkan pernikahan pada Minggu, (20/3). Sebelumnya, kedua calon pengantin ini sudah melakukan beberapa rangkaian sebelum pernikahan mulai dari acara lamaran hingga pengajian.
Kemudian pada Sabtu, (19/3), Putri dan Guinandra melangsungkan prosesi siraman sekaligus Midodareni yang berlokasi di kediaman Chairul Tanjung, ayah dari Putri. Usai menggelar acara siraman yang berlangsung hingga sore hari, acara dilanjutkan dengan prosesi Midodareni yang berlangsung di malam hari.
Prosesi adat siraman Putri Tanjung/ Foto: Dok. morden.co/samuelrustandi |
Setelah menyambut dan menerima kedatangan keluarga Guinandra di kediaman Chairul Tanjung, kata sambutan pun disampaikan dari perwakilan keluarga Guinandra dengan maksud dan tujuan dari kedatangan mereka.
Dalam sambutan yang disampaikan oleh dr. Bambang Dwiputra, SpJK (K), prosesi Midodareni dijelaskan sebagai momen untuk menyatakan kesiapan menikah dari para calon pengantin, serta menambah keakraban kedua keluarga mempelai.
Dalam bahasa Jawa, Midodareni dapat diartikan sebagai malam terakhir dari masa lajang kedua mempelai. Midodareni juga berasal dari bahasa Jawa, Widodari yang berarti bidadari. Pada malam Midodareni tersebut, para bidadari dipercaya turun dari kayangan untuk mendatangi kediaman mempelai perempuan serta memberikan wahyu.
Setelah sambutan yang disampaikan perwakilan pihak keluarga Guinandra, disambung dengan sambutan dari perwakilan pihak keluarga Putri yang disampaikan oleh Edhy Tidharso.
Usai sambutan tersebut, acara dilanjutkan dengan menyerahkan seserahan dari pihak keluarga Guinandra. Ada beberapa prosesi dalam Midodareni ini, mulai dari Tantingan, Catur Wedha, hingga Tirto Wenina.
Prosesi siraman dan Midodareni Putri Tanjung/ Foto: Dok. morden.co/samuelrustandi |
Tantingan sendiri merupakan momen di mana Ayah dan Ibu dari Putri menuju kamar Putri menanyakan kemantapan hatinya untuk menikah. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Catur Wedha, berupa beberapa wasiat yang disampaikan oleh Chairul Tanjung selaku ayah Putri kepada calon mempelai pria, Guinandra.
Dalam pembacaan Catur Wedha pun, Chairul Tanjung menyampaikan beberapa pesan yang menyentuh untuk Guinandra, seperti untuk saling menghargai sebagai suami dan istri, menaati ajaran agama, serta selalu menjaga perilaku, etika, dan hukum di kehidupan bermasyarakat. Terakhir, ditutup dengan prosesi Tirto Wenina, di mana Ibu dari Putri yaitu Anita Ratnasari Tanjung memberikan segelas air putih kepada Guinandra.
Sebelumnya, pihak calon pengantin pria tidak diperkenankan untuk bertemu calon pengantin perempuan. Prosesi Midodareni juga sebagai bentuk untuk melatih kesabaran dari para calon mempelai terutama mempelai pria untuk 'menunggu' calon mempelai perempuan, serta menjadi momen di mana calon mempelai perempuan memberikan jawaban serta kemantapan hatinya untuk menikah.
Prosesi Midodareni pun berlangsung lancar dan khidmat. Di penghujung acara, terdapat momen penyerahan Simbolis Kancing Gelung dari ayah Putri untuk Guinandra, sekaligus penyerahan Angsul-Angsul yang merupakan tanda kasih balasan dari pihak keluarga perempuan kepada pihak keluarga pria.
Sebagai penutup acara, terdapat sesi foto bersama sekaligus keluarga dari pihak Putri Tanjung yang mengantarkan kepulangan Guinandra dan keluarganya ke kediamannya, sekaligus mengucapkan selamat jalan.
--------------------
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Prosesi adat siraman Putri Tanjung/ Foto: Dok. morden.co/samuelrustandi
Prosesi siraman dan Midodareni Putri Tanjung/ Foto: Dok. morden.co/samuelrustandi