Baru-baru ini kembali viral di media sosial, cerita seorang korban penipuan online. Berkedok cari freelancer, tapi ternyata menipu korban online. Salah satu korban, yakni Syifa Giarsyah membagikan ceritanya di Twitter dan telah habiskan uang hingga Rp21 juta.
Viralnya cerita tersebut, pembuat seorang penulis, yakni Okki Sutanto membedah aksi penipuan tersebut dari sisi psikologi.
Tim Beautynesia telah mendapat izin untuk mengutip postingan Okki tentang aksi penipuan ini.
Menurut Okki, modus penipuan terbaru ini jauh lebih kompleks. Dimana penipuan tersebut telah dirancang detail penuh perhitungan, dengan sejumlah trik psikologis ala praktisi behavioral economics. Tidak peduli merk HP, seberapa melek teknologi, pelaku bisa menguras rekening lewat social engineering cerdik.
The Poor Language: untuk Filter Out Orang Kritis
Pada tahap pertama, Okki menjelaskan jika aksi penipuan tersebut menggunakan The Poor Language.
Dimana spasi ngawur, huruf kapital salah, hingga grammar yang jelek dilakukan oleh penipu. Ternyata, teknik ini sudah dilakukan sejak penipuan zaman dulu. Meski terkesan sepele, nyatanya hal ini punya peran penting!
Penulisan 'jelek' tersebut dapat memfilter orang-orang yang lebih waspada, berpendidikan, dan kritis, yang mereka sudah tahu kalau sejak awal jika pesan ini akan merujuk pada scam. Sehingga mereka enggan merespon.
Mereka yang merespon adalah yang memang lebih rawan jadi korban penipuan.
Foot in the Door Technique: Rayuan Lewat Permintaan Kecil
Dalam aksi penipuan tersebut, korban bercerita jika ia tertarik bergabung karena mulanya tau cara kerja yang sangat mudah. Yakni, tinggal like dan subscribe saja, tugas yang diberikan penipu.
Ternyata, hal ini termasuk Foot in the Door Technique, yang mana pelaku penipuan memberikan rayuan lewat permintaan kecil yang akan membuat korban seolah merasa "begitu doang" dan terasa tidak berbahaya.
Padalah setelah ini, permintaan kecil di awal tadi akan meningkat dan lama kelamaan akan semakin besar dan banyak. Teknik ini banyak digunakan di dunia marketing. Awalnya ditawari beli yang kecil dulu, lama-kelamaan ditawari yang mahal.
The Ben Franklin Effect: Trik Psikologi yang Membuat Orang Menyukai Kita
Selanjutnya tanpa sadar kita akan terjebak pada The Ben Franklin Effect, yakni sebuah trik psikologi untuk membuat orang menyukai kita: dengan meminta bantuan dari orang tersebut.
Menurut Okki, konsep ini agak kontra intuitif. Bukannya orang akan menyukai orang yang membantu mereka? Ternyata, nggak juga.
Studi psikologi menunjukkan bahwa ketika kita menolong orang lain, di kemudian hari malah kita akan lebih mudah suka dan percaya pada orang tersebut. Kita punya kecenderungan untuk lebih menyukai orang yang pernah kita tolong.
Dalam konteks penipuan ini, kita jadi pihak yang terus menolong dan membantu, yang ujungnya jadi lebih mudah percaya ke pelaku.
Classic Skinner and His Behavioristic Theory
Korban menuturkan jika sebelumnya setelah mengikuti permintaan pelaku dan selesai, maka akan diberikan reward secara langsung.
Immediate reward yang dilakukan penipu ini ternyata punya alasan tersendiri lho, Beauties. Yang mana hal ini bisa membuat korban percaya, jika apa yang dilakukannya adalah sebuah kebenaran.
Reward yang diberikan dengan segera, secara ilmiah lebih memotivasi seseorang dibanding reward yang diberikan belakangan. Hal ini termasuk Classic Skinner and his behavioristic theory.
Lebih lengkap, baca halaman selanjutnya!