Pada musim seperti ini, bukan hanya COVID-19 yang mengancam kesehatan namun demam berdarah juga mengintai masyarakat Indonesia. Kondisi Indonesia yang tropis menyebabkan nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak dengan sangat pesat. Hal ini dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Apalagi di musim panca roba seperti ini, penyakit tersebut juga perlu diperhatikan. Supaya tidak salah, simak yuk perbedaan gejala demam berdarah dan COVID-19.
Mengapa Demam Berdarah dan Corona Dianggap Mirip?
Infeksi virus DBD dan corona memang sulit untuk dibedakan tanpa tes laboratoris yang lengkap. Keduanya memiliki ciri-ciri yang hampir sama seperti demam, batuk, trombosit rendah dan leukosit rendah.
Demam Berdarah
Virus demam berdarah dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk sehingga cara paling efektif untuk mencegahnya adalah dengan memutus daur hidup nyamuk, sebagai pembawa virus. Selain menjaga kebersihan lingkungan kita juga harus menutup rapat tempat yang bisa menampung air, menguras bak mandi, dan mendaur ulang wadah yang bisa menampung air dianggap efektif untuk cegah demam berdarah. Jangan merasa bahwa air bersih yang terbuka cukup aman karena nyamuk aedes aegypti sangat suka berkembang biak di air yang bersih.
COVID-19
Virus corona dapat ditularkan melalui droplet atau percikan air liur penderita. Sekecil apapun percikan air liur sangat berpotensi menularkan virus corona. Patut diingat pula, virus corona dapat bertahan berjam-jam di udara terbuka. Oleh sebab itu, mempraktikkan physical distancing atau menjaga jarak antarmanusia, sangat penting untuk mencegah penyebaran COVID-19. Tentu saja menjaga kebersihan seperti mencuci tangan menggunakan sabun juga diperlukan untuk mencegah wabah COVID-19 semakin besar.
(kik/kik)