Istilah “Brain Rot” kian popular setelah dinobatkan sebagai Word of The Year 2024 versi kamus Oxford. Oxford University Press mendefinisikan brain rot sebagai penurunan kondisi mental atau intelektual seseorang akibat konsumsi berlebihan terhadap materi, terutama konten online yang dianggap tidak menantang alias sepele.
Ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh John Crimmins, PhD, seorang konsultan psikoterapis Irlandia dalam tulisannya di Health News yang menyebutkan bahwa “brain rot” adalah kondisi yang disebabkan oleh overload digital, yang dapat memicu penurunan kemampuan kognitif dan kelelahan mental.
Dari kedua pengertian ini, satu kata yang mencolok adalah “berlebihan”. Konteksnya mengacu pada terpaparnya kita (pengguna) oleh banyaknya informasi yang bisa ditemukan di berbagai platform online. Mengutip dari laman University of New South Wales, hingga saat ini penelitian terkait hal ini masih terus dilakukan. Meski demikian, terjadinya 'brain rot' dikarenakan paparan informasi berlebih bisa ditelusuri lebih lanjut penyebabnya.
Faktor Pribadi
Kelebihan informasi sering kali bermula dari keterbatasan kita sebagai individu dalam memproses informasi. Mengutip dari International Journal of Information Management Data Insights, otak manusia memiliki kapasitas yang terbatas untuk memahami dan menyimpan data, sehingga saat informasi yang diterima terlalu banyak, proses pengolahannya menjadi lambat dan tidak optimal. Selain itu, motivasi dan sikap juga memengaruhi kemampuan kita dalam menghadapi informasi.
Individu yang kurang termotivasi atau memiliki pandangan negatif terhadap tugas cenderung lebih rentan mengalami kelebihan informasi. Hal ini diperburuk jika kita tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk menyaring, mencari, atau memahami informasi. Disebutkan juga bahwa beberapa faktor demografis seperti usia, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan juga turut berkontribusi dalam meningkatkan risiko overload.