Queen of the Month: Kisah Ninneta, Penyintas Kanker Payudara yang Telah Lewati Puluhan Kemoterapi

Nadya Quamila | Beautynesia
Rabu, 26 Oct 2022 20:00 WIB
Queen of the Month: Kisah Ninneta, Penyintas Kanker Payudara yang Telah Lewati Puluhan Kemoterapi
Queen of the Month: Kisah Ninneta, Penyintas Kanker Payudara yang Telah Lewati Puluhan Kemoterapi/Foto: Beautynesia

Kanker payudara menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti kaum perempuan. Bukan tanpa sebab, kanker payudara menjadi salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker.

Di Indonesia sendiri, kanker yang sering menyerang kaum perempuan ini menempati urutan pertama terkait jumlah kanker terbanyak. Menurut data yang dilansir dari Kementerian Kesehatan RI, jumlah kematian akibat kanker payudara mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus di tahun 2020.

Hingga saat ini, penyebab pasti dari kanker payudara masih belum diketahui. Namun, menurut P2PTM Kemenkes RI, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara, mulai dari merokok dan terpapar asap rokok, pola makan buruk, hingga riwayat keluarga yang memiliki penyakit tersebut.

Untuk memperingati Breast Cancer Awareness Month atau Bulan Kesadaran Kanker Payudara di bulan Oktober ini, Beautynesia mendaulat Ninneta, pejuang kanker payudara yang telah melewati kemoterapi hingga puluhan kali sebagai Queen of the Month di bulan Oktober.

Tak hanya itu, Beautynesia juga berkolaborasi dengan Y.O.U Beauty dalam kampanye #YOUnitedInPink untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi pentingnya mengupayakan pencegahan kanker payudara sejak dini.

Divonis Kanker Payudara di Usia Belia

Penyakit kanker bukanlah hal yang asing dalam kehidupan Ninneta. Banyak keluarganya yang berjuang melawan penyakit tersebut, termasuk mendiang sang ibu. Ia sendiri pertama kali divonis mengidap kanker payudara di usia yang masih sangat muda, yaitu 22 tahun.

"Dulu waktu aku umur 20-an, aku mengalami siklus menstruasi yang nggak lancar, jadi aku pikirannya udah aneh-aneh, aku pikir ada apa dengan rahim aku dan lain-lain. Sebenarnya pemeriksaannya itu pertama kali karena aku itu memang berasal dari keluarga yang high risk. High risk itu maksudnya kalau di keluarga kita ada yang terkena kanker juga. Kebetulan mamaku kanker payudara juga dan limfoma," ungkapnya kepada Beautynesia dalam program Queen of the Month di Raffles Hotel Jakarta, Senin (17/10).

Usai dilakukan pemeriksaan, Ninneta pun divonis kanker payudara. Alih-alih terkejut, bisa dibilang reaksi perempuan yang jago makeup tersebut cenderung tenang.

Ninneta Divonis Kanker Payudara di Usia BeliaNinneta Divonis Kanker Payudara di Usia Belia/ Foto: Beautynesia

"Waktu pertama kali divonis itu justru sebenarnya dokter aku itu kayak kaget, pas dikasih tahu "Net, sorry, saya harus sampaikan ke kamu kalau kamu kena kanker payudara." Terus aku mungkin karena udah ngalamin banyak keluarganya pada kanker semua, aku cuma kayak "oh ya udah dok, jadi kita harus apa?"" tuturnya.

Tidak ingin terpuruk dan menangisi keadaan berlarut-larut, Ninneta pun langsung bertanya kepada dokter apa saja yang harus ia lakukan. Ketika ia divonis penyakit kanker payudara, ia tahu bahwa perjuangannya telah dimulai.

"Jadi aku reaksinya sejujurnya ya gitu aja, cuma aku menyadari bahwa memang banyak keluarga aku yang kena kanker, aku tahu kalau kita divonis kanker itu perjuangannya harus dimulai," tambahnya.

Menolak Operasi Pengangkatan Payudara

Ninneta Menolak Operasi Pengangkatan PayudaraNinneta Menolak Operasi Pengangkatan Payudara/ Foto: Beautynesia

Ketika pertama kali berkonsultasi dengan dokter usai divonis, Ninneta terkejut saat disarankan untuk menjalankan mastektomi, yaitu operasi pengangkatan payudara.

"Bayangin aja anak umur 22 tahun-23 tahun, tahu-tahu ke dokter, ada benjolan dibilang kanker, lalu disarankan untuk mastektomi, itu aku kayak "wah jangan..."," kenangnya.

Menolak saran tersebut, Ninneta pun berkonsultasi hingga empat kali ke dokter yang berbeda-beda. Jawaban lebih 'menenangkan' pun ia dapatkan. Karena kanker payudara yang ia alami kala itu masih stadium awal, ia tidak harus menjalankan mastektomi.

"Aku datang ke dokter kedua, datang ke dokter ketiga, ada empat dokter yang aku temui, mereka semua bilang "ini kamu stadiumnya masih dini banget, ini bisa diambil dengan cara yang ini..." dan ternyata ada jalan keluar lainnya," ungkapnya.

"Jadi misalnya ada teman-teman yang kena yang divonis kanker itu carilah second opinion yang kayak aku lakukan. Teknologi sudah lebih maju, jadi jangan takut periksa, karena jaman dulu aja aku second opinion, third opinion, dan fourth opinion aku ternyata ada jalan lain. Tidak selalu di-mastektomi," tambahnya.

Jalani Kemoterapi hingga 49 Kali

Ninneta Jalani Kemoterapi hingga 49 KaliNinneta Jalani Kemoterapi hingga 49 Kali/ Foto: Beautynesia

Selama berjuang melawan penyakit kanker, kurang lebih sudah 49 kali kemoterapi yang Ninneta jalani. Namun diakuinya, yang membuatnya down terkadang bukan karena penyakit yang diidapnya, melainkan efek samping dari kemoterapi yang ia lewati.

"Jadi waktu aku kemo ke-4, itu habis makan muntah, nggak bisa ngapa-ngapain. Eneg, mual, gitu kan. Jadinya lemas. Nah itu yang bikin down, karena pada saat itu aku juga main biliar, aku atlet biliar. Terus aku nggak bisa, fisik aku nggak kuat untuk latihan," tuturnya.

Menjadi sosok perempuan yang aktif dengan segudang aktivitas, terbaring lemas usai kemoterapi tentu menjadi sebuah mimpi buruk. Rutinitas yang biasa ia jalani setiap hari, tidak bisa lagi ia lakukan.

"Jadi lebih yang bikin down itu karena aku banyak sekali aktivitas yang biasa aku lakukan, jadi nggak bisa aku lakukan lagi. Itu yang bikin paling down adalah hal-hal yang seperti itu, sama yang karena namanya bawaannya fisik lemes, jadi apa-apa jadi kebawa lemas gitu," lanjutnya.

Kehadiran Support System Terbaik

Kehadiran support system, menurut Ninneta, berperan penting dalam perjuangannya melawan kanker payudara. Ia bisa tegar dan bangkit kembali karena dukungan dari orang-orang terdekat, salah satunya keluarga.

"Ketika aku divonis kanker payudara, reaksinya tidak ada yang terlalu mellow, mungkin karena pengalamannya banyak. Aku bisa bangkit lagi itu karena support keluarga. Dan keluarga itu namanya sudah sama-sama dari kecil, mereka tahu gimana handle aku, aku tuh nggak bisa di mellow-mellow-in, malah agak 'militer', kayak "ayok bangun" "ayo bisa, hidupnya belum selesai!". Support system itu penting banget," tutur Ninneta.

‘Terselamatkan’ karena Pemeriksaan Dini

Queen of the Month: Kisah Ninneta, Penyintas Kanker Payudara yang Telah Lewati Puluhan Kemoterapi

Queen of the Month: Kisah Ninneta, Penyintas Kanker Payudara yang Telah Lewati Puluhan Kemoterapi/Foto: Beautynesia

Bagian Tersulit dari Pengobatan dan Proses Penerimaan

Selama menjalani pengobatan, perempuan yang pernah menjadi atlet renang itu mengaku bahwa tidak hanya fisik yang diserang, namun kondisi mentalnya juga ikut terpengaruh. Ia mengaku kerap mengalami overthinking hingga trauma.

“Karena aku operasinya nggak terlalu besar, kompensasinya adalah aku harus kemo. Yang susah itu karena udah ngebayangin, nih, di kepala, kemoterapi sampai bikin muntah, nggak bisa jalan. Belum lagi dari kemo, nih, kadang-kadang leukosit kita kenapa, ini kenapa, atau harus transfusi darah dengan darah aku yang terbilang langka. Jadi lebih ke mental overthinking mikirin kayak gituan. Jadi mentalnya yang kena lebih kayak trauma, aku jadi lebih trauma ke sananya,” paparnya.

Menjalani kemoterapi dari tahun 2004 hingga tahun 2017, Ninneta mengaku butuh proses dan waktu yang cukup panjang untuk bisa berada di titik penerimaan atas kondisi kesehatannya. Ia banyak melakukan refleksi dan berdialog dengan diri sendiri.

“Aku berusaha ngingetin diri sendiri, aku banyak berdialog sama diri sendiri. Jangan nyalahin Tuhan, ini bukan karma, ini simply adalah penyakit, ini adalah penyakit yang diizinkan Tuhan ada di kamu. Diterima itu, dan itu bukan perkara satu dua hari ngomongin itu ke diri sendiri,” ungkapnya.

Memang lebih mudah diucapkan dibanding dilakukan, namun Ninneta berhasil melalui masa-masa sulit tersebut karena ia yakin akan satu hal: Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi kemampuan umat-Nya.

“Aku tuh pegangannya saat itu cuma kayak, ya udah nggak mungkin, nih, kita dikasih kayak begini sama Tuhan kalau kita nggak dinilai kuat. Aku selalu mikir bahwa ini, kan, ujian gitu ya, ini itu masalah, penyakit itu buat aku ya masalah. Ya sama aja kayak kita dikasih sakit flu, Tuhan kasih obat. Somehow, kita juga pasti kayak gitu cuma emang ini masalahnya obatnya belum ketahuan aja. Jadi have to keep finding,” paparnya.

Ninneta Memandang Kehidupan: Lakukan Hal yang Bikin Bahagia

Ninneta Memandang Kehidupan: Lakukan Hal yang Bikin BahagiaNinneta Memandang Kehidupan: Lakukan Hal yang Bikin Bahagia/ Foto: Beautynesia

Menjadi seseorang yang berjuang melawan kanker payudara, membuat cara Ninneta memandang kehidupan berubah drastis. Ia sadar bahwa hidup adalah sesuatu yang tidak boleh disia-siakan.

“Pas divonis kanker, sekuat-kuatnya aku, sepengalamannya aku, tetap ada bayang-bayang di mana “oh, mungkin ini akhirnya”, tetap ada pikiran kayak gitu. Cuma karena aku punya support system yang bagus juga jadi aku bisa ngebalikkin itu semua dan akhirnya mindset aku berubah.

Dari situ aku langsung mikir gini, “gimana kalau ternyata hari ini hari terakhir dalam hidupnya kamu? Have you done a good job for yourself? Untuk keluargamu, udah berbuat baik kah hari ini? Udah happy kah hari ini?”, itu yang aku jadiakn pandangan hidup sampai sekarang. Jadi dari dulu itu aku begitu aku kena divonis kanker, hal-hal yang bikin pusing aku cut, orang-orang yang toxic yang bikin aku senewen, aku cut,” pungkasnya.

Ninneta pun tidak lagi berusaha mengatur hal-hal yang ada di luar kendalinya. Karena menurutnya, hal tersebut hanya membuang-buang tenaga dan waktu.

“Yang penting bahagia, karena hidup itu sebentar. And life is so fragile, jangan sampai kita cuma punya hidup berapa puluh tahun di dunia, terus kita hanya melakukan hal yang sia-sia, yang nggak bikin happy, yang nggak bikin orang lain happy, nggak ada gunanya buat kita dan buat orang di sekitar kita, jangan sampai gitu,” katanya.

'Terselamatkan' karena Pemeriksaan Dini

'Terselamatkan' karena Pemeriksaan Dini'Terselamatkan' karena Pemeriksaan Dini/ Foto: Beautynesia

Ninneta mengaku bahwa nyawanya berhasil selamat berkali-kali karena ia tidak takut untuk memeriksakan kondisi kesehatannya. Ia bisa melawan kanker payudara tersebut salah satunya berkat kesigapannya dalam memeriksakan diri ke dokter.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, sekitar 43 persen kematian akibat kanker bisa dikalahkan manakala pasien rutin melakukan deteksi dini dan menghindari faktor risiko penyebab kanker. Ninneta pun mengimbau masyarakat untuk jangan takut memeriksakan kondisi kesehatan.

“Aku sangat menegaskan pokoknya jangan pernah takut untuk periksa, karena aku itu nyawanya selamat berkali-kali karena aku nggak takut untuk periksa. Jadi belajar untuk aware sama badan sendiri. Sekarang tuh kan ada yang namanya SADARI, pemeriksaan payudara sendiri. Di rumah dilakukan, apakah ada benjolan? Apakah ada hal-hal yang bisa dibilang nggak natural? Periksa, jangan takut untuk periksa. Kalau umurnya sudah menstruasi atau sudah aktif secara seksual, itu juga harus periksa. Harus dicek. Itu bisa membantu menyelamatkan nyawa,” tegasnya.

Bertepatan dengan bulan Oktober yang diperingati sebagai Breast Cancer Awareness Month atau Bulan Kesadaran Kanker Payudara, Ninneta mengajak Beauties untuk menjadi bagian dari kampanye YOU Beauty, yaitu #YOUnitedInPink yang bekerjasama dengan Lovepink Indonesia dan Lazada Indonesia.

Di kampanye #YOUnitedInPink ini, kamu bisa berkontribusi secara langsung untuk menyebarkan awareness dan edukasi kepada teman-teman di luar sana dalam mengupayakan pencegahan dini kanker payudara.

[Gambas:Instagram]

Tak hanya itu saja, di kampanye #YOUnitedinPink ini kamu juga bisa berdonasi kepada Lovepink Indonesia, yaitu organisasi nirlaba yang berfokus pada kegiatan sosialisasi deteksi dini kanker payudara dan pendampingan bagi sesama perempuan.

Dengan berkontribusi di Lovepink Indonesia, artinya kamu mendukung Gerakan 10 ribu USG payudara gratis untuk mendukung perempuan Indonesia agar dapat terhindar dari kanker payudara sedini mungkin.

Caranya mudah banget, Beauties! Kamu bisa membeli produk-produk dari YOU, di mana Rp2 ribu dari setiap pembelian di e-commerce Lazada mulai dari 17 Oktober hingga akhir Oktober, akan didonasikan ke @lovepinkindonesia.

Yuk, jadi bagian dari perjalanan ribuan perempuan untuk melawan kanker payudara bersama #YOUnitedInPink!

Hati yang Gembira adalah Obat

Ninneta: Hati yang Gembira adalah ObatNinneta: Hati yang Gembira adalah Obat/ Foto: Beautynesia

Last but not least, Ninneta juga membagikan pesan untuk orang-orang yang kini tengah berjuang melawan kanker untuk tidak menyalahkan diri sendiri atas apa yang telah terjadi.

“Kalau dibilang mudah, enggak. Tapi ini bukan akhir dari segalanya, ini adalah perjuangan yang memang Tuhan izinkan untuk kita lakukan. Aku selalu mikirnya tuh gini, “kita tuh punya sakit kayak gini karena kita itu dipilih langsung sama Tuhan, kita tuh hand picked, karena kita ini orang-orang yang dinilai lebih kuat dari yang lain. Dan yang pasti jangan pernah salahin diri sendiri. Hati yang gembira adalah obat. Kalau nggak gembira, itu obat nggak bakalan ketelen. Pengobatan apapun yang kita lakukan, kalau hati kita nggak gembira, itu percuma. Jadi lakukan apa-apa dengan hati yang gembira,” tutup Ninneta.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE