Ternyata Orang Tua Perokok Bisa Memicu Anak Stunting, Ini Penjelasannya...

Pratitis Nur Kanariyati | Beautynesia
Senin, 07 Oct 2024 18:45 WIB
Ternyata Orang Tua Perokok Bisa Memicu Anak Stunting, Ini Penjelasannya...
Bahaya asap rokok bagi pertumbuhan anak/foto: freepik.com/freepik

Saat ini kasus stunting di Indonesia masih mendapatkan sorotan tajam. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia 2023 Kementerian Kesehatan RI, angka kasus stunting di Indonesia mencapai 21,5 persen pada 2023. Jumlah tersebut hanya turun 0,1 persen dari tahun sebelumnya.

Menurut catatan World Health Organization (WHO), negara dikatakan baik-baik saja jika prevalensi stuntingnya kurang dari 20 persen. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa angka stunting di Indonesia masih tinggi dan perlu penanganan ekstra.

Stunting merupakan ketidakseimbangan perkembangan dan pertumbuhan anak karena adanya riwayat gizi kronis. Pemberian nutrisi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sangat krusial terhadap tumbuh kembang anak ke depan.

1000 HPK dimulai sejak janin terbentuk di dalam kandungan hingga dua tahun pertama kehidupan bayi. Asupan gizi yang buruk pada ibu hamil dan bayi pasca lahir bisa memicu adanya stunting.

Selain asupan gizi, gaya hidup dari orang tua seperti kebiasaan merokok juga diklaim mampu memicu stunting pada anak. Benarkah demikian dan bagaimana kebiasaan merokok orang tua bisa berdampak pada pertumbuhan anak?

Begini Menurut Penelitian Soal Pengaruh Rokok terhadap Pertumbuhan Anak

Anak stunting didominasi mempunyai ayah seorang perokok/foto: freepik.com/freepik

Merujuk penelitian yang dipublikasikan Environmental Health Insights pada 2023, dijelaskan bahwa ada pengaruh negatif orang tua perokok dengan pertumbuhan anak.

Terpapar asap rokok lebih dari 3 jam per hari dikatakan mampu meningkatkan risiko anak terkena stunting sebanyak 10.316 kali lipat. Sebagian besar anak stunting dalam penelitian itu mempunyai ayah seorang perokok dengan riwayat merokok lebih dari 3 tahun dan frekuensi merokok lebih dari 3 kali sehari.

Penelitian lain yang dilakukan di Surakarta terhadap 123 anak, menyatakan bahwa durasi paparan asap rokok mempunyai hubungan yang signifikan pada anak stunting usia 25 hingga 59 bulan.

Asap Rokok Mengandung Gas Beracun, Karbon Monoksida

Asap rokok mengandung karbon monoksida/foto: freepik.com/montypeter

Salah satu residu yang dihasilkan dari pembakaran rokok adalah gas karbon monoksida. Diketahui, karbon monoksida sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat menggantikan oksigen yang seharusnya bersirkulasi di dalam darah.

Sel darah merah mengandung banyak zat, salah satunya hemoglobin. Molekul protein kompleks ini memiliki peran penting dalam mengangkut oksigen.

Melansir UCLA Health, karbon monoksida mampu mengikat hemoglobin 200-300 kali lebih kuat ketimbang oksigen. Jadi, ketika terdapat oksigen dan karbon monoksida, hemoglobin akan lebih berikatan dengan karbon monoksida.

Karbon monoksida yang terikat dengan hemoglobin akan membentuk senyawa carbonxyhaemoglobin (COHb). Semakin banyak COHb yang terbentuk, maka semakin berkurang oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh. Akibatnya, tubuh akan mengalami kekurangan oksigen (hipoksia).

Penurunan kadar oksigen yang tidak segera ditangani dapat berlanjut menjadi hipoksia organ dan serebral. Fatalnya seseorang bisa berujung gagal organ dan kerusakan otak.

Ibu hamil yang menjadi perokok pasif mampu membahayakan janin karena bisa menyebabkan bayi lahir dalam kondisi prematur, berat badan lahir rendah, hingga meninggal dunia. Asap rokok bisa mengganggu anak dalam menyerap gizi yang akhirnya mengganggu tumbuh kembangnya.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI! 

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE