Stop Buang Uang untuk Perawatan Wajah ala Korea, Ini Alasan Kamu Perlu Diet Skincare Sekarang Juga!
Dunia dermatologi selalu mengalami perkembangan. Setiap industri yang terlibat tak pernah absen mengikuti perkembangan yang ada. Hingga pada suatu hari, muncul tren perawatan wajah dengan puluhan produk di dalamnya. Korea menjadi salah satu negara yang mencetuskan tren ini.
Influencer di media sosial juga andil dalam terkenalnya tren 10 steps skincare. Pertanyaannya, apakah kulit kita benar-benar membutuhkan semua komposisi yang ada di puluhan skincare pada tren maksimalis tersebut?
Tren tersebut mungkin peluang yang bagus bagi industri kecantikan, tapi sayangnya, kebanyakan orang mungkin nggak membutuhkan setengah dari rangkaian produk yang viral. Dikutip dari New York Times, dokter dan ahli kecantikan mengatakan bahwa banyak produk yang melapisi wajah biasanya malah gagal mengatasi masalah yang mereka klaim.
Ilustrasi rangkaian skincare. (Foto: Freepik.com/Lookstudio)/ Foto: Ayuliy Lestari |
"95 persen orang menggunakan terlalu banyak produk, yang sebenarnya membuat kulit mereka teriritasi, menua atau tidak membuat mereka berada di tempat yang seharusnya," kata dr. Heather Rogers, dokter kulit dan pendiri Doctor Rogers Restore, dikutip dari New York Times.
Sebagai dokter dan produsen produk skincare, dr. Rogers tidak membuat atau menggunakan krim mata, yang bisa menjadi penghasil uang terbesar pada industri skincare. Hal ini juga diikuti oleh April Gargiulo, pendiri brand Vintner's Daughter, dan dr. Ellen Marmur, ahli bedah kulit dan pendiri MMSkincare.
Ilustrasi produk skincare (Foto: Pexels.com/RODNAE Productions) / Foto: Dians Marfuah |
Sebab, menurut Marisa Plescia, ahli kimia kosmetik di Bell International Laboratories dan ilmuwan peneliti di NakedPoppy, krim mata memiliki komposisi tidak jauh berbeda dengan krim wajah, kecuali jika krim mata dengan bahan-bahan khusus seperti kafein, yang tidak akan ditemukan dalam krim wajah.
Hal tersebut juga didukung oleh pengalaman seorang fashion stylist di New York. "Saya hanya menggunakan cocoa butter dan harganya 3,59 dolar AS di CVS (retail farmasi), dan itu baik-baik saja," kata Roxanne Brown, seorang fashion stylist di New York.
Kekuatan influencer, target penjualan sebuah brand, dan pandemi yang membuat banyak orang mencoba hal baru di rumah, adalah kombinasi yang pas untuk membuat tren ini semakin melejit. Banyak konsumen berharap kulit glowing setelah mengikuti perkataan influencer.
Ilustrasi skincare. (Foto: freepik.com) / Foto: Rani Mutiara |
"Konsumen membeli produk karena mereka pikir mereka akan terlihat seperti influencer terlihat di media sosial," kata Plescia, yang menambahkan bahwa influencer mungkin menggunakan Botox atau laser untuk membuat kulitnya sempurna.
Sebaliknya, sebaiknya konsumen fokus pada hasil yang realistis dan mengubah cara kita memandang perawatan kulit. So, seberapa banyak rangkaian skincare-mu? Apakah semua produk bekerja baik di kulitmu? Yuk, coba evaluasi lagi. Jika diet skincare akan lebih baik untuk kulit, nggak ada salahnya untuk melakukannya.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Ilustrasi rangkaian skincare. (Foto: Freepik.com/Lookstudio)/ Foto: Ayuliy Lestari
Ilustrasi produk skincare (Foto: Pexels.com/RODNAE Productions) / Foto: Dians Marfuah
Ilustrasi skincare. (Foto: freepik.com) / Foto: Rani Mutiara