Pianis Kelas Dunia hingga Staf Khusus Presiden, 5 Tokoh Difabel Ini Sukses Lampaui 'Keterbatasan' Fisiknya
Hari Disabilitas Internasional diperingati setiap tanggal 3 Desember. Salah satu cara untuk memperingati hari ini adalah dengan mendengarkan dan memaknai kisah inspiratif dari para penyandang disabilitas.
Dengan segala keterbatasan yang ada, beberapa tokoh penyandang disabilitas asal Indonesia ini mampu bangkit untuk mengejar impiannya. Seperti kata pepatah, “usaha tak akan pernah mengkhianati hasil”, begitulah pada akhirnya mereka berhasil menorehkan prestasi di bidangnya masing-masing.
Mereka berhasil membuktikan pada dunia bahwa keterbatasan bukanlah sebuah halangan untuk menggapai kesuksesan. Siapa saja tokoh-tokoh hebat tersebut? Yuk Beauties, kita kenali satu persatu!
Muhammad Ade Irawan
![]() M. Ade Irawan/Foto: Twitter.com/ade15011994 |
Terlahir sebagai penyandang tunanetra, membuat pria kelahiran Colchester, Inggris, ini seolah 'melihat' dunia dengan jemarinya. Sejak kecil, Ade memang sering diajak oleh orang tuanya untuk menonton konser musik Jazz.
Hal ini menumbuhkan kecintaan dalam dirinya terhadap dunia musik, khususnya Jazz. Berbekal dari seringnya ia memainkan musik Jazz melalui organ di rumah, pria kelahiran tahun 1994 ini secara nggak langsung telah mengasah bakatnya.
Kepiawaiannya dalam menekan tuts piano kemudian mengantarkan langkahnya untuk unjuk diri sebagai seorang pianis muda pada acara Jazz Links Jam Session di Chicago Cultural Center saat usianya menginjak 12 tahun. Ia pun terus mendalami bakatnya hingga mendapat kesempatan bermain piano pada Chicago Winter Jazz dan Chicago Jazz Festival.
Keindahan nada yang dibawakan oleh jari jemari Ade membuatnya dipercaya untuk menjadi pianis tetap pada acara Farmsworth School of Chicago dan Jazz Links Jam Session.
Kini di usia 27 tahun, Muhammad Ade Irawan telah dikenal sebagai seorang pianis tunanetra berbakat yang diakui oleh dunia internasional. Silih berganti undangan bermain musik menghampiri Ade, nggak hanya datang dari dalam negeri tetapi juga dari mancanegara. Di Indonesia sendiri, ia turut tampil membanggakan di acara yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Indonesia untuk Bahrain, di Paviliun Indonesia di Italia hingga di Sydney Opera House, Australia.
Ratna Indraswari Ibrahim
![]() Ratna bersama editornya/Foto: Dandc.eu/H. Aga |
Dikenal sebagai seorang sastrawan, prestasi yang ditorehkan oleh perempuan berdarah Minang ini memang patut diacungi jempol. Sudah sejak kecil Ratna divonis menderita rakitis, yaitu kelainan pertumbuhan tulang akibat kekurangan vitamin D yang membuat tangan dan kakinya tak mampu lagi berfungsi sebagaimana mestinya.
Meskipun harus duduk di kursi roda, langkahnya nggak surut untuk terus berkarya dalam dunia sastra. Hal ini terbukti dengan lahirnya 400 buah cerpen dan novel yang laku di pasaran hingga akhir hayatnya.
Nggak tanggung-tanggung, karyanya juga sering kali menyabet penghargaan di dunia kesusastraan, salah satunya yaitu masuk dalam Antologi Cerpen Perempuan ASEAN pada tahun 1996. Uniknya, dalam aktivitas sebagai seorang penulis, Ratna nggak menuliskan karyanya sendiri lho. Ia diketahui mendiktekan pemikirannya kepada asisten pribadinya. Kalimat yang terlontar lalu diketik oleh sang asisten hingga berbentuk karya tulis utuh.
Selain aktif menulis, ia juga merupakan Ketua dari Yayasan Bhakti Nurani Malang dan menjabat sebagai Direktur I LSM Entropic Malang pada tahun 1991. Pada tahun 1994, ia bahkan memperoleh predikat Perempuan Berprestasi dari Pemerintah Republik Indonesia.
Pianis Kelas Dunia hingga Staf Khusus Presiden, 5 Tokoh Difabel Ini Sukses Lampaui 'Keterbatasan' Fisiknya
Fanny Evrita/Foto: Instagram/fannyevrita
Nina Gusmita
Nama perempuan manis asal Medan ini semakin dikenal publik usai mencetak hattrick medali emas pada cabang olahraga atletik klasifikasi kursi roda di ajang Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua baru-baru ini.
Namun dibalik prestasinya tersebut, perjalanan Nina dalam meraihnya ternyata nggak mudah. Perempuan berusia 23 tahun itu mengaku bahwa dulunya ia merupakan seorang atlet voli normal.
Kecelakaan motor yang menimpanya sehabis pulang berlatih voli di tahun 2016 telah merenggut satu kaki Nina. Akibat peristiwa nahas tersebut, ia pun harus melanjutkan hidup sebagai seorang penyandang disabilitas.
![]() Nina Gusmita/Foto: Instagram.com/ninagusmitaa |
Awalnya semua terasa berat bagi Nina yang kala itu masih berusia 17 tahun. Ia bahkan sempat berpikir bahwa impiannya untuk menjadi atlet voli nasional harus pupus karena ketidakberdayaan fisiknya.
Beruntungnya, pasca kecelakaan ia pun ditawari bergabung dalam National Paralympic Committee (NPC) Sumatera Utara. Dari situ, ia terus berlatih sebagai atlet voli duduk yang kemudian membawanya menjadi salah seorang atlet dalam Kontingen Merah Putih di Asian Para Games tahun 2018 lalu. Kegigihan Nina dalam mewujudkan impiannya ini akhirnya mengundang banyak decak kagum dari berbagai kalangan.
Fanny Evrita Rotua Ritonga
Sempat merasa down karena sering di-bully akibat kekurangan fisiknya, perempuan cantik asal Pontianak ini telah membuktikan bahwa ia berhasil menjadi salah seorang penyandang tunadaksa yang sukses. Ceritanya bermula pada saat ia dipecat dari bank tempatnya bekerja hanya karena ukuran seragam yang nggak pas di tubuhnya.
Hal ini menyulut api semangat dalam diri Fanny untuk nekat mengadu nasib di ibu kota. Meski tanpa dukungan keluarga, Fanny tetap berusaha semampunya demi bertahan hidup di Jakarta. Kerap kali ia juga merasakan cibiran dan pandangan sinis yang datang dari berbagai orang yang ia temui di ruang publik.
![]() Fanny Evrita/Foto: Instagram.com/fannyevrita |
Ia kemudian sampai pada titik ketika mencoba mendaftarkan diri dalam program Thisable Enterprise milik Angkie Yudistia, Staf Khusus Presiden RI. Ia pun mulai mengikuti proses inkubasi selama enam bulan yang kemudian membuatnya membangun bisnis Thisable Beauty Care pada tahun 2016.
Perjuangannya berbuah manis, kini produk kecantikan miliknya semakin terkenal dan digemari oleh perempuan Indonesia. Satu kalimat darinya yang sarat akan makna, “Jangan pernah lelah menjadikan dirimu menonjol daripada yang lain". Ia percaya dengan menonjol, maka orang akan menghargai keberadaannya sekalipun ia merupakan seorang penyandang disabilitas.
Pianis Kelas Dunia hingga Staf Khusus Presiden, 5 Tokoh Difabel Ini Sukses Lampaui 'Keterbatasan' Fisiknya
Angkie saat bertugas sebagai Staf Khusus Presiden/Foto: Instagram.com/angkie.yudistia
Angkie Yudistia
![]() Angkie Yudistia/Foto: Instagram.com/angkie.yudistia |
Angkie mulai dikenal sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa dirinya menjadi salah satu bagian dari Staf Khusus Presiden RI pada 2019 silam. Sebelumnya, ia juga sudah menorehkan prestasi dalam banyak bidang.
Sejak di usia 10 tahun, perempuan kelahiran Medan ini mulai kehilangan pendengarannya. Namun berkat dukungan yang diberikan oleh keluarga terutama sang ibunda, Angkie berhasil mengalahkan rasa malunya dan bangkit.
Berbekal kemampuan dalam bidang penulisan, Angkie sukses melahirkan buku pertamanya yang diberi judul Perempuan Tunarungu pada tahun 2011. Ia lalu mendirikan sebuah organisasi sosial bernama Thisable Enterprise di tahun yang sama, sebagai wadah pemberdayaan para penyandang disabilitas agar mampu berkarir di dunia professional.
Sudah 10 tahun berdiri, Thisable Enterprise kini sudah berkembang menjadi sebuah yayasan, yaitu Thisable Foundation. Bagi Angkie, sudah saatnya penyandang disabilitas dianggap setara dan bukan lagi sekadar kelompok minoritas yang sering dianggap remeh.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!




