Bulu Kelinci Angora Sebagai Produk Fashion Indah, Peternakannya Diisi Hewan Menjerit
Animal cruelty kian digaungkan untuk melakukan praktik etis dalam fashion. Sudah banyak brand yang mengadopsinya, terutama dalam hal penggunaan leather dan fur yang kini beralih ke material alternatif.
Sayangnya, bukan berarti semua brand setuju akan hal ini. Pemakaian bulu atau pun kulit asli hewan masih bisa ditemukan. Sebut saja penggunaan bulu kelinci angora yang jarang disorot dan dianggap sulit buat sustainable, tapi masih banyak produknya yang beredar.
Kelinci angora/ Foto: Dok. PETA |
Pernahkah kamu melihat seleb favoritmu yang mengenakan topi berbulu tipis nan halus atau coat dengan material serupa? Bisa jadi fashion items tersebut merupakan bulu kelinci angora berbulu tebal yang banyak diternakan di China.
Melansir laman People For The Ethical Treatment for Animals (PETA), 90% sumber bulu angora di dunia berasal di China. Bahkan, mereka pernah investigasi diam-diam ke 10 peternakan kelinci angora di kawasan tersebut. Kunjungan mereka disambut pemandangan miris di mana kelinci angora dengan tubuh botak-botak dalam kandang.
Kondisi Kelinci Angora di Peternakan
Ilustrasi/ Foto: Pexels.com/cottonbro studios
Kelinci-kelinci dalam peternakan terkurung dalam kandang kecil, kotor, terbuat dari kawat sehingga tidak ada cara untuk menghangatkan diri saat bulu mereka botak. Kondisi mereka lemah tak berdaya. Beberapa dari kelinci itu bahkan tampak tidak bisa bergerak.
Kondisi menyedihkan para kelinci tak bisa dipungkiri mengingat perlakuan buruk yang diterima mereka setiap 3 bulan sekali, yaitu bulu mereka dicabut secara barbar. Pencabutan akan hasilkan bulu yang lebih panjang dalam proses singkat. Kelinci angora mulai dicabut bulunya sejak berusia 8 minggu dalam peternakan tersebut.
Kelinci yang pada dasarnya mudah takut, rentan sakit jantung saat dihadapkan situasi yang buat stres. Seorang peternak berkata pada investigator PETA bahwa 60% kelincinya mati dalam kurun 1-2 tahun. Jika kelinci berhasil bertahan hingga 2-5 tahun, kelinci akan dibunuh dan daging mereka dijual. Sayangnya, tidak ada aturan atau standar tentang praktik keji ini.
Adakah Cara Lebih Aman untuk Produksi Bulu Kelinci Angora?
Ilustrasi/ Foto: Freepik.com
Dalam skala kecil, bulu kelinci angora bisa diproduksi secara etis. Mengutip situs The Guardian, campaign manager PETA, Yvonne Taylor, membeberkan sejumlah caranya. Pertama yang bisa dilakukan adalah mengumpulkan bulu yang rontok secara alami. Bisa jadi bulu rontok juga diakibatkan karena pergerakan kelinci atau sentuhan dengan tangan. Selain itu, cara yang bisa dilakukan adalah dengan menyisir kelinci atau menggunakan alat cukur. Oleh karena jumlah bulu yang didapatkan mungkin hanya sedikit, seseorang bisa mencampurnya dengan material bulu lain. Namun alangka lebih baik jika menghindari penggunaan bulu hewan asli sepenuhnya.
Brand yang Telah Melarang Penggunaan Bulu Angora
Produk bulu angora/ Foto: Pexels.com/Mareks Steins
Berdasarkan investigasi PETA, sudah banyak brand yang melarang penggunaan bulu kelinci angora untuk pembuatan produk-produknya. Beberapa di antaranya adalah Calvin Klein, Tommy Hilfiger, H&M, Forever 21, Mango, Top Shop, Marks & Spencer, dan masih banyak lagi.
Lalu, bagaimana dengan brand yang masih menggunakan bulu angora? Cukup mudah dibedakan karena melalui media sosial X, PETA pernah menuliskan pada dasarnya, “if it’s made with angora, it’s a product of cruelty”.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Kelinci angora/ Foto: Dok. PETA