Dari Cimahi ke Panggung Internasional, Kenalan dengan Brand Lokal APAKABAR Atelier!

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Rabu, 27 Aug 2025 15:00 WIB
Mengolah Kain dari Getah Pohon dan Singkong
APAKABAR Atelier Être Collection/ Foto: instagram.com/apakabar.atelier

Menerapkan konsep "sustainability" (berkelanjutan) dalam fashion dikenal kompleks, Beauties. Sistem yang sirkular, mulai dari proses produksi sampai bagaimana produk di tangan konsumen, harus selaras dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan. Nggak jarang brand fashion justru terjerat praktik greenwashing yang makin diwaspadai konsumen cerdas.

Namun, hal itu nggak jadi penghalang bagi APAKABAR Atelier, brand lokal asal Cimahi yang didirikan oleh Prafitra Viniani, untuk berupaya mendukung berkelanjutan dalam narasinya. Berbekal dari ilmu yang didapat dari École de Condé, Lyon, Prancis, di mana ia mengenyam pendidikan S2, dilanjutkan enam bulan belajar di École Duperré Paris, sekolah mode bergengsi di Prancis, dengan beasiswa dari PINTU Incubator setelah menjalankan APAKABAR, perempuan yang akrab disapa Vini mengajak anak muda tidak sekadar membeli produk, tapi juga membangun kesadaran peduli lingkungan.

Mengolah Kain dari Getah Pohon dan Singkong

APAKABAR Atelier

APAKABAR Atelier Être Collection/ Foto: instagram.com/apakabar.atelier

Vini mendirikan APAKABAR tak semata sebagai brand fashion saja, tapi juga “laboratorium untuk research dan mengeksplorasi berbagai bahan yang ramah lingkungan.” Hal tersebut selaras dengan filosofi diangkatnya, sebagaimana diceritakan kepada Beautynesia (20/8/2025), yakni “menjalin hubungan yang lebih harmonis antara manusia dengan Bumi.”

Oleh karenanya, saat kamu melihat sederet karya Vini untuk APAKABAR, kamu tidak hanya melihat pakaian berdesain kekinian saja, tapi penggunaan material lain dari biasanya––berasal dari alam yang biodegradable (mudah terurai). Contohnya seperti kulit Mycelium (jamur), ampas kopi, getah pohon, dan singkong. 

Bahan tersebut dikombinasikan kain-kain “Jablak” atau “BS” dari Cigondewah, Bandung, sisa produksi berlebih dan limbah tekstil. Dari situ, Vini menarik inspirasi desain dari koneksi antar makhluk hidup serta jawaban dari pertanyaan seperti “Dari mana bahan ini berasal?” atau “Apa yang akan terjadi setelah produk ini selesai dipakai?”

“Untuk bahan penunjang embellishment seperti jamur dan getah pohon karet secara umum, bahan-bahan ini cukup tahan lama untuk digunakan dalam produk sehari-hari, tapi tentu tetap ada batasnya karena semuanya berbasis alami,” terang Vini. Meski punya perbedaan daya tahan, bagi Vini, “Di situlah daya tariknya, produk ini hidup, punya cerita, dan bisa kembali ke alam.”

[Gambas:Instagram]

Melenggang ke Panggung Internasional

APAKABAR Atelier

APAKABAR Atelier di Premiere Classe Paris/ Foto: instagram.com/apakabar.atelier

Prinsip slow fashion diterapkan oleh APAKABAR dengan jumlah koleksi terbatas yang bisa kamu jumpai pada pameran, di situs resmi apakabaratelier.com dan secara offline di LAKON Mall Kelapa Gading, Jakarta. Meski belum tersedia di e-commerce besar di Indonesia, APAKABAR tak menutup kemungkinan untuk memasuki marketplace yang sejalan untuk memperluas jangkauan. 

Sebab menurut Vini, ekspansi tetap harus beriringan dengan nilai brand sambil menjaga kualitas. Itu pula yang jadi alasan di balik pendekatan unik label, yakni tidak berfokus pada media sosial, melainkan personal dan organik. “Saya lebih suka membangun koneksi yang autentik, lewat cerita, pameran, atau pengalaman langsung dengan produk,” ujar Vini. 

Prinsip tersebut bukan berarti mengisolasi diri dari jangkauan pasar yang lebih luas. APAKABAR menggaungkan namanya dengan mengikuti lomba dan PINTU Incubator pada tahun 2022, yakni program yang dirancang bagi para pelaku kreatif di bidang fashion untuk mempersiapkan mereka berkiprah di ranah internasional.

"PINTU kita bikin memang buat menambahkan ilmu mereka supaya bisa berkembang. Harapan saya mereka benar-benar bisa menyerap ilmu itu dan mengaplikasikannya, mengeksekusi," Thresia Mareta selaku co-initator PINTU Incubator, menuturkan harapannya di balik program kepada Beautynesia (11/3/2025). Melihat program PINTU sebagai booster untuk mendorong para pelaku industri maju ke pasar internasional, Thresia membeberkan apa yang dilihat dari calon pesertanya, "Yang kami kurasi itu siapa yang paling siap. Waktu tahapan kurasi itu siapa yang paling siap untuk masuk ke pasar internasional lewat Paris Trade Show."

[Gambas:Instagram]

Hal itu pula yang diterapkan Vini melalui APAKABAR Atelier. Setelah melalui proses kurasi ketat untuk bergabung dan dinilai memiliki potensi besar, APAKABAR berhasil lolos.

Melalui PINTU Incubator, Vini tak hanya mampu meningkatkan struktur produksinya saja, tetapi juga pengembangan kreatif, menjalin koneksi industri yang lebih luas, dan bisa melihat brand dari sudut pandang global. 

Namanya terpampang sebagai salah satu partisipan Premiere Classe, Paris Trade Show, Prancis, pada tahun 2023 dan 2024, serta yang teranyar, perwakilan dari PINTU Incubator di Osaka World Expo 2025, Jepang, bersama dua alumni lainnya. Dengan begitu, hasil karya APAKABAR bisa dipamerkan dan menarik perhatian audiens internasional.

“Saya dan APAKABAR mendapat banyak sekali pembelajaran, mentoring, bahkan kesempatan untuk tampil di Première Classe Paris, salah satu trade show bergengsi di dunia fashion. Bagi brand kecil yang berbasis eksperimen, kesempatan seperti ini benar-benar sangat berharga,” pungkas Vini.

Sounds too good to be true, Beauties? Well, selama seseorang menjalankan pekerjaannya dengan semangat kejujuran, transparansi, serta diiringi rasa cinta terhadap proses––sesuatu yang dipelajarinya saat belajar di École Duperré Paris––pintu kesempatan apa pun bisa terbuka. 

Mau coba juga?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE