Harmonisasi Bunga, Budaya, dan Cerita dalam "Puspa Senandika" oleh Svarna by IKAT Indonesia
Hari Jumat (15/11) jadi hari bersejarah bagi Svarna by IKAT Indonesia yang menyelenggarakan show tunggal terbesar pertamanya di Raffles Hotel, Jakarta. Show tersebut menampilkan koleksi bertajuk Puspa Senandika yang berarti monolog diri dengan perantara bunga. Keindahan nama menjadi "cuplikan" pesona koleksi yang didominasi unsur flora.
"Menurut aku bunga itu adalah hal yang tidak lepas dari hidupku," tutur Didiet Maulana saat press conference. Ia bercerita bagaimana bunga selalu hadir di kehidupannya, mulai dari penghias studio, dekorasi rumah, hingga aksesori yang suka dikenakan almarhumah neneknya. Inspirasi dari nenek juga diambil untuk membuat suasana klasik peragaan busana, seperti dimainkannya lagu keroncong favorit sang nenek.
Koleksi ini pun seolah menjadi sebuah autobiografi sekaligus momen bernostalgia. "Jadi malam ini aku membagi bagian dari kisah hidupku untuk dinikmati bersama," lanjut Didiet.
Koleksi Memadukan Kekayaan Nusantara
Svarna by IKAT Indonesia
Didiet mengakui dirinya dan tim butuh waktu persiapan kurang lebih 3 bulan untuk menghadirkan lebih dari 95 looks Puspa Senandika. Looks yang juga disempurnakan aksesori dari Lavani by Amero itu ditampilkan dalam tiga sekuens dengan jeda diselipi narasi dibawakan oleh Andien. Puluhan looks itu memadukan berbagai macam unsur tradisional yang diinterpretasi modern.
Penggunaan kain buah tangan berbagai pengrajin Indonesia, mulai dari hasil pendampingannya di Lasem, batik dari Cirebon, batik gedog hasil pengrajin binaan PT Pupuk Indonesia, kain dari Jawa Tengah, endek Bali, sampai kain songket dari Jambi, Palembang, dan Padang.
Svarna by IKAT Indonesia "Puspa Senandika"/ Foto: Dok. Svarna by IKAT Indonesia |
Bunga yang menghiasi koleksi juga terinspirasi dari bunga-bunga endemik Indonesia. Motif bunga anggrek, cempaka, kenanga, mawar, dan melati menjadi daya pikat busana. Selain itu, Didiet juga menyinggahi desain-desain lama yang ia pelajari di awal Svarna by IKAT Indonesia berdiri tahun 2012, seperti kebaya kutubaru, kebaya kartini, hingga baju bodo.
Evolusi Kebaya dari Tiga Sekuens Puspa Senandika
Svarna by IKAT Indonesia
Svarna by IKAT Indonesia mengeksplorasi desain kebaya dan meleburkannya dengan sesuatu lebih modern. Tiga sekuens menggenggam nuansa desain berbeda, dibalut narasi istimewa.
Peragaan busana dibuka oleh sekuens bertajuk “Threading Strength, From Silence to Voice” yang menceritakan sebuah perjalanan menuju kedewasaan. Busana klasik terlihat lebih ekspresif menggambarkan anak muda yang bereksplorasi dengan pakaian tradisional untuk menampilkan identitas diri.
Svarna by IKAT Indonesia "Puspa Senandika"/ Foto: Dok. Svarna by IKAT Indonesia |
Peragaan dilanjutkan dengan sekuens “Waving Resistance, Fabric of Empowerment” yang menantang konservatisme. Kebaya yang umumnya dipasangkan dengan kain, sekarang terlihat kekinian dengan padu padan celana berpotongan lebar atau wide-leg pants. Siluet busana tradisional yang lebih rileks memberikan udara segar bagi perempuan modern.
Svarna by IKAT Indonesia "Puspa Senandika"/ Foto: Dok. Svarna by IKAT Indonesia |
Menutup peragaan adalah sekuens “Embroidered Resilience From Veil to Victory” yang menghadirkan kebaya modern untuk momen-momen spesial, termasuk busana pengantin. Kebaya berhias brokat dan payet dalam warna-warni mencolok dipadukan dengan songket. Sekuens ini menyiratkan bagaimana pria dan wanita bersatu dan setara, saling menghormati dan mendukung, sambil menggenggam kekuatan sejati dari sebuah kebersamaan.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Svarna by IKAT Indonesia "Puspa Senandika"/ Foto: Dok. Svarna by IKAT Indonesia
Svarna by IKAT Indonesia "Puspa Senandika"/ Foto: Dok. Svarna by IKAT Indonesia
Svarna by IKAT Indonesia "Puspa Senandika"/ Foto: Dok. Svarna by IKAT Indonesia