Para pengamat dan juga pejabat di berbagai otoritas keuangan dunia ramai akan prediksi resesi ekonomi di tahun 2023 mendatang. Melansir dari CNBC Indonesia, organisasi Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporannya menyebutkan bahwa situasi 2023 merupakan profil pertumbuhan terlemah sejak 2001, kecuali masa pandemi Covid-19 dan krisis keuangan global.
Meski ancaman resesi 2023 di depan mata nyatanya kekayaan para konglomerat tampaknya akan terus meningkat. Khususnya Bernard Arnault, salah satu orang terkaya di dunia pemilik dari LVMH Group yang menaungi berbagai brand mewah dan ritel seperti Louis Vuitton, Dior, Bulgari, dan Sephora.
Dalam laporan keuangan kuartal ketiga 2022 yang dirilisnya, LVMH berhasil membukukan pemasukan sebesar 56,5 miliar Euro atau naik 28 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.
Perlu diketahui LVMH memiliki berbagai segmen bisnis. Yakni: wine & spirits, fashion & leather goods, parfum & kosmetik, jam tangan & perhiasan, dan ritel. Fashion masih menjadi penyumbang pemasukan terbesar yakni mencapai 27,8 miliar Euro.
LVMH tidak merilis angka pemasukan dari setiap brand yang dimilikinya namun menyebut brand dengan performa penjualan terbaik. Pada kuartal ketiga ini, Louis Vuitton, Dior, Loewe, Celine, Loro Piana, dan Fendi jadi bintang. Dior bahkan disebut berhasil menaikkan pertumbuhan penjualan di berbagai segmen.
Per 19 Oktober 2022, Forbes mencatat kekayaan Bernard Arnault mencapai 151,3 miliar USD. Pulihnya industri pariwisata internasional dinilai jadi salah satu faktor yang berpengaruh akan kesuksesan LVMH pada kuartal ketiga 2022 ini.
Kembalinya Turis & Peran Konsumen Lokal
Mulai banyak negara yang kembali membuka perbatasannya kepada turis internasional sejak pertengahan tahun turut berdampak pada penjualan barang mewah. Hal ini juga diakui LVMH dalam laporannya sebagai salah satu faktor yang memengaruhi kesuksesan penjualannya selama kuartal ketiga 2022.
Perlu diketahui, sebelum pandemi Covid, umumnya kontribusi penjualan barang mewah datang dari para turis internasional yang berlibur ke eropa, seperti Prancis dan Italia. Harus diakui harga barang mode mewah di sana memang terbilang sedikit 'lebih murah' karena dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang.
Apalagi dengan menguatnya dolar diketahui juga membuat banyak warga Amerika yang terbang ke eropa untuk membeli barang mode mewah.
Tak hanya dipengaruhi turis, LVMH juga menilai kesuksesan mereka juga didukung akan tingginya permintaan dari konsumen lokal.
Meski pendapatannya meningkat, Jean-Jacques Guiony selaku Chief Financial Officer LVMH menolak penjualan barang mewah jadi indikator akan situasi ekonomi global. "Industri barang mewah bukan jadi proksi ekonomi secara umum", ujarnya seperti dikutip dari Women's Wear Daily. Bagi Guiony saat ini konsumen kaya lebih peduli akan masalah real estate atau pasar saham.
---
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!