Kenapa Kita Beli Baju yang Kita Pilih? Simak Penjelasannya Menurut Psikologi

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Selasa, 26 Nov 2024 17:15 WIB
Faktor Sosial
Ilustrasi/ Foto: Freepik.com

Siapa sih di sini yang nggak pernah belanja pakaian? Walaupun tidak sering, kita semua pasti pernah memilih dan membeli pakaian yang diinginkan. Tampak simpel, tapi pernahkah kamu penasaran, kenapa ya kita beli apa yang kita pilih?

Berbicara tentang perilaku konsumen, ternyata keputusan konsumen untuk membeli barang tertentu juga dipengaruhi psikologi lho, Beauties! Ada beberapa faktor yang memengaruhi kita saat menentukan pakaian seperti apa yang kita beli. Hal tersebut disampaikan oleh Shakalia Forbes-Bell, seorang psikolog fashion, konsultan, dan penulis buku Big Dress Energy, kepada The Sustainable Forum. Simak, yuk!

Mengekspresikan Diri dan Identitas

Smiling millennial european woman with many bags of purchases and takeaway coffee cup, enjoy shopping at weekend in city, outdoor. Sales season and walk at free time, fashion tourism

Ilustrasi/ Foto: Getty Images/Prostock-Studio

Fashion sering kali menjadi sarana untuk mengekspresikan diri. Pilihan pakaian dapat mencerminkan karakter, identitas, dan nilai diri. Bahkan psikologi mempunyai istilah sendiri untuk mendeskripsikannya, yaitu product-image congruity (keselarasan citra produk). Kita sebagai pembeli akan lebih tertarik pada produk yang punya makna simbolis yang selaras dengan karakter, identitas, atau nilai yang kita punya.

Strategi Ritel

saat kamu memilih baju yang menurutmu bagus, belum tentu juga Scorpio beranggapan hal yang sama/Foto: pexels.com/rodnae-prod

Ilustrasi/ Foto: pexels.com/rodnae-prod

Setiap toko pasti mempunyai triknya sendiri untuk memasarkan barangnya. Tak jarang, strategi yang mereka lakukan akan memengaruhi psikologi kita. Melansir dari Forbes, sebuah studi menemukan 82% dari sekitar 3,000 pembeli di toko offline mengaku keputusan pembelian dilakukan di dalam toko. Perilaku ini dipengaruhi oleh bagaimana produk ditampilkan dan dipromosikan dalam toko, Beauties. 

Ketika kita masuk dalam toko, detail tatanan toko dibuat sedemikian rupa agar konsumen merasa nyaman. Misalnya dari pencahayaan, dari tata letak, musik yang dimainkan, bahkan sampai aroma pengharum ruangan yang digunakan. Belum lagi jika ada tulisan”Last Chance to Buy” atau promo-promo menarik yang ditawarkan oleh toko. Konsumen pun bisa tergiur untuk beli.

 

Rasa Insecure

Ilustrasi sedang shopping/Foto: Freepik.com/freepik

Ilustrasi/ Foto: Freepik.com/freepik

Perasaan insecure ternyata juga dapat memengaruhi kamu untuk beli sesuatu lho! Contohnya, ketika kamu merasa nggak nyaman dengan diri sendiri, kamu cenderung belanja baju yang akan “memperbaiki” penampilan.

Jika kamu termasuk plus-size, maka kamu akan lebih tertarik dengan pakaian-pakaian dengan efek melangsingkan. Jika kamu merasa kurang percaya diri, kamu bisa saja tertarik membeli barang mewah yang menyimbolkan status untuk meningkatkannya. Perasaan insecure ini pun jadi coping mechanism yang akan membuatmu belanja impulsif, Beauties.

Faktor Sosial

Ilustrasi sosial media

Ilustrasi/ Foto: Freepik.com

Kecenderungan untuk tertarik pada suatu pakaian juga dipengaruhi faktor sosial, yakni perasaan diterima dan kepemilikan dalam suatu komunitas. Terlebih saat media sosial mengekspos kamu pada berbagai tren terkini, apa yang dikenakan banyak orang akan mendorong kamu untuk membelinya juga dan ikut mengenakannya. 

Merasa Lebih Baik

Ilustrasi shopping/ Foto: freepik/Jcomp

Ilustrasi/ Foto: Freeepik.com/jcomp

Melansir dari laman Mr Porter, istilah “retail therapy” adalah hal yang riil menurut psikologi kognitif. Pernahkah kamu menjadikan shopping sebagai cara menghilangkan stres? Yup, belanja membuat kita merasa lebih baik karena mampu melepaskan hormon dopamin. Dopamin akan membuat kita senang berbelanja dan juga menimbulkan gratifikasi instan yang didapatkan saat membeli sesuatu. 

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE