
Kontroversi Putri Kim Jong Un Pakai Jaket Dior di Tengah Laporan Bencana Kelaparan di Korea Utara

Keluarga Presiden Korea Utara Kim Jong Un kembali jadi sorotan dan kali ini tertuju pada putrinya. Daily Mail melaporkan gaya dari putri yang dipercaya bernama Kim Ju Ae tersebut mencuri perhatian karena terlihat memakai jaket lansiran rumah mode Dior.
Kim Jong Un dan putrinya tertangkap kamera sedang melihat peluncuran rudal Hwasong-17 pada 16 Maret 2023.
![]() |
Dugaan putri Kim Jong Un memakai jaket Dior didasari atas motif cannage pada jaketnya. Cannage merupakan pola ikonis dari rumah mode basis Paris tersebut dan biasanya terlihat pada kreasi tas Lady Dior.
![]() |
Di situs Dior Inggris, jaket hoodie berbahan velvet tersebut dijual seharga 1.950 Poundsterling atau sekitar Rp36,2 juta.
Belum ada keterangan pasti apakah jaket tersebut memang lansiran Dior mengingat sikap tertutup Korea Utara terhadap dunia internasional.
![]() |
Perlu diketahui, pemerintah Korea Utara sendiri belum pernah merilis nama dari putri Kim Jong Un kepada masyarakatnya selain menyebutnya sebagai "Putri yang dihormati". Nama Kim Ju Ae muncul setelah dibocorkan oleh Dennis Rodman, mantan atlet basket yang juga berteman dengan Kim Jong Un.
Sering Menemani Sang Ayah
Kim Ju Ae pertama kali muncul ke publik saat menemani Kim Jong Un melihat peluncuran rudal balistik pada November 2022.
Melansir dari Daily Mail, Kim Ju Ae diprediksi berusia 9 tahun. Ia merupakan putri pertama dari tiga anak Kim Jong Un bersama istrinya Ri Sol Ju.
![]() |
Kim Ju Ae sendiri cukup sering menemani sang Ayah. Ia kembali terlihat diajak menonton parade militer pada Februari 2023. Sering muncul bersama, membuat beredar spekulasi bahwa ia sedang dipersiapkan oleh Kim Jong Un sebagai penerus.
Namun pengamat menilai masih terlalu dini untuk memprediksi Kim Ju Ae sebagai calon penerus Kim Jong Un.
"Sejauh yang kita tahu, ini adalah momen kebersamaannya (Kim Jong Un) dengan anak kesayangannya. Namun semakin sering ia muncul semakin ia tampak dipersiapkan sepenuhnya sebagai seorang pemimpin atau setidaknya sebagai kandidat," ujar Mason Richey seorang profesor Studi Luar Negeri dari Universitas Hankuk, Seoul, Korsel seperti dikutip dari Reuters.