Mengenal Kandungan TPO pada Kuteks Gel dan Dampaknya yang Kini Dilarang di Uni Eropa

Pratitis Nur Kanariyati | Beautynesia
Senin, 08 Sep 2025 17:30 WIB
Mengenal Kandungan TPO pada Kuteks Gel dan Dampaknya yang Kini Dilarang di Uni Eropa
Ilustrasi perempuan menggunakan kuteks di kukunya/Foto: Freepik.com/KamranAydinov

Penggemar kuteks gel pasti tidak asing dengan bahan satu ini, trimethylbenzoyl diphenylphosphine oxide atau yang lebih dikenal dengan TPO. Bahan tersebut baru-baru ini dilarang beredar di Uni Eropa, tepatnya per 1 September 2025.

European Commission menuturkan, semua produk yang mengandung TPO harus ditarik dari pasaran. Pihak Uni Eropa menetapkan TPO sebagai produk yang diyakini karsinogenik, mutagenik, atau toksik bagi reproduksi.

Regulasi Uni Eropa dibuat setelah adanya penelitian pada hewan yang menunjukkan potensi masalah kesehatan akibat TPO. Sebelum larangan ini ditetapkan, TPO hanya boleh digunakan untuk bidang profesional tertentu, seperti salon kuku. Konsentrasi penggunaan TPO pun dibatasi maksimum lima persen.

Bicara soal TPO, ada apakah di balik trimethylbenzoyl diphenylphosphine oxide dan bagaimana pendapat pakar tentang bahaya TPO yang kini beredar di masyarakat?

Apa Itu Trimethylbenzoyl Diphenylphosphine Oxide?

Ilustrasi perempuan menggunakan dan menggenggam kuteks gel dengan kandungan trimethylbenzoyl diphenylphosphine oxide/Foto: Freepik.com/devmaryna

TPO sering digunakan dalam produk kuteks berbasis gel. Trimethylbenzoyl diphenylphosphine oxide adalah fotoinisiator –istilah khusus untuk molekul yang menyerap sinar UV dan menghasilkan semacam reaksi. Dalam kasus TPO, reaksi tersebut adalah proses curing atau pengerasan.

“Dalam cat kuku gel, ketika TPO diaktifkan oleh sinar UV, produk tersebut mengeras pada kuku dan membentuk lapisan tipis,” ujar dokter kulit bersertifikat, Dr. Jeffrey S. Fromowitz, seperti dikutip dari NBC News.

Hal selaras juga disampaikan oleh ahli toksikologi, Jamie Alan, PhD., pada Women’s Health. Menurutnya, TPO memungkinkan pengeringan dan pengerasan yang lebih cepat di bawah sinar UV dan membantu kuku tampak berkilau.

Kuteks gel atau gel nail polish memang populer di kalangan masyarakat lantaran kandungan TPO-nya yang dapat membantu kuteks lebih tahan lama dan tidak mudah terkelupas hingga berhari-hari.

Apakah kandungan trimethylbenzoyl diphenylphosphine oxide bisa didapatkan di produk kecantikan selain gel nail polish? Ahli kimia kosmetik, Kelly Dobos mengatakan pada Today, kuteks gel adalah satu-satunya jenis produk kosmetik yang formulanya menggunakan TPO.

Di luar dunia kecantikan, TPO nyatanya juga digunakan di industri lain. Contohnya, dalam kedokteran gigi sebagai fotoinisiator untuk membantu pengerasan tambalan komposit.

Dampak Penggunaan TPO bagi Kesehatan Menurut Penelitian?

Ilustrasi perempuan sedang mengaplikasikan kuteks gel/Foto: Freepik.com/freepik

Diketahui, dua penelitian (2020) yang dilansir Women’s Health menguji tentang bahaya TPO terhadap hewan mamalia, yaitu tikus. Hasilnya, kedua studi sama-sama menunjukkan adanya kelainan testis dan penurunan kesuburan pada hewan setelah terpapar TPO. Bahkan, tikus betina pun mengalami ‘siklus tidak teratur’ pasca paparan.

Berdasarkan studi di atas, ada kekhawatiran tentang senyawa TPO yang mampu menyebabkan kanker dan masalah kesuburan. Namun, toksisitas TPO pada manusia belum diteliti secara ekstensif.

“Belum ada studi yang menghubungkan produk perawatan kuku yang mengandung TPO dengan efek buruk pada kesehatan manusia,” ujar ahli toksikologi bernama Kelly Johnson-Arbor, MD., pada Women’s Health.

Penelitian yang ada saat ini hanya merujuk dampaknya trimethylbenzoyl diphenylphosphine oxide terhadap kesehatan tikus, dan kita tahu tikus jelas bukan manusia.

Lantas, Bagaimana Menurut Pakar Terkait Keputusan Uni Eropa dan Penelitian tentang Bahaya TPO?

Ilustrasi para dokter yang sedang membicarakan tentang bahaya TPO/Foto: Freepik.com/pressfoto

Dr. Hannah Kopelman, seorang dokter spesialis kulit di DermOnDemand mengatakan, larangan yang diluncurkan Uni Eropa terkait trimethylbenzoyl diphenylphosphine oxide adalah bentuk tindakan pencegahan dan kehati-hatian, melansir Newsweek.

Uni Eropa sering kali mengambil tindakan dengan pendekatan berbasis bahaya. Itu artinya, jika terdapat potensi bahaya, mereka cenderung melarangnya. Berbeda dengan AS yang lebih mengikuti pendekatan berbasis risiko.

Amerika Serikat lebih mempertimbangkan seberapa besar paparan yang dialami orang secara realistis. Mereka membutuhkan bukti adanya bahaya yang substansial.

Melansir Oprah Daily, dua dokter spesialis kulit sepakat bahwa diperlukan data yang lebih kuat untuk memahami risiko TPO pada manusia. Penelitian yang dilakukan pada hewan belum bisa ditarik kesimpulan lebih dalam.

“Diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengukur risikonya,” ujar Dana Stern, MD.

Belum lagi, trimethylbenzoyl diphenylphosphine oxide yang ada dalam gel nail polish hanya diaplikasikan pada lapisan kuku, bukan pada kulit. “Risiko penyerapan (TPO) yang signifikan kemungkinan sangat rendah,” imbuh Michelle Henry, MD.

Guna menghindari kemungkinan terburuk dari paparan trimethylbenzoyl diphenylphosphine oxide terhadap kesehatan, Beauties bisa mulai selektif dalam memilih kuteks gel. Hindari penggunaan kuteks gel dengan kandungan TPO.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.