Pelestarian kekayaan budaya tanah air dapat dilakukan dengan berbagai cara. Bagi Tobatenun, warisan yang mengakar pada budaya Batak diinterpretasikan sebagai busana yang dapat diterima lintas generasi dan lintas suku, sembari merayakan pemberdayaan perempuan.
Kekayaan tenun Batak--mulai dari Ulos di Toba, Uis di Karo, Hiou di Simalungun, Oles di Pakpak-Dairi, hingga Abit di Angkola dan Mandailing--dipersembahkan dalam warna-warni yang lebih kaya, seperti rona pastel nan lembut dan feminin, seluruhnya menggunakan pewarna alami seperti menggunakan daun ketapang, kayu mahoni, jior, dan getah pisang. Motif-motif penuh makna dipertahankan sesuai pakemnya sambil dibawa ke era modern.
Pada tahun ketujuh upaya pelestarian wastra, Kerri Na Basaria Pandjaitan, CEO Toba Tenun Sejahtra, menjangkau audiens yang lebih luas untuk memperkenalkan tenun Batak lewat program bertajuk UGARI yang berarti budaya dalam bahasa Batak Toba. Melalui inisiasi ini, mereka mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif berbasis wastra sekaligus merevitalisasi warisan budaya yang selama ini belum diketahui masyarakat, termasuk tenun yang sudah punah ataupun langka.