'Silent Protest' Pakai Batik, Cucu Bung Hatta Kenakan Jarik Motif Slobog di Hari Kemerdekaan RI
Gustika Fardani Jusuf buktikan bahwa busana punya kekuatan untuk gaungkan pesan mendalam. Dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-80, Gustika menghadiri upacara di Istana Merdeka dalam balutan kebaya hitam, Beauties.
Kebaya panjang model kutubaru itu dikenakannya bersama stagen merah dan jarik bermotif batik slobog. Ia turut melengkapi gaya dengan anting emas, tas hitam elegan, serta tatanan rambut tersanggul rapi yang menguatkan keanggunan.
Namun dari keseluruhan penampilannya, tak cuma elegansi saja yang ditunjukkan, tapi juga makna tersirat dari pakaian yang dikenakan cucu dari Mohammad Hatta itu.
Kain Batik yang Menjadi Alat Protes
Batik motif slobog/ Foto: batik-tulis.com
Dalam unggahan Instagramnya yang bertepatan dengan HUT RI ke-80, Gustika membongkar makna di balik busana tradisional pilihannya tersebut. “Walau bukan Kamisan, pagi ini aku memilih kebaya hitam yang sengaja kupadukan dengan batik slobog untuk memperingati 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia,” buka perempuan yang dikenal sebagai seorang aktivis itu. “Dalam budaya Jawa, kain bukan sekadar busana, melainkan sebuah isyarat, sebagaimana masyarakat Jawa kerap menyisipkan simbol dalam berpakaian”.
Kain batik motif slobog yang dipakai Gustika merupakan motif khas Solo, Beauties. Melansir dari situs Batik-Tulis, slobog berarti longgar atau besar. Biasanya, kain batik motif slobog dipakai untuk melayat. Sebab, motif geometris berbentuk kotak-kotak ini membawa makna supaya arwah orang yang meninggal tidak mendapat halangan dan juga harapan agar diterima kebaikannya.
Hal itu disampaikan pula oleh Gustika yang menulis dalam caption, “[Motif slobog] biasa dipakai keluarga dalam prosesi pemakaman sebagai simbol merelakan sekaligus mendoakan jalan yang lapang. (Take this as a silent protest, if you will, and a way to embrace my 1/8th Javanese heritage + a way to convey my innermost feelings. Probably would keep this up for the next five years 🤔).”
Pesan di Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80
Melalui unggahan yang sama, Gustika menyampaikan pesan personalnya, Beauties. Di tengah pencapaian Hari Kemerdekaan ke-80, masih ada banyak masalah yang dihadapi Indonesia yang tak boleh terlupakan dan urgensinya tertutupi kata “merdeka”.
“Di hari kemerdekaan tahun ini, rasa syukurku bercampur dengan keprihatinan atas luka HAM yang belum tertutup. Bahkan kini kita dipimpin oleh seorang Presiden penculik dan penjahat HAM, dengan Wakil anak haram konstitusi,” tulis perempuan kelahiran 1994 itu. “Militerisasi kian merasuk ke ruang sipil, dan hak-hak asasi rakyat Indonesia kerap dilucuti oleh penguasa yang tidak memiliki tepa selira, yang mau menulis ulang sejarah bangsa dengan memutihkan dosa-dosa penguasa beserta kroni-kroninya.”
Ia juga menyentuh isu kemanusiaan yang baru-baru ini terjadi, Beauties, seperti peristiwa kekerasan aparat yang mengorbankan jiwa di Pati. “Dukaku lahir dari rasa cinta yang mendalam pada Republik ini. Bagiku, berkabung bukan berarti putus asa; dan merayakan bukan berarti menutup mata. Berkabung adalah jeda untuk jujur menatap sejarah, memelihara ingatan, dan menagih hak rakyat dan janji-janji konstitusi kepada Republik Indonesia.”
Pada akhir ungakapannya, Gustika kembali mengingatkan bagaimana sebuah kain batik bisa menjadi ekspresi politis, diiringi harapan-harapan baik. “Merayakan adalah memanjatkan doa dan harapan, sebagaimana makna kain slobog itu sendiri, yang mengingatkan pada batas antara yang pergi dan yang tinggal; yang dimaknai sebagai doa akan keselamatan dalam “peralihan.” Simbol bahwa dari duka pun kita bisa menyemai harapan.”
Keren ya, Beauties!
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!