3 Aturan Kencan Zaman Dulu yang Bikin Takjub Generasi Masa Kini
Aturan kencan zaman dulu jauh lebih formal dan diatur ketat oleh norma sosial serta peran keluarga. Selain kencan di tempat umum yang dianggap tabu, banyak hubungan yang ditentukan melalui perjodohan di mana peran orang tua sangat berpengaruh.
Sebaliknya, generasi masa kini lebih fleksibel dalam memilih cara bertemu, berinteraksi, dan bahkan memilih pasangannya sendiri. Tidak mengherankan jika aturan kencan zaman dulu yang ini bakalan bikin takjub generasi masa kini. Dilansir dari Because Mom Says, simak ulasannya!
Berdandan Rapi untuk Kencan
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik/artursafronovvvv |
Pada masa lalu, mengenakan pakaian kasual seperti kaos dan jeans untuk kencan dianggap sebagai hal yang tidak pantas dan menunjukkan bahwa kamu kurang menghargai pasangan. Baik pria maupun perempuan diharapkan untuk mengenakan pakaian rapi dan formal.
Namun, seiring dengan perubahan zaman, pakaian kasual lebih diterima dalam budaya kencan modern, terutama di kalangan anak muda. Menurut The Guardian, perubahan ini juga terjadi akibat pengaruh gaya hidup yang lebih praktis dan inklusif, di mana orang cenderung mengutamakan kenyamanan dibandingkan formalitas yang kaku.
Menemui Orang Tua sebelum Berkencan
Ilustrasi/Foto: Pexels/Luke Mille
Pada masa lalu, di banyak budaya termasuk Indonesia, tradisi memperkenalkan calon pasangan kepada orang tua atau keluarga besar sebelum berkencan adalah hal yang umum. Langkah ini dilakukan untuk memastikan bahwa calon pasangan memiliki karakter dan latar belakang yang dianggap layak dan sesuai dengan nilai-nilai keluarga.
Bertemu orang tua sebelum berkencan bukan hanya tentang formalitas, tetapi juga tentang memberikan ruang bagi orang tua untuk menilai keseriusan dan kecocokan seseorang terhadap anak mereka. Hal ini juga memungkinkan keluarga untuk menjaga martabat keluarga serta memberikan rasa aman bagi anak mereka.
Namun, seiring berjalannya waktu dan pengaruh modernisasi, generasi muda makin bebas dalam memilih pasangan tanpa harus terlebih dahulu mendapat persetujuan penuh dari keluarga. Meskipun demikian, dalam banyak kasus, restu orang tua tetap dianggap penting, bahkan di kalangan generasi milenial dan Gen Z.
Penelitian menunjukkan bahwa dalam masyarakat Indonesia, peran keluarga dalam proses pencarian pasangan tetap besar, terutama karena keinginan untuk menjaga harmoni keluarga dan menghindari konflik yang mungkin timbul di kemudian hari.
Menulis Surat Cinta dan Puisi
Ilustrasi/Foto: Freepik
Dulu, sebelum adanya pesan teks dan media sosial, surat cinta dan puisi adalah cara paling romantis untuk mengungkapkan perasaan kepada seseorang. Melalui tulisan tangan, seseorang dapat mencurahkan isi hati dengan mendalam dan memilih kata-kata yang sarat emosi.
Tradisi ini memiliki nilai sentimental yang tinggi karena surat-surat ini biasanya disimpan sebagai kenang-kenangan atau simbol dari perjalanan kisah cinta pengirim dan penerimanya. Namun, dengan perkembangan teknologi dan munculnya aplikasi pesan instan, tradisi menulis surat cinta mulai terkikis.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
