5 Aturan Tak Resmi yang Sebenarnya Nggak Harus Kamu Patuhi
Kita sering kali berjalan di jalur yang sudah ditentukan orang lain tanpa menyadarinya, salah satunya dengan mengikuti aturan-aturan tak tertulis dalam masyarakat seolah itu adalah panduan hidup dan kebenaran mutlak. Padahal, banyak dari aturan sosial ini sebenarnya tidak memiliki dasar yang kuat dan justru bisa membatasi potensi maupun kebahagiaan kita.
Dalam artikel yang dilansir dari Fodmap Everyday ini, kita akan membahas 5 aturan tak resmi yang sebenarnya tidak perlu dipatuhi karena hanya akan membuat kita merasa tertekan atau terbatasi tanpa alasan jelas.
Penasaran aturan apa saja yang dimaksud dan mengapa kita bisa—bahkan seharusnya—melewatinya? Simak terus, karena beberapa di antaranya mungkin akan mengubah cara pandangmu tentang kehidupan sehari-hari.
Membalas Pesan Secepat Mungkin
![]() Ada semacam aturan sosial yang membuat orang merasa bersalah jika tidak membalas pesan secepat mungkin/Foto: Freepik/pvproductions |
Sering kali, kita merasa tertekan oleh ekspektasi orang lain untuk segera membalas pesan. Padahal, kenyataannya, tidak setiap pesan membutuhkan respons instan. Hanya karena seseorang mengirim pesan, tidak otomatis berarti kita harus segera memberikan seluruh perhatian kita pada orang tersebut.
Banyak orang mengalami rasa cemas jika mereka tidak membalas seketika, tetapi kecemasan semacam itu sebenarnya tidak membawa manfaat bagi siapa pun. Kamu bisa memilih waktu yang tepat untuk membalas pesan sesuai kenyamanan dan situasimu sendiri bukan semata-mata karena ponselmu bergetar atau mendengar notifikasi.
Memilih Satu Karier dan Menjalaninya Seumur Hidup
Memilih satu karier dan menjalaninya seumur hidup bukan lagi aturan tak resmi yang harus diikuti/Foto: Freepik/pikisuperstar
Faktanya, gagasan bahwa seseorang harus memilih satu karier dan tetap menekuninya seumur hidup kini mulai ditinggalkan. Sebuah laporan yang berasal dari survei Bureau of Labor Statistics (BLS)—lembaga pemerintah Amerika Serikat di bawah Departemen Tenaga Kerja yang bertugas mengumpulkan, menganalisis, dan menyebarkan data statistik terkait pasar tenaga kerja, kondisi kerja, perubahan harga, dan produktivitas ekonomi—di tahun 2019 menunjukkan bahwa pekerja Amerika rata-rata berganti sekitar 12 pekerjaan sepanjang hidup mereka.
Hasil itu menunjukkan bahwa pekerjaan 9 to-5 bukanlah sebuah kontrak seumur hidup yang harus diikuti tanpa pilihan lain. Kita memiliki kebebasan untuk berpindah jalur, memulai kembali dari awal, dan mempelajari hal-hal baru. Tidak ada yang akan memberi penghargaan hanya karena kita bertahan puluhan tahun di pekerjaan yang sebenarnya kita benci.
Meminta Maaf karena Mengatakan Tidak
Meminta maaf karena mengatakan tidak bukanlah aturan sosial yang harus diikuti/Foto: Freepik
Mengatakan “tidak” sering kali dianggap negatif, seolah-olah kita harus selalu menyenangkan orang lain. Padahal, menolak permintaan bukan berarti kamu egois atau tidak peduli, melainkan tanda bahwa kamu memiliki kehidupan dan batasan yang jelas.
Menurut laporan American Psychological Association, orang-orang yang sulit mengatakan tidak cenderung mengalami stres dan kelelahan yang lebih tinggi. Jadi, kamu tidak perlu membungkus kata “tidak” dengan banyak alasan atau rasa bersalah agar terdengar sopan. Bersikap sopan memang penting, tetapi jangan lupa tetap tegas.
Seseorang Perlu Menyibukkan Diri untuk Menjadi Produktif
Menyibukkan diri untuk menjadi produktif bukanlah panduan hidup yang harus diikuti/Foto: Freepik/teksomolika
Banyak orang menganggap kesibukan sebagai prestasi, apalagi di zaman yang serba cepat seperti saat ini. Namun sebenarnya, menjadi produktif tidak sama dengan selalu bergerak nonstop.
Penelitian dari Stanford menunjukkan bahwa jika kita bekerja lebih dari 50 jam per minggu, produktivitas justru bisa turun drastis. Oleh karena itu, lebih penting untuk beristirahat dengan cukup, tetap fokus, dan benar-benar hadir dalam setiap tugas, daripada hanya mengisi jadwal tanpa henti hingga merasa lelah dan kehabisan energi.
Baca Juga : 5 Tanda Kamu Terlalu Keras sama Diri Sendiri |
Seseorang Harus Selalu Terlihat Bahagia
Ada aturan tak resmi di masyarakat yang menuntut seseorang untuk selalu terlihat bahagia/Foto: Freepik
Kita tidak harus selalu terlihat bahagia, meskipun banyak orang menganggap itu wajib. Merasa sedih, lelah, atau kesal itu wajar dan manusiawi. Hidup bukanlah film yang selalu berakhir bahagia, dan memaksakan diri untuk selalu positif justru bisa berdampak buruk bagi kesehatan mentalmu.
Penelitian dari University of California, Berkeley, yang dipublikasikan di Journal of Personality and Social Psychology pada tahun 2018, menunjukkan bahwa menekan emosi negatif dapat memicu perasaan tertekan dalam jangka panjang. Jadi, biarkan diri kita merasakan apa yang sebenarnya kita rasakan karena perasaan itu valid dan bukan sesuatu yang salah.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
