5 Ciri Kepribadian Orang yang Suka Menonton Serial Secara Maraton
Kebiasaan nonton serial secara maraton sering dianggap cuma bentuk hiburan. Tapi, tahukah kamu kalau di balik layar, kebiasaan ini bisa menggambarkan kondisi emosional dan kepribadian seseorang? Banyak penelitian psikologi menemukan bahwa cara kita menikmati tontonan punya kaitan dengan cara otak memproses emosi, stres, dan hubungan sosial.
Nah, buat kamu yang sering maraton serial sampai lupa waktu, artikel ini pas banget! Karena kali ini kita akan bahas lima ciri kepribadian yang sering dimiliki oleh orang yang punya hobi nonton series. Siapa tahu, kamu bisa lebih paham sisi emosionalmu lewat cara kamu menikmati tontonan.
Mudah Tenggelam dalam Dunia Cerita
Mudah Tenggelam dalam Dunia Cerita/Foto: Freepik
Kalau kamu bisa duduk berjam-jam menikmati satu serial tanpa bosan, kamu mungkin punya kemampuan luar biasa untuk larut dalam dunia cerita. Menurut para ahli psikologi, ini bukan sekadar kabur dari kenyataan, tapi juga cara alami otak untuk “beristirahat” dari tekanan hidup sehari-hari.
Saat kamu menikmati cerita, otakmu seolah masuk ke dunia lain yang lebih menarik, penuh emosi, dan bebas dari masalah pribadi. Kamu ikut tertawa, menangis, bahkan merasakan perjuangan tokohnya. Ini membuatmu punya koneksi emosional yang kuat dengan karakter di layar, karena kamu benar-benar memahami sudut pandang mereka.
Namun, seperti semua hal dalam hidup, keseimbangan tetap penting. Karena terlalu sering melarikan diri ke dunia fiksi bisa membuatmu sulit menghadapi kenyataan. Jadi, nikmati ceritanya, tapi jangan lupa hidupmu sendiri juga butuh bab baru.
Punya Empati yang Sangat Tinggi
Punya Empati yang Sangat Tinggi/Foto: Freepik
Kamu pernah merasa sedih berhari-hari setelah karakter favoritmu meninggal? Ikut bahagia waktu mereka akhirnya bahagia di akhir cerita? Kalau iya, kamu punya empati yang kuat, Beauties. Orang yang punya empati tinggi biasanya mudah merasakan emosi orang lain, bahkan jika itu hanya karakter fiksi.
Menonton serial membuatmu ikut “hidup” bersama mereka, memahami kesedihan, cinta, dan perjuangan yang mereka alami. Ini bisa membantu kamu lebih sensitif terhadap perasaan orang lain di dunia nyata juga. Karena semakin sering kamu berlatih memahami karakter, semakin tajam pula kemampuanmu membaca emosi manusia sebenarnya.
Tapi hati-hati, empati berlebih juga bisa melelahkan. Jadi, penting untuk tahu kapan harus ikut larut, dan kapan waktunya menenangkan diri. Emosi yang sehat adalah tentang keseimbangan, bukan penyerapan tanpa batas.
Sering Menunda Pekerjaan
Sering Menunda Pekerjaan/Foto: Freepik
Siapa yang pernah bilang, “abis ini satu episode lagi saja”? Lalu tanpa sadar, sudah lewat tiga jam. Kalau kamu sering begitu, jangan buru-buru merasa bersalah. Karena menurut penelitian psikologi, menunda pekerjaan setelah menonton bukan selalu tanda malas. Kadang itu bentuk coping mechanism atau cara otakmu menghindari stres sejenak.
Tontonan memberi rasa kontrol dan kenyamanan di tengah tekanan aktivitas. Kamu bisa menentukan kapan mulai dan berhenti. Namun, terlalu sering menunda bisa menimbulkan efek domino yang membuat tugas menumpuk dan stres malah bertambah.
Kuncinya ada di keseimbangan. Nikmati tontonanmu, tapi ciptakan batas waktu yang jelas. Setelah tanggung jawab selesai, nonton jadi terasa lebih nikmat tanpa rasa bersalah.
Selalu Ingin Tahu Akhir Cerita (Kebutuhan Akan Kepastian)
Butuh Kepastian/Foto: Freepik
Pernah begadang cuma karena penasaran bagaimana akhir episode selanjutnya? Kamu tidak sendiri, Beauties. Penelitian dari PubMed Central menjelaskan bahwa otak manusia memang dirancang untuk mencari penutup dalam setiap narasi. Rasa penasaran membuat dopamin meningkat, memberi sensasi puas saat tahu akhir cerita.
Itulah sebabnya, banyak orang merasa “gatal” kalau berhenti di tengah-tengah episode. Otak ingin menyelesaikan cerita karena itu memberi rasa tenang dan tuntas. Tapi tentu, kalau kebiasaan ini mengganggu waktu istirahat, kamu bisa coba strategi kecil seperti menonton hanya dua episode per hari.
Kebutuhan akan kepastian ini tidak buruk. Justru menunjukkan kamu tipe orang yang suka memahami sesuatu sampai tuntas. Hanya saja, ingat bahwa dalam hidup nyata, tidak semua cerita harus langsung selesai malam ini.
Mencari Koneksi Lewat Cerita
Mencari Koneksi Lewat Cerita/Foto: Freepik
Pernah ngobrol seru dengan teman karena bahas serial yang sama? Merasa dekat banget dengan karakter fiksi karena kisahnya mirip denganmu? Itu tanda kamu punya kebutuhan emosional untuk terhubung dengan orang lain. Menurut Carl Jung, setiap manusia memiliki dorongan alami untuk membentuk koneksi, karena interaksi sosial bisa menumbuhkan rasa “dimengerti” dan “diterima”.
Serial sering kali menjadi media refleksi untuk memahami emosi dan hubungan antar manusia. Jung bahkan menggambarkan pertemuan antara dua kepribadian seperti reaksi kimia yang bisa saling mengubah satu sama lain. Nah, ini persis seperti saat kamu membahas tokoh atau adegan favorit bersama orang lain, hubunganmu jadi lebih hangat dan otentik.
Menariknya, kebiasaan ini juga bisa meningkatkan keintiman sosial di dunia nyata. Jadi, jangan heran kalau hobi nonton series sering membuat seseorang lebih mudah membangun kedekatan emosional. Hanya saja, tetap penting untuk menyeimbangkan antara dunia fiksi dan interaksi nyata, supaya koneksi sosialmu tetap sehat dan alami.
Nah, Beauties, sekarang kamu tahu kalau nonton serial nonstop bukan cuma soal hiburan. Setiap kebiasaan menonton sebenarnya adalah cermin dari cara kita berinteraksi dengan emosi dan dunia sekitar.
Jadi, jangan merasa bersalah kalau kamu punya hobi nonton series. Selama dilakukan dengan seimbang, kebiasaan ini bisa jadi cara menyenangkan untuk mengenali diri sendiri. Karena terkadang, kisah di layar justru membantu kita memahami kisah dalam diri dengan lebih baik.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!