5 Fakta Polemik Tesso Nilo, Gajah Sumatera Terancam Punah dan Warga Kehilangan Rumah!

Narita Fuji Triani | Beautynesia
Sabtu, 29 Nov 2025 11:30 WIB
5 Fakta Polemik Tesso Nilo, Gajah Sumatera Terancam Punah dan Warga Kehilangan Rumah!
Fakta Polemik Tesso Nilo/ Foto: Chaidir Anwar T/detikcom

Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Riau adalah salah satu hutan dengan keanekaragaman hayati tertinggi di Asia. Namun, kawasan ini menghadapi polemik panjang yang tak kunjung usai. Banyak fakta-fakta mencengangkan yang terjadi di sebagian besar wilayah taman nasional yang telah beralih fungsi.

Hutan yang harusnya alami, kini terus menyusut. Kehidupan flora dan fauna, termasuk gajah Sumatra yang langka dan harus dilindungi terancam punah. Di samping itu, hutan yang telah dirambah oleh perumahan dan perkebunan sawit ilegal juga menyoroti isu pelanggaran HAM pada warga sekitar kawasan TNTN. Yuk, simak 5 fakta polemik Tesso Nilo, gajah Sumatra terancam punah, namun warga bisa kehilangan rumah!

1. Perambahan Hutan

Perambahan hutan di Tesso Nilo jadi masalah yang tak kunjung hutan. Kawasan ini beralih fungsi jadi pemukiman warga dan kebun sawit ilegal/Foto: pexels.com/Robert So

Perambahan hutan di Tesso Nilo jadi masalah yang terjadi selama bertahun-tahun lamanya. Taman Nasional Tesso Nilo yang merupakan tempat konservasi flora dan fauna langka, salah satunya gajah Sumatra yang dijadikan kebun sawit sebanyak 85% kawasan taman nasional. Ironisnya, kebun sawit tersebut adalah kebun sawit ilegal.

Kawasan Tesso Nilo juga beralih fungsi menjadi pemukiman warga. Dari luas hutan Tesso Nilo yang bermula sekitar 81.739 hektar, kini diperkirakan hanya tersisa sekitar 13.000 hektar. Akibatnya, ekosistem di hutan Tesso Nilo kini semakin berkurang drastis.

2. Satwa Langka Terancam

Satwa langka terancam punah dengan adanya perambahan hutan TNTN. Gajah Sumatera, harimau Sumatera, hingga tapir kehilangan habitat aslinya/Foto: pexels.com/FUTURE KIIID

Tesso Nilo adalah hutan hujan tropis yang sering disebut sebagai benteng terakhir spesies satwa langka di Sumatera, seperti gajah Sumatra, harimau Sumatra, dan tapir. Gajah Sumatra mengalami penurunan populasi, dari sekitar 200 ekor pada tahun 2004 menjadi tersisa 150 ekor akibat โ€œrumah lamaโ€ gajah yang semakin hilang,

Organisasi konservasi alam World Wife Fund for Nature/WWF Indonesia turut menyuarakan upaya penyelamatan Tesso Nilo yang mengatakan bahwa gajah Sumatera terancam kehilangan rumahnya.ย 

โ€œKetika sebuah kantong gajah berada di titik tengah koridor Gajah di Sumatra seperti @btn_tessonilo Taman Nasional Tesso Nilo, perannya menjadi sangat krusial. Jika kawasan hilang maka gajah kehilangan pilihan untuk bergerak, kawin, mencari makan, dan menemukan jalur yang sudah mereka kenali selama turun-temurun. Risiko interaksi negatif dengan manusia pun meningkat karena bagi gajah itu adalah rumah lama, sementara bagi masyarakat itu adalah ruang hidup hari ini. Kita harus mempertahankan โ€œrumah lamaโ€ gajah tetap ada, demi kita, manusia.โ€ demikian unggahan WWF dalam laman instagram @wwf_id.

3. Konflik Warga dan Isu Pelanggaran HAM

Polemik ini semakin kompleks setelah adanya konflik warga dan isu pelanggaran HAM. Bukan hanya isu lingkungan, tapi juga isu sosial ekonomi/Foto: pexels.com/DANIELA CAPPELLA

Pemerintah membentuk Satgas Garuda untuk penertiban kawasan hutan. Hal ini menjadi langkah yang strategis untuk memulihkan kembali fungsi hutan. Melansir dari laman resmi Kementerian Kehutanan, Satgas Garuda menyampaikan bahwa kondisi TNTN saat ini sangat memprihatinkan. Populasi gajah menurun dan terdapat aktivitas ilegal masyarakat pendatang dalam kawasan. Hanya 10% yang merupakan penduduk asli dari sekitar 15.000 jiwa yang tinggal di kawasan TNTN.

Polemik tersebut menjadi konflik yang berkepanjangan antara otoritas konservasi dan warga-warga yang sudah lama tinggal di kawasan TNTN dan menggantungkan hidupnya di sana. Warga menolak relokasi dan mengklaim memiliki hak atas lahan, bahkan ribuan hektare lahan telah memiliki sertifikat hak milik (SHM) yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang menjadi persoalan.

Mengutip dari detikbali, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid menanggapi polemik yang tengah terjadi bahwa sertifikat yang diterbitkan karena kelalaian. Ia juga menjelaskan bahwa saat ini pihaknya melakukan pembatalan 1.040 sertifikat dari 1.800 sertifikat yang ada di kawasan tersebut.

Relokasi warga tersebut disebut bisa menimbulkan pelanggaran HAM menurut Komisi Nasional HAM. Hal tersebut menjadi masalah yang lebih kompleks, antara perlindungan satwa dan penghormatan hak asasi manusia warga kawasan TNTN.

4. Dugaan Keterlibatan Mafia dan Korupsi

Jaksa Agung S.T. Burhanuddi menduga adanya dugaan korupsi dan mafia yang melibatkan oknum aparat. Gakkum Kehutanan telah mengantongi pemilik kebun sawit di kawasan TNTN/Foto: freepik.com/creativeart

Jaksa Agung S.T. Burhanuddin menyebut ada dugaan korupsi besar-besaran dibalik perambahan dan alih fungsi kawasan hutan TNTN. Melansir dari detiknews, banyak ditemukan SKT, KTP, dan sertifikat hak miliki palsu yang digunakan untuk mengklaim lahan di dalam kawasan TNTN. Ia menduga bahwa hal ini melibatkan oknum aparat.

Burhanuddin juga menyebutkan bahwa konflik satwa dan manusia, tak hanya masalah lingkungan, tetapi juga sosial dan ekonomi. Masyarakat di kawasan merambah TNTN menjadi hutan sawit ilegal, hingga membangun perumahan dan fasilitas umum lainnya. Menurutnya, dari polemik ini yang kompleks ini, satwa liar kehilangan habitatnya, wargaย  bisa kehilangan kebun sebagai mata pencaharian utamanya.

Berdasarkan unggahan Instagram Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen Gakkum LHK) (@Gakkum_kehutanan) melaporkan bahwa Gakkum Kehutanan telah mengantongi nama pemilik kebun sawit dan pabrik penampung sawit dari kawasan TNTN yang luasnya berkisarย puluhan hingga ribuan hektar. Langkah selanjutnya, Gakkum Kehutanan akan melakukan penyelidikan dan penindakan tegas.

5. Jadi Perhatian Nasional hingga Internasional

Polemik Tesso Nilo jadi perhatian nasional hingga internasional. Bahkan aktor hollywod Harison Ford juga telah angkat suara pada 2013 lalu/Foto: instagram.com/gakkum_kehutanan

Saat ini, media sosial telah digaungkan dengan kampanye dukungan untuk melindungi TNTN dengan munculnya tagar-tagar, seperti #KamiBersamaTessoNilo #SaveTissoNilo, #SaveTNTN, #WeStandforTissoNilo, hingga #SaveGajahSumatera. Hal ini menarik perhatian nasional hingga Internasional untuk menyelamatkan Taman Nasional Tesso Nilo. Salah satunya adalah komentar dari pengguna media sosial di Malaysia yang diunggah oleh akun Instagram @btn_tessoniloย  yang mengikuti kasus ini. Ia berharap pemerintah Indonesia bisa bertindak tegas untuk keselamatan gajah Sumatra dan adil terhadap rakyat.

โ€œKesedihan tentang Tesso Nilo terus mengalir, melewati garis negara dan menyentuh hati hingga ke negeri seberang. Begitu besar luka hutan ini hingga dunia pun ikut merasakannya. Inilah bukti bahwa perasaan tulus tak pernah bisa dibatasi oleh jarak maupun waktu. ๐Ÿ’š Terima kasih atas kepedulian untuk Tesso Nilo yang datang dari jauh, yang menguatkan kami di tengah luka yang begitu mendalam. ๐Ÿ™๐Ÿ’šโ€ tulis akun @btn_tessonilo.

Jauh sebelum kasus ini viral, aktor Hollywood Harrison Ford melakukan diskusi dengan Menhut Zulkifli di kantor Kemenhut pada tahun 2013 lalu. Merangkum dari detiknews, semua berawal dari Ford yang sedang naik helikopter dan melihat kerusakan di Taman Nasional Tesso Nilo. Ribuan hektar lahan hutan gundul dan dirambah jadi perkebunan sawit oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Ford terlihat marah dan menanyakan beberapa hal tentang kerusakan hutan, ia juga mencium adanya korupsi dalam kasus ini.

Bagaimana menurutmu, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.