5 Kalimat yang Digunakan Orang Pintar Membela Diri dalam Perdebatan Tanpa Terlihat Defensif

Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Minggu, 14 Dec 2025 15:00 WIB
5 Kalimat yang Digunakan Orang Pintar Membela Diri dalam Perdebatan Tanpa Terlihat Defensif
Kalimat yang Digunakan Orang Pintar Membela Diri dalam Perdebatan Tanpa Terlihat Defensif/Foto: Freepik

Pernah merasa diserang dalam sebuah perdebatan, tetapi takut kalau responsmu malah terdengar defensif? Orang pintar tahu bahwa cara membela diri dalam perdebatan bukan dengan suara keras, tetapi dengan teknik komunikasi cerdas seperti pemilihan kata yang tepat. Mereka mampu menegaskan posisi tanpa menyinggung lawan bicara sekaligus menjaga suasana tetap tenang dan rasional.

Dengan kata-kata yang cermat, orang pintar bisa mengubah arah pembicaraan tanpa kehilangan kendali. Nah, kalau kamu ingin tahu bagaimana cara mereka melakukannya, simak 5 kalimat orang pintar saat debat yang dilansir dari Your Tango berikut ini!

“Aku Bisa Menghargai Itu, tapi Aku Tidak Sependapat”

Orang cerdas tahu kapan harus berbicara dan kapan harus mendengarkan. Mereka tidak menyerang, tetapi menghargai sudut pandang orang lain tanpa kehilangan prinsip. Inilah esensi dari cara membela diri dalam perdebatan yang elegan dan beradab.
Orang yang pintar akan mempraktikkan teknik komunikasi cerdas agar perbedaan tidak berubah menjadi permusuhan/Foto: Unsplash/Vitaly Gariev

Orang cerdas tidak langsung menolak atau menyerang pandangan lawan bicara, tetapi mengakui hak orang lain untuk memiliki pendapatnya sendiri. Dengan begitu, diskusi tetap berjalan secara sehat tanpa membuat salah satu pihak merasa diserang. Pendekatan ini dianggap lebih konstruktif karena memungkinkan kedua belah pihak mempertahankan keyakinannya masing-masing tanpa kehilangan rasa saling menghormati.

Menurut psikiater Dr. Abigail Brenner, kunci dari perdebatan yang beradab adalah kemampuan untuk benar-benar mendengarkan. Ia menyebut “mendengarkan adalah sebuah seni”. Artinya, saat berdialog, kita sebaiknya menahan diri dari keinginan untuk segera menanggapi dan fokus sepenuhnya pada apa yang sedang disampaikan.

Dengan cara ini, kita bisa memahami maksud lawan bicara secara utuh. Jadi, alih-alih terburu-buru membalas, orang cerdas akan mendengarkan dengan tenang, lalu menyampaikan bahwa mereka menghargai pendapat tersebut meskipun tetap tidak sependapat.

“Aku Mengerti Kenapa Kamu Berpikir Begitu, Tapi Bukan Itu Maksudku”

Cara membela diri dalam perdebatan yang efektif tidak selalu berarti melawan dengan keras/Foto: Unsplash/Vitaly Gariev

Kalimat ini juga merupakan salah satu cara elegan yang digunakan orang cerdas untuk membela diri tanpa terkesan defensif. Intinya adalah menjernihkan makna tanpa menyerang. Sebab jika kamu hanya berkata, “Bukan itu yang aku katakan!”, kamu justru terdengar seperti sedang membela diri mati-matian.

Alih-alih bersikap keras, cobalah mengakui dulu sudut pandang lawan bicara, lalu jelaskan dengan tenang bahwa mereka mungkin salah paham terhadap maksudmu. Menurut Karen Kwong, pelatih eksekutif sekaligus pakar psikologi bisnis, ada dua hal penting saat ingin memberitahu seseorang bahwa mereka salah, yakni memastikan dulu apakah hal itu memang perlu dikoreksi, lalu tanyakan bagaimana mereka bisa sampai pada kesimpulan tersebut.

Dengan cara ini, kamu tetap bisa mempertahankan posisimu tanpa menyinggung. Dalam situasi debat, strategi ini membantu membuka percakapan dengan lebih produktif.

Pendekatan seperti ini bukan hanya menenangkan suasana, tetapi juga menegaskan bahwa kamu berdiri di posisi yang kuat dan beretika. Pada akhirnya, memiliki kendali atas emosi dan tetap menjaga martabat jauh lebih berharga daripada sekadar menang debat.

“Aku Senang Membahas Ini, tapi Kita Tidak Bisa Melanjutkannya Jika Mulai Bergeser ke Ranah Pribadi”

Orang cerdas tahu cara membela diri dalam perdebatan tanpa menyerang pribadi lawan bicaranya/Foto: Unsplash/Vitaly Gariev

Orang yang mengucapkan hal ini tidak berarti sedang berusaha menghindari diskusi, tetapi justru terbuka untuk berdialog. Namun, mereka juga tahu kapan harus menari garis batas. Begitu percakapan mulai berubah menjadi serangan pribadi, mereka menolak untuk melanjutkannya.

Fenomena perubahan topik ini sendiri adalah bentuk kesesatan logika yang disebut ad hominem, yaitu ketika seseorang menyerang pribadi lawan bicaranya alih-alih berfokus pada argumen yang dibahas. Menurut Excelsior University’s Online Writing Lab, cara ini biasanya dipakai untuk menjatuhkan lawan atau menghindari inti persoalan. Serangan semacam itu biasanya muncul ketika seseorang sudah kehabisan hal bermakna untuk dikatakan.

Orang cerdas memahami pola ini dan biasanya akan segera menghentikan arah pembicaraan yang tidak sehat. Mereka tahu, perbedaan pendapat bukan alasan untuk saling menyerang.

“Aku Bersedia Terus Berbicara Selama Kita Saling Menghormati”

Cara membela diri dalam perdebatan yang paling elegan adalah dengan tetap tenang dan menghargai batasan/Foto: Freepik

Orang yang cerdas memahami bahwa jika perdebatan kehilangan rasa hormat, maka diskusi itu sudah tidak lagi sehat untuk diteruskan. Mereka biasanya akan memilih untuk mundur sejenak, bukan karena kalah, tetapi karena menghargai diri sendiri dan suasana yang kondusif.

Seperti yang dijelaskan psikolog Meghan Marcum, batasan diciptakan untuk melindungi diri. Menghormati batasan itu adalah bentuk nyata kepedulian terhadap kesejahteraan emosional seseorang. Dalam konteks hubungan personal maupun profesional, saling menghormati adalah fondasi yang menjaga komunikasi tetap sehat, meskipun berada di tengah perbedaan pandangan.

“Aku Mendasarkan Pandanganku Itu Pada Bukti”

Teknik komunikasi cerdas muncul dari kemampuan menahan diri dan berpikir berdasarkan fakta/Foto: Unsplash/Vitaly Gariev

Ketika seseorang mencoba menentang atau menyatakan bahwa ia salah, orang yang cerdas akan menjadikan jawaban tenang dan terukur seperti ini sebagai bentuk pertahanan yang kuat sekaligus elegan. Dengan menekankan bahwa pendapatnya berpijak pada fakta, ia menunjukkan fokus pada kebenaran objektif, bukan pada emosi atau opini pribadi.

Menurut Dr. Brenner, berpegang pada fakta merupakan kunci agar perdebatan tetap logis dan jujur. Namun, yang sering terjadi, banyak orang berdebat hanya demi membuktikan diri benar tanpa dasar yang kuat. Padahal, ketika seseorang tetap konsisten dengan fakta, argumennya akan terdengar jelas, rasional, dan sulit dibantah.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE