5 Kalimat yang Diucap Orang Tua agar Anak Bermental Tangguh

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Rabu, 17 Sep 2025 15:00 WIB
5 Kalimat yang Diucap Orang Tua agar Anak Bermental Tangguh
5 Kalimat yang Diucap Orang Tua agar Anak Bermental Tangguh/ Foto: freepik.com/freepik

Tak dipungkiri bahwa memiliki sikap tangguh akan sangat membantu kamu dalam kehidupan. Misalnya dari segi karier, sikap pantang menyerah dapat mendorong siapa pun untuk menggapai mimpinya. Sikap tersebut pun bisa diterapkan sejak kecil dengan didikan orang tua.

Hal sesederhana apa yang diucapkan orang tua kepada anak pun dapat membentuk sikap tangguh anak, Beauties. Nantinya, pola pikir yang baik tersebut akan membantu mereka bertumbuh dan berkembang di kemudian hari. Dengan ketangguhan yang dimiliki anak, mereka dapat belajar lebih maksimal sehingga dapat melengkapi apa yang dibutuhkannya untuk meraih mimpi. Ini dia sejumlah kalimat yang diucap orang tua agar anak tangguh, sebagaimana dijelaskan dalam CNBC Make It.

1. “Apa yang akan kamu katakan kepada temanmu yang punya masalah itu?”

Orang tua dapat melatih cara anak mengolah perspektif terhadap diri sendiri dengan bertanya. Ajak anak untuk memposisikan diri sebagai orang lain.

Orang tua dapat melatih cara anak mengolah perspektif terhadap diri sendiri dengan bertanya. Ajak anak untuk memposisikan diri sebagai orang lain./ Foto: freepik.com/freepik

Ketika anak menghadapi sebuah permasalahan, misalnya mendapatkan nilai jelek, mereka cenderung akan berpikiran atau mengungkapkan hal-hal negatif terhadap dirinya sendiri. Misalnya, “Aku tidak sepintar teman-teman”. 

Orang tua mungkin akan tergiur untuk menyangkal pemikiran tersebut dengan berkata, “Tidak kok! Kamu pintar.” Namun cara terbaik untuk menanggapi pemikiran negatif anak terhadap dirinya sendiri adalah dengan mengajari mereka membingkai ulang pikiran mereka sendiri. Maka dari itu, orang tua dapat memberikan mereka pertanyaan yang dapat membantu anak untuk mengolah pemikiran mereka lebih baik, seperti dengan bertanya pada anak, “Apa yang akan kamu katakan kepada temanmu yang punya masalah itu?” 

Dengan memposisikan diri sebagai sosok yang menghibur orang lain dengan perkataan baik, perspektif anak pun dapat berubah dan mereka bisa belajar untuk berbicara pada diri sendiri dengan kasih sayang.

2. “Tidak apa-apa kalau kamu kesal, tapi tidak baik kalau kamu bersikap seperti ini”

Validasi emosi anak. Namun tunjukkan ada batasan dengan perilaku yang diekspresikan.

Validasi emosi anak. Namun tunjukkan ada batasan dengan perilaku yang diekspresikan./ Foto: freepik.com/pressfoto

Validasi perasaan anak sangat penting sebagai orang tua. Saat orang tua berempati terhadap perasaan anak, mereka akan merasa dilihat dan didengar. Namun di saat yang sama, orang tua juga perlu memerhatikan batasan antara perasaan dan perilaku yang dilakukan anak dan mengomunikasikannya secara jelas. 

Merasakan emosi seperti sedih dan marah adalah hal normal. Namun jika ia meluapkan emosinya dengan cara yang justru merugikan orang lain, di situlah orang tua harus bertindak tegas. Orang tua dapat membantu anak mengekspresikan emosinya dengan cara yang lebih sehat, seperti menarik napas dalam-dalam, lalu membicarakan perasaan mereka. 

 

“Yuk, kita selesaikan bersama-sama!”

Ajak anak untuk menyelesaikan masalah bersama. Kalimat ini membantu menambah kepercayaan diri untuk ambil keputusan dan melihat banyak cara untuk menyelesaikan masalah.

Ajak anak untuk menyelesaikan masalah bersama. Kalimat ini membantu menambah kepercayaan diri untuk ambil keputusan dan melihat banyak cara untuk menyelesaikan masalah./ Foto: freepik.com/freepik

Kesulitan melakukan sesuatu adalah hal yang sangat wajar. Terlebih ketika anak sedang belajar. Momen ini penting supaya anak dapat melatih kemampuan problem solving, Beauties. Oleh karena itu, ketika orang tua melihat sang anak kesulitan, akan lebih baik jika merespon dengan, “Yuk, kita selesaikan [masalahnya] bersama!” sehingga anak mengetahui dia tidak harus menghadapinya sendirian. Anak juga bisa melihat ada banyak cara untuk memecahkan suatu masalah dan juga mendapat kepercayaan diri untuk membuat keputusan sendiri dengan baik.

“Apa yang bisa kita pelajari dari sini?”

Ucapkan kalimat yang membentuk pola pikir berkembang.

Ucapkan kalimat yang membentuk pola pikir berkembang.

Lalu, bagaimana jika sang anak mengalami kegagalan? Kalimat seperti, “Apa yang bisa kamu pelajari dari sini?” jadi kalimat ajaib yang dapat membentuk pola pikir berkembang sang anak. Dengan menanyakan pertanyaan ini, anak diajak untuk melihat kemunduran sebagai kesempatan untuk perbaikan dan mengembangkan diri.

“Ayo sebutkan apa yang kita syukuri hari ini!”

Ucapkan kalimat yang mengajak anak untuk bersyukur. Menyebutkan hal-hal yang disyukuri membentuk mental anak lebih tangguh.

Ucapkan kalimat yang mengajak anak untuk bersyukur. Menyebutkan hal-hal yang disyukuri membentuk mental anak lebih tangguh./ Foto: freepik.com/freepik

Tak kalah penting adalah kalimat yang mengajak anak untuk menghitung hal-hal yang patut disyukuri, Beauties. Rasa syukur terbukti dapat meningkatkan kesehatan mental dan membantu membangun ketahanan emosional. Maka dari itu, orang tua dapat mengajari anak untuk memerhatikan hal-hal positif dalam hidup mereka, bahkan di masa sulit sekali pun.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE