5 Kalimat yang Sering Diucapkan Pasangan yang Sudah Tidak Cinta Lagi
Perubahan dalam hubungan sering kali diawali dari hal-hal kecil yang tampak sepele, seperti cara seseorang berbicara atau menanggapi pasangannya. Ketika rasa cinta mulai memudar, bahasa yang digunakan akan ikut berubah menjadi dingin, tak acuh, atau tak berempati.
Tidak mengherankan jika seseorang yang kehilangan rasa cinta cenderung mengucapkan kalimat-kalimat tertentu yang bisa menjadi tanda hubungan harus diakhiri. Ingin tahu seperti apa kalimat yang sering muncul saat cinta mulai pudar? Mari kita bahas 5 kalimat orang yang sudah tidak cinta lagi lewat artikel yang dilansir dari The Vessel berikut ini!
“Aku Baik-Baik Saja”
![]() Kalimat sederhana yang menyatakan bahwa seseorang baik-baik saja kadang justru bisa menjadi tanda hubungan harus diakhiri/Foto: Freepik |
Ungkapan ini sekilas terdengar netral dan tidak menyiratkan adanya masalah. Namun, dalam banyak situasi, kalimat ini justru menandakan adanya jarak emosional atau keengganan untuk mengungkapkan perasaan sebenarnya.
Dalam hubungan, termasuk pernikahan, penggunaan kalimat ini sering menjadi cara untuk menghindari konflik. Padahal, penghindaran itu tidak menciptakan kedekatan, tetapi justru membangun dinding pemisah.
Hal tersebut sejalan dengan temuan John Gottman seorang psikolog dan peneliti hubungan, yang menunjukkan bahwa 69 persen konflik dalam hubungan berasal dari persoalan yang terus berulang dan sulit diselesaikan. Ketika seseorang memilih menutupi perasaan dengan berkata “aku baik-baik saja”, masalah tersebut tidak lenyap, tetapi justru menjadi makin besar.
“Lakukan Apa pun yang Kamu Mau”
Kalimat yang meminta pasangan untuk bertindak sesukanya adalah tanda hubungan harus diakhiri/Foto: Freepik
Kalimat ini mungkin terdengar seperti bentuk kebebasan atau fleksibilitas dalam hubungan. Namun, pada kenyataannya, ungkapan ini kerap menjadi tanda bahwa seseorang mulai melepaskan keterlibatannya secara emosional. Ini adalah kondisi di mana, alih-alih mencoba berkompromi atau menyampaikan keinginan yang sebenarnya, salah satu pihak memilih diam dan menarik diri dari percakapan.
Banyak orang tanpa sadar mengucapkannya ketika merasa lelah atau jenuh menghadapi perbedaan pendapat. Padahal, di balik kata-kata itu, tersimpan sinyal halus bahwa mereka tidak cukup peduli untuk tetap berpartisipasi dalam hubungan tersebut. Cinta yang sehat tidak bersifat pasif, tetapi menuntut keberanian untuk menyampaikan perasaan dengan jujur meskipun terkadang terasa tidak nyaman.
“Kamu Selalu/Tidak Pernah….”
Cara bicara yang selalu menyalahkan satu sama lain adalah salah satu bentuk nyata dari kehilangan rasa cinta/Foto: Freepik
Kalimat yang bersifat mutlak seperti ini berbahaya dalam hubungan apa pun. Saat seseorang mulai berbicara dengan cara seperti itu, biasanya ia sudah berhenti mencoba memahami pasangannya dan mulai menilai setiap perilaku berdasarkan kekecewaan yang dirasakannya.
Menurut John Gottman, yang telah banyak meneliti soal hubungan dan pernikahan, penghinaan adalah salah satu sinyal paling kuat bahwa sebuah hubungan sedang menuju keretakan atau bahkan perceraian, dan bentuk-bentuk tuduhan berlebihan dengan menggunakan kata “selalu” atau “tidak pernah” itu adalah manifestasi dari penghinaan tadi. Kendatipun begitu, dengan melatih kesadaran diri, seseorang bisa menahan diri agar tidak bereaksi secara impulsif dan memperbesar masalah kecil menjadi kritik besar terhadap kepribadian pasangannya.
“Aku Tidak Peduli”
Ungkapan ketidakpedulian sering kali menjadi isyarat awal dari kehilangan rasa cinta dalam hubungan/Foto: Freepik/tirachardz
Ungkapan ini terdengar sederhana, tetapi menyakitkan. Dalam hubungan, kalimat ini jarang sekali berkaitan dengan hal yang dibicarakan dan lebih cenderung menjadi tanda berkurangnya keterlibatan emosional di antara pasangan.
Sebuah penelitian terhadap pasangan menikah yang dilakukan oleh University of Georgia dan dipublikasikan dalam jurnal Personal Relationships menemukan bahwa rasa syukur terhadap pasangan merupakan indikator paling kuat dari kepuasan dalam pernikahan. Ketika rasa syukur itu memudar, ketidakpedulian akan mulai muncul menggantikannya.
Pada akhirnya, kepedulian adalah inti dari cinta. Tanpa adanya kepedulian, maka bisa dibilang bahwa hubungan sudah berada di ambang kehancurannya.
“Aku Terlalu Sibuk”
Sering mendengar alasan bahwa pasangan terlalu sibuk bisa menjadi tanda hubungan harus diakhiri/Foto: Freepik
Setiap orang memiliki pekerjaan, tanggung jawab, dan tujuan yang harus dicapai. Namun, ketika alasan “terlalu sibuk” mulai sering digunakan untuk menolak berbicara, menghabiskan waktu, atau menjaga kedekatan dengan pasangan, hal itu mencerminkan perubahan dalam prioritas hubungan.
Penelitian yang dilakukan oleh John Gottman menunjukkan bahwa pasangan yang bahagia cenderung menghabiskan hingga 86% waktunya untuk merespons kebutuhan perhatian satu sama lain, sedangkan pasangan yang tidak bahagia hanya menyisakan sekitar 33 persen waktunya. Dengan kata lain, mengaku terlalu sibuk sering menjadi cara halus untuk menjauh. Sebab, justru pada momen ketika seseorang merasa terlalu sibuk, saat itulah ia sebenarnya perlu berhenti sejenak dan kembali membangun koneksi dengan pasangannya.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
