5 Tanda Anak Perempuan yang Memiliki Ayah Narsistik
Seorang narsistik memiliki karakteristik yang khas, di mana mereka cenderung berpusat pada kebutuhan untuk mendapatkan pujian, perhatian, dan pengakuan secara berlebihan. Sifat narsistik ini bukan hanya memengaruhi hubungan mereka dengan pasangan atau lingkungan sosial, tetapi juga berdampak besar pada hubungan dengan anak-anak mereka, terutama anak perempuan.
Anak perempuan yang memiliki orang tua, termasuk ayah, narsistik sering kali tumbuh dalam lingkungan yang kurang mendukung perkembangan emosional yang sehat. Dilansir dari Optimum Joy, inilah beberapa tanda yang akan ditunjukkan oleh seorang anak perempuan yang memiliki ayah narsistik!
Ketidakpercayaan Diri Kronis dan Harga Diri Rendah
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik |
Gejala yang satu ini muncul akibat kritik terus menerus dan standar yang sangat tinggi dari ayah narsistik. Menurut psikolog, pola asuh seperti ini dapat membentuk perasaan bahwa anak perempuan tersebut selalu gagal memenuhi harapan sehingga berdampak pada citra dirinya yang rendah dan rasa tidak puas.
Anak perempuan yang memiliki ayah dengan gangguan kepribadian narsistik sering meragukan keputusan-keputusan yang diambil karena khawatir akan membuat kesalahan atau mengecewakan orang lain. Kondisi ini berpotensi menimbulkan ketakutan terhadap kegagalan serta kecenderungan untuk merusak dirinya sendiri secara emosional maupun sosial.
Selain itu, harga diri anak perempuan ini makin tergerus oleh kurangnya empati dan pengakuan dari ayah narsistiknya. Ia mungkin merasa tidak diperhatikan dan tidak didengar sehingga perasaan dan pengalamannya menjadi tidak divalidasi. Dampaknya, anak perempuan ini bisa merasa tidak berharga dan percaya bahwa dia tidak layak mendapatkan cinta, penghargaan, atau kesuksesan dalam hidup.
Perfeksionis dan Obsesi Berlebihan terhadap Pencapaian
Ilustrasi/Foto: Freepik/stockking
Pefeksionisme adalah ciri umum yang merupakan respons terhadap ekspektasi tinggi dan kritik keras dari seorang ayah narsistik. Anak perempuan dengan ayah narsisitik merasa bahwa untuk mendapat persetujuan atau menghindari kritik dari sang ayah, mereka harus sempurna dalam segala hal. Akibatnya, mereka mendorong dirinya untuk unggul dalam berbagai bidang, mulai dari akademik hingga kegiatan ekstrakurikuler, mengambil terlalu banyak tanggung jawab, serta menekan diri untuk sukses.
Namun, pengejaran tanpa henti terhadap kesempurnaan dan standar yang tidak realistis ini dapat menimbulkan dampak buruk pada kesehatan mental yang pada akhirnya menyebabkan stres kronis, kelelahan emosional, dan kehabisan tenaga. Selain itu, ketakutan akan kegagalan dan kritik membuat mereka enggan untuk mengambil risiko atau mengejar hasrat sejati mereka.
Sulit untuk Mempercayai atau Menjalin Kedekatan dengan Orang Lain
Ilustrasi/Foto: Freepik/Racool_studio
Kesulitan dalam membangun kepercayaan dan kedekatan ini disebabkan oleh pola asuh ayah narsistik yang tidak konsisten atau tidak dapat diprediksi sehingga menciptakan perasaan tidak aman pada diri seorang anak perempuan. Anak perempuan tersebut mungkin belajar untuk selalu waspada dan mengantisipasi pengkhianatan atau penolakan sehingga memengaruhi cara mereka melihat hubungan interpersonal.
Namun, masalah kepercayaan ini bukanlah hal yang tidak bisa diatasi. Dengan waktu, terapi, dan upaya sadar, anak perempuan dari ayah narsistik dapat belajar membangun hubungan yang sehat dan saling percaya. Mereka bisa belajar untuk menurunkan pertahanan diri dan membiarkan dirinya menjadi rentan tanpa rasa takut akan sakit atau kekecewaan.
Ketergantungan akan Validasi Eksternal
Ilustrasi/Foto: Freepik/Racool_studio
Anak perempuan dari ayah narsistik sering kali mengembangkan pola kodependensi atau ketergantungan dalam hubungan mereka. Pola ini biasanya merupakan perilaku yang dipelajari sejak masa kanak-kanak sebagai mekanisme bertahan hidup. Mereka cenderung merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan emosional orang lain sehingga mengabaikan kebutuhan dan perasaan mereka sendiri.
Kodependensi ini biasanya disertai dengan kebutuhan mendalam untuk validasi eksternal karena harga diri anak perempuan tersebut sering kali terkait dengan kemampuan untuk menyenangkan ayah mereka yang narsistik. Oleh karena itu, mereka mungkin merasa cemas dan tidak cukup baik jika tidak mendapatkan persetujuan dan pengakuan dari orang lain.
Kewaspadaan dan Kecemasan Berlebihan
Ilustrasi/Foto: Freepik/krakenimages.com
Tinggal bersama ayah yang memiliki sifat narsistik sering kali membuat anak perempuan mengalami keadaan hyper-vigilance, yaitu peningkatan sensitivitas terhadap rangsangan yang disertai dengan respons berlebihan terhadap ancaman yang terdeteksi.
Anak perempuan mungkin belajar untuk selalu memantau suasana hati dan perilaku ayah mereka guna menghindari konflik atau kritik. Kondisi ini membuat mereka selalu waspada terhadap kemungkinan bahaya, baik yang nyata maupun yang dirasakannya saja.
Hyper-vigilance ini dapat berlanjut hingga dewasa dan memanifestasikan diri dalam bentuk gangguan kecemasan. Individu dengan kondisi ini tidak hanya sering merasa cemas, tetapi juga sering terjaga dan selalu mengantisipasi bahaya meskipun berada dalam lingkungan yang aman.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
