5 Tanda Kamu sedang Menghadapi Toxic Shame, Waspada!

Retno Anggraini | Beautynesia
Sabtu, 23 Sep 2023 22:00 WIB
5 Tanda Kamu sedang Menghadapi Toxic Shame, Waspada!
Tanda-tanda kamu menghadapi toxic shame/Foto: Unsplash.com/Kyle Broad

Rasa malu adalah emosi yang dialami setiap orang pada suatu saat dalam hidup mereka. Ini adalah respons alami terhadap perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai internal atau norma-norma sosial. Namun, ketika rasa malu menjadi beracun, hal itu dapat berdampak besar pada kesejahteraan emosional dan kualitas hidup kita secara keseluruhan. 

Menurut terapis Amber Smith, rasa malu yang beracun atau toxic shame adalah perasaan tidak berharga dan kebencian terhadap diri sendiri yang tertanam dalam pikiran, tindakan, dan hubungan.

Hal ini mengikis rasa percaya diri dan kesejahteraan kita dengan menghalangi kita melihat harga diri yang sebenarnya dan menjauhkan kita dari diri kita sendiri. Menurut para ahli, berikut 5 tanda kamu sedang mengalami toxic shame, sebagaimana dilansir dari Pschy2go.

1. Kritik Diri yang Kronis

Tanda-tanda kamu menghadapi toxic shame
Tanda-tanda kamu menghadapi toxic shame/Foto: Unsplash.com/Joshua Rawson-Harris

Salah satu indikator utama toxic shame adalah adanya suara hati yang terus-menerus mencaci-maki dan meremehkan kita dan setiap hal kecil yang kita lakukan. Kita mungkin mendapati diri kita terlibat dalam pembicaraan diri sendiri yang negatif, terus-menerus mengkritik kemampuan, penampilan, atau kelayakan kita.

"Dialog yang mencela diri sendiri ini memperkuat perasaan tidak berharga dan memicu siklus rasa malu," kata penulis dan konselor self-help, Arlin Cuncic. Oleh karena itu, dia menganjurkan agar kita menghentikan kebiasaan ini dengan menantang kepercayaan diri negatif kita dan menegaskan pada diri sendiri bahwa hanya karena kita memikirkannya sekilas tidak berarti hal itu menjadi kenyataan.

2. Rasa Bersalah yang Berlebihan

Tanda-tanda kamu menghadapi toxic shame/Foto: Unsplash.com/Aleksandria Sapozhnikova

Tanda lain bahwa kita sedang menghadapi toxic shame adalah kita sering merasa bersalah secara berlebihan bahkan ketika kita tidak melakukan kesalahan apa pun. Meskipun rasa bersalah yang sehat adalah manifestasi dari rasa malu yang dimaksudkan untuk memperbaiki perilaku negatif, rasa bersalah seperti ini beracun karena memakan banyak waktu, membuat kita terjebak dalam kondisi menghukum diri sendiri dan mencegah memaafkan diri sendiri.

Oleh karena itu, kita mungkin terus-menerus merasa bersalah atau yakin bahwa kita pada dasarnya jahat. Penangkal hal ini adalah dengan menumbuhkan dialog penerimaan diri dan pengampunan dalam diri kita.

3. Perfeksionisme Beracun

Tanda-tanda kamu menghadapi toxic shame/Foto: Unsplash.com/Siora Photography

Perfeksionisme beracun mengacu pada dorongan tidak sehat untuk melakukan segala sesuatu dengan sempurna dan menahan diri pada ekspektasi tinggi yang tidak realistis. Psikoterapis Dr. Jacqueline Burnett-Brown menyebut hal ini sebagai “perilaku yang didasari rasa malu” karena hal ini berasal dari keyakinan bahwa seseorang harus sempurna agar dapat diterima atau dicintai, yang kemudian menjadi upaya tanpa henti yang pasti akan berakhir dengan kegagalan.

Perfeksionisme dapat melumpuhkan dan menimbulkan perasaan tidak mampu, sehingga memperkuat siklus rasa malu. Untuk memutus siklus ini, Dr. Burnett-Brown menasihati kita untuk merasa lebih nyaman dalam membuat kesalahan dan menetapkan tujuan yang lebih realistis, dapat dikelola, dan dapat dicapai untuk diri sendiri yang akan meningkatkan harga diri kita alih-alih semakin merugikannya.

4. Ketertutupan Emosional

Tanda-tanda kamu menghadapi toxic shame/Foto: Unsplash.com/Brooke Cagle

"Rasa malu yang beracun sering kali menyebabkan rasa takut menjadi rentan dan menunjukkan diri Anda yang sebenarnya kepada orang lain," kata psikolog klinis Dr. Alex Klein. Kita mungkin merasa sulit untuk membuka diri secara emosional karena rasa takut yang kuat dan meluas akan penilaian, penolakan, atau pengabaian.

Namun, ketakutan ini dapat menghalangi kita untuk membentuk hubungan yang mendalam dan bermakna serta membuat kita merasa terisolasi dan terputus dari orang-orang di sekitar kita. "Mencari dukungan dan membicarakan rasa malu kita dapat membantu mengurangi kekuatannya," jelas Dr. Klein. Bahkan cara ini dapat memberi kita wawasan berharga tentang cara menyembuhkannya.

5. Kesulitan Menerima Pujian

Tanda-tanda kamu menghadapi toxic shame/Foto: Unsplash.com/Alexandre Chambon

Mirip dengan perfeksionisme, mereka yang bergumul dengan toxic shame sering kali mengalami kesulitan menerima pujian dari orang lain. Menurut psikolog Dr. Guy Winch, menerima pujian dari orang lain dapat menimbulkan ketidaknyamanan jika hal itu bertentangan dengan sistem kepercayaan yang ada tentang diri kita. Jadi, alih-alih menginternalisasi masukan positif, kita mungkin akan langsung mengabaikannya karena merasa tidak layak menerima pengakuan tersebut.

Namun, penolakan terhadap penguatan positif ini memperkuat persepsi diri yang negatif dan melanggengkan siklus rasa malu yang beracun. Itu sebabnya penting bagi kita untuk belajar menerima umpan balik positif dengan pikiran terbuka dan menggunakannya sebagai bukti betapa berharganya kita saat kita mulai merasakan rasa malu yang beracun menguasai kita.

Toxic shame bisa menjadi kekuatan yang menyebar dan merusak yang berdampak pada banyak aspek kehidupan kita. Namun, cengkeramannya bisa disembuhkan dan diatasi. Mengatasi toxic shame bisa menjadi perjalanan yang sulit, tetapi ini penting untuk kesejahteraan dan pertumbuhan pribadi kita.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)

TAGS

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE