Meskipun saat ini tingkat penggunaan media sosial saat ini tinggi, ternyata tak semua orang suka dan addict terhadap media sosial. Media sosial kini memang menjadi bagian yang sudah melekat di kehidupan setiap orang. Mulai dari tujuan untuk terhubung dengan kerabat, membangun personal branding, hingga berbisnis, menjadi alasan seseorang untuk memiliki media sosial.
Tak jarang, beberapa orang memiliki beberapa akun untuk satu jenis media sosial, atau yang sering disebut dengan akun alter. Sehingga beberapa orang mengalami adiksi yang tinggi hingga melupakan hal-hal penting dalam hidupnya, seperti waktu makan atau waktu istirahat yang sangat esensial terhadap kesehatan tubuh.
Meskipun begitu, ternyata tak semua orang yang suka dan addict dengan media sosial. Bahkan ada juga yang memutuskan untuk meninggalkan dan tidak memiliki media sosial hingga dicap ketinggalan zaman atau 'kudet' (kurang update), lho. Lantas, apa alasan seseorang tak addict dengan media sosial? Yuk, simak ulasannya berikut ini!
Menjaga Privasi
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/lookstudio |
Penggunaan media sosial membuat seseorang memiliki kebiasaan untuk memposting berbagai dokumentasi pribadinya, seperti foto dan video yang menceritakan momen-momen kehidupannya yang terkadang rentan menjadi sasaran aksi kejahatan. Tak cuma keamanan, alasan kenyamanan juga menjadi faktor penyebab seseorang perlu menjaga privasinya dan orang-orang di sekitarnya.
Dilansir dari How Stuff Works, selain memposting foto atau video, orang-orang juga terbiasa menyukai sebuah postingan dari orang lain. Sehingga segala aktivitas di media sosial menjadi sebuah informasi yang terekam oleh penyedia layanan media sosial. Kemudian informasi tersebut dapat dibagikan kepada pihak ketiga atau pengiklan. Sehingga hal inilah yang menjadi salah satu alasan beberapa orang merasa tak addict dan berhati-hati dengan media sosial.
Menjaga Reputasi Diri
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/Benzoix |
Dunia pekerjaan kini telah bertranformasi mengikuti perkembangan media sosial. Bahkan kini kini hampir setiap perusahaan menggunakan media sosial, sebagai media personal branding hingga media informasi untuk masyarakat. Namun alasan menjaga reputasi diri untuk kepentingan pekerjaan masih dilakukan oleh sebagian orang untuk tak addict dengan media sosial.
Mengutip dari How Stuff Works, memeriksa profil calon karyawan merupakan salah satu bagian dari sistem perekrutan oleh banyak perusahaan. Jika postingan media sosial yang sering dibagikan adalah konten negatif, seperti memiliki unsur pornografi atau curhat dengan nada ujaran kebencian, tentu dapat merusak reputasi dan menyulitkan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan.
Kepercayaan Diri
Insecure/Foto:Freepik.com/freepik |
Meskipun sebagian orang menganggap menggunakan media sosial dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri, tak jarang sebagian orang juga merasa sebaliknya. Media sosial bisa menjadi platform untuk berkomunikasi, hiburan, hingga flexing yang dapat membuat seseorang merasa tidak percaya diri atau insecure.
Hal ini bisa disebabkan karena kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain hingga takut ketinggalan dari kehidupan orang lain yang ada di media sosial. Umumnya, krisis kepercayaan diri akibat media sosial banyak dirasakan oleh perempuan. Melansir dari detikInet, sebuah penelitian yang dilakukan dengan melibatkan 2.000 perempuan Inggris, menemukan bahwa banyak dari mereka yang tak mencintai dirinya sendiri karena media sosial.